30. a Cupcakes

264 35 0
                                    

Beberapa Tahun Kemudian...

Taehyung.

Ya, saat ini aku baru pulang dari kantor dan sangat merindukan Hyun Bong yang sudah tumbuh menjadi anak yang baik dan menggemaskan. Usianya sekarang empat tahun. Dia sudah melaksakan pendidikan pertamanya di bangku taman kanak-kanak karna dia sangat cepat sekali meresap ilmu-ilmu sekolah dan tanggap ketika menjawab soal-soal atau pertanyaan guru. Aku dan Irene pun sebagai orangtua sangat takjub padanya. Memiliki anak yang pandai dan cerdas ini sangat membuat kami bersyukur.

Dua tahun yang lalu Nenek telah meninggal dunia karena memang faktor usia yang sudah semakin senja. Kami semua sudah sangat ikhlas atas kepergian Nenek. Lantas bagaimana lagi yang harus diberatkan? Jika memang sudah waktunya ya kita tidak bisa melakukan apapun.

Keponakanku, si Yeko yang cantik juga sudah menduduki bangku taman kanak-kanak atau bisa dibilang kelas nol besar. Yeko dan Hyun Bong kan hanya berselisih setahun saja. Jungkook pun semakin meninggikan derajat perusahaan turunan dari Papa yang seharusnya kuteruskan. Hanya saja saat ini aku sudah memiliki perusahaan sendiri, jadilah perusahaan itu kupercayakan pada Jungkook.

Angel anak Jimin dan Seulgi pun juga sama dengan Hyun Bong. Tumbuh dengan baik dan cantik. Saat ini Hyun Bong dan Angel disekolahkan oleh kami di sekolah yang sama. Karena Jimin mempercayai sekolah pilihanku, yang tak pernah salah.

Sedangkan Namjoon dan Soo Yeong, mereka pun sudah memiliki anak. Anaknya perempuan juga yang diberi nama Kim Anara. Hanya saja usianya masih dua tahun. Karena pernikahan mereka diantara kami adalah yang terakhir.

"Istriku.. Anakku.. Papa pulang", teriakku setelah melepas kedua sepatuku dengan cepat dari belakang pintu utama di rumahku berlari terbirit-birit ingin cepat segera bertemu dengan Hyun Bong karena anakku itu sangat menggemaskan.

"Papa.. Aku dicini", katanya melambaikan tangan padaku, tak lupa dengan senyum manisnya. Akupun menjawabnya dengan senyuman yang tak kalah manis. Lalu aku berlari menghampirinya yang ternyata sedang ada di dapur bersama Irene. Mereka sedang membuat cupcakes.

Cupp..

"Anak Papa.. Kamu tidak merindukan Papa?", tanyaku setelah mencium pipi gembul Hyun Bong lama tanpa melepaskan kedua tanganku yang melingkar di perutnya.

"Tadi kan cudah ketemu, Pa. Jadi Un Bong tidak lindu", jawabnya polos seraya menggeleng.

"Bbbrrrttt.. Hahahahaha", Irene meledekku dengan tawanya sehingga membuatku kesal mengerucutkan bibir.

"Eh, Hyun Bong lagi bantuin Mama bikin apa?", tanyaku mengalihkan pembicaraan agar Irene dapat berhenti tertawa meledekku.

"Mama lagi bikin cupcakes, Papa. Katanya si kepengen aja bikin kue kue gitu", lihatlah, jawabnya sudah sangat luwes seperti orang dewasa.

"Oh ya? Hmm, enak banget dong. Boleh ya minta satu", tanganku hendak mencomot satu cupcakes yang sudah tinggal dimakan itu. Namun satu tangan Irene memukul kecil tanganku berniat supaya aku tidak boleh memakan cupcakes buatannya.

"Duhh, kenapa sih kok malah dipukul?", tanyaku memelas seraya mengusap-usap tanganku.

"Tidak boleh", ketus Irene tanpa menatapku dan melanjutkan menghiasi cupcakes dengan permen kecil-kecil.

Your Eyes TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang