Tuk.
"Minumlah, supaya sedikit lebih lega", ucap Pria itu memberikan secangkir coklat panas di hadapan Irene.
Kenapa harus coklat panas kesukaan Tae? -batin Irene.
"Apakah tidak ada minuman lain?", pertanyaan Irene hampir saja membuat Pria itu tersedak kala meneguk susu putih hangatnya. Secepatnya dia hapus sisa susu yang tertinggal di mulutnya lalu menatap Irene heran.
"Lalu kau mau aku menghabiskan coklat panas itu supaya kau mau meminum minuman lain?".
"Y-ya, bukan begi---".
"Kenapa tadi ngga bilang aja kalo ngga mau dibuatkan minuman?", wajah Pria itu nampaknya sudah kesal sampai membuang mukanya ke arah lain.
"Maaf. Iyaiya aku akan meminumnya".
"Lagipula kesukaan wanita kan pasti coklat panas. Apalagi cuaca disini juga dingin".
"Tidak semua wanita suka".
"Cukup nikmati saja. Lagipula tidak terlalu buruk", Pria itu hendak melangkah pergi namun suara Irene menghentikannya.
"Ehm, tunggu?".
Pria itu berbalik datar menatapnya, "Apa?".
"Kau bisa panggil aku Irene. Kalau kau siapa? Supaya lebih akrab saja", canggung Irene takut salah bicara.
"Aku Joon Myeon", jawabnya seadanya kemudian kembali melanjutkan kehendaknya yang sempat tertunda. Irene hanya diam saja menatap nyalang cangkir coklat panas di hadapannya itu.
•
"IRENE...!!".
Baik Jimin maupun Seulgi terkejut mendengar teriakan Taehyung yang tiba-tiba membuka suara setelah tidak sadarkan diri beberapa jam. Matanya merah melotot ke arah langit-langit kamar inap rumah sakitnya. Tak tinggal diam, Jimin beranjak dari kursinya dan segera mengajak Taehyung bicara.
"Tae..? Lo udah sadar?".
Dada Taehyung mengembang kempis menghirup oksigen dengan jantung yang berdetak kencang. Dengan kepala yang terbalut perban, Taehyung menatap ganas Jimin mencoba mencari kebenaran.
"Lo pasti tau dimana Irene kan, Jim? Lo pasti tau dimana dia kan? Katakan, katakan padaku sekarang. Dimana dia?!", berontak Taehyung dengan kuat mencoba melepaskan selang infusnya beranjak dari ranjang hendak pergi keluar kamar inap rumah sakit.
"Tae tahan dirimu. Jangan keterlaluan. Ini di rumah sakit", sergah Jimin menahan tubuh sahabatnya itu supaya tidak lepas begitu saja.
"Lo bilang gue keterlaluan? Iya?? Apa lo gila? Dia istriku! Dan sekarang dia menghilang".
"Sebenarnya apa yang terjadi pada kalian sampai seperti ini, hah? Kenapa Irene pergi? Kenapa lo ada di resort seorang diri dengan keadaan mengenaskan? Kepala penuh dengan darah, pingsan, tidak adanya Irene bersamamu. Lo ini kenapa?", tanya Jimin menyelidik dengan matanya. Taehyung terdiam seketika ingatannya memutar ingatan kala Irene menangis melemparkan heels pada kepalanya. Taehyung masih bungkam mencoba intropeksi diri atas masalah yang terjadi.
"Begini Jim, aku---".
Ucapan Taehyung terjeda karena Seulgi tiba-tiba menyahut, "Tae, sekarang kami sedang mengerahkan polisi Maldives untuk mencari Irene. Dan jika sampai sahabatku itu tidak ditemukan, kau akan kubunuh!", ancamnya menunjuk wajah Taehyung dengan jari telunjuknya.
Jimin menggeleng menjauhkan tubuh istrinya itu dari sahabatnya, "Sayang, hei. Tenanglah. Aku tau kau mencemaskan Irene. Tapi tidak hanya kau juga yang mencemaskannya, kami semua mencemaskannya juga sayang. Dan jangan sampai Papanya Irene tau tentang ini. Aku takut penyakit jantungnya tiba-tiba kambuh".
![](https://img.wattpad.com/cover/233764660-288-k907624.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Eyes Tell
Fanfiction"Mengapa mataku dipenuhi air mata? Irene, tetaplah disisiku dan tertawalah. Masa depan tanpamu bagai dunia tanpa warna, dipenuhi dengan dinginnya monokrom. Aku ingin kamu percaya padaku. Aku tidak akan pergi kemanapun", ucap Taehyung dengan derai ai...