The Beginning

302 46 9
                                    

"Elo tadi hampir buat tuh dosen marah, lagian apa yang lo lamunin? Berani kali lamun saat jam dosen killer."

Menatap sahabatnya bernama Nindy, Flor tersenyum, "Elo 'kan tau beban gue karna nih perjodohan."

"Jalanin aja dulu, lagian lo belum ketemu dia secara langsung."

"Iya tapi tetap aja, gue nggak mau dijodohin."

"Flo, gue tau lo pusing mikirin ini tapi buat saat ini, nggak ada hal yang bisa lo lakuin selain ikutin arusnya. Ibarat kata saat lo renangkan perahu kertas di sungai, tuh perahu bakal ikutin derasnya air sampe saatnya dia berhenti, pada tempat yang buat perahu ini nggak bisa lagi gerak. Pada akhirnya milih nyerah sama takdir ngertikan maksud gue?"

"Tahu, ah! Pusing gue." Responnya lalu melahap cepat bakso pesanannya.

"Gue mau nanya yang mau dijodohin sama lo tuh, dia kuliah di mana?"

"Gue sempat searching Mbah google, Nyokap bilang dia kuliah di Australia National University, ambil bachelor of advanced computing dan itu full beasiswa kepintaran dia. Bukan andalin kekayaan orang tuanya."

Sesaat hanya hening sebelum Flor mengangkat wajah dan melotot. Nindy sedang melongo seperti kerasukan hantu.

"Nin? Nindy? Hei!"

"Oh god!" Mengusap dada lalu Nindy menggenggam erat ke dua tangan Flor.

"Mending lo pikirin buat tolak tuh cowok, secara dia pintar ya ampun! Gue bayangin dia tuh perfect! Apa lo ada foto dia yang lebih jelas? Gue mau liat sekarang!"

"Ngapain gue simpan foto dia? Kurang kerjaan kalo lo mau, lo aja sana sama dia gue bisa bebas."

"Seandainya lo ngomong semudah itu tapi gue peringatin ya, kalo lo sampe nolak nih perjodohan lo bakal nyesal. Gue yakin dia kriteria para cewek secara pintar gitu."

Menghela napas Flor melanjutkan makan tanpa memedulikan Nindy sibuk bicara tentang cowok itu.

* * *

"Coba lo cerita gimana awal mula lo, bisa dijodohin sama yang namanya Ken."

Memutar mobil setelah melihat sekitar tidak ada orang, Flor mulai membawa laju mobilnya dengan kecepatan normal.

"Semua terjadi empat bulan lalu tepatnya, saat gue dan keluarga makan malam di rumah Tante Velyn. Di sana semua obrolan menjijikkan itu muncul. Gue benci akuin napa mereka harus berteman dekat? Napa mereka punya rencana yang buat hari-hari gue terpuruk? Mereka mikirin ego masing-masing tanpa mikirin gue."

Nindy yang sedang menggunakan bedak di wajah menghentikan sejenak kesibukannya, "Mungkin udah takdir lo kali dijodohin lagian nggak bakal buat rugi. Kalo gue jadi lo pasti gue terima mentah-mentah."

"Dan gue yakin tuh cowok kegirangan, napa? Karna mau dijodohin sama gue."

"Ya pasti dong! Nggak akan ada yang bisa nolak pesona beautiful Queen di Universitas Indonesia, dengan program studi Matematika."

"Gue mau singgah ke toko buku. Ada beberapa buku dari dosen yang wajib punya."

"Kebetulan sekalian temanin gue beli beberapa alat make-up, banyak yang udah abis."

"Dasar tukang dandan."

"Gue wajar nggak kayak lo, yang nggak dandan aja cantik apalagi kalo dandan? Beuh! Bikin para cewek ngiri aja termasuk gue."

"Kalian aja berlebihan, gue nggak secantik itu."

"Kalo gue jadi lo, dipuji kayak gini buat gue terbang tingkat tinggi! Dasar cantik tapi gue makin sayang."

Flor tertawa baginya mempunyai sahabat seperti Nindy membuatnya senang. Walau berbeda jurusan tetap saja mereka selalu meluangkan waktu berkumpul bersama. Nindy Sherinna lebih muda 1 tahun darinya. Bulan depan gadis itu akan berulang tahun yang ke - 21.

* * *

KENLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang