Melongo.
Satu kata itu menggambarkan ekspresi Kalila saat ini. Lebih tepatnya setelah dia memasuki kamar mewah tempat dia akan menginap dengan Kakaknya.
"Ini kamar atau apa Kak? Mewah banget! Ini pasti mahal? Kalau aku sendiri yang nginap di sini, nggak akan mampu bayarnya."
Bergegas melepas sepatu Kalila mulai naik ke atas tempat tidur. Gadis itu tertawa senang saat berhasil loncat-loncat.
"Kakak!"
Kenids tertawa melihat kelakuannya. Berjalan menuju jendela besar di hadapan cowok itu membuka tirai dan jendela.
"Huaaaaaa! Pantainya kelihatan dari sini!"
Kalila loncat turun dan berlari keluar balkon.
"Kakak! Ini indah banget!"
Sesuatu melingkar di pinggangnya memeluknya dari belakang sebelum berbisik, "Kamu suka?"
"Suka banget!" Kalila memutar tubuh menatap mata Kakaknya dengan kagum, "Terima kasih Kak, karena mengabulkan permintaanku untuk tahun baru di pantai."
"Sama-sama."
Kalila begitu menyukai warna mata Kakaknya biru sama persis dengan warna langit serta lautan, bahkan dia rasanya ingin larut dalam warna bola mata itu.
"Kenapa melihatku seperti itu? Aku tau aku tampan, nggak perlu berlebihan."
Kalila manyun hanya sesaat sebelum balas melingkari kedua tangannya di pinggang Kenids, bersandar nyaman di dada cowok itu tersenyum senang bersama dengan dinginnya udara sore menerpa mereka.
Kalila menyayangi Kakaknya terlebih hanya Kenids, satu-satunya Kakak yang dia miliki setelah kepergian Ghafin dalam hidupnya.
* * *
"Lila makan nasi dulu, es krimnya nanti."
Menggeleng Kalila tetap menikmati es krimnya.
"Astaga Sayang, kamu baru makan lima suap. Simpan dulu dalam gelas makan dulu nasinya."
Dengan manyun Kalila meletakkan es krim, meraih sendok dan memakan lauk di hadapan secara cepat.
"Lagian aku kasih kamu uang buat beli hidangan lain, taunya kamu justru belikan es krim."
"Kakak nggak ikhlas kasih aku?"
"Bukan gitu kamu mesti makan dulu, baru boleh makan apa pun saat selesai."
Kalila makan dengan cepat setelah melahap habis baru dia meraih es krimnya yang sudah setengah mencair. Beranjak berdiri dan berjalan meninggalkan Kakaknya.
Kenids memperhatikan semua itu dengan senyum lalu kembali makan dengan santai.
Kalila menghabiskan cepat es krimnya ketika melihat matahari sore di atas laut pantai. Begitu indah gadis itu kegirangan melepas sepatu balet dan menjinjingnya.
Melihat keramaian gadis itu memandang penuh suka pada wisatawan yang ramai berkunjung. Banyak bule tampan tapi masih tetap kalah jauh sama Kakaknya begitu sempurna di matanya.
Menelusuri bibir pantai Kalila kegirangan saat ombak menyerbu kakinya.
"Indah sekali di sini! Papa sih nggak mau ikut!"
Puas bermain air Kalila baru menyadari dia meninggalkan Kenids sendirian di restoran. Bergegas berbalik dan berlari menghampiri Kakaknya. Kedua mata Kalila mencari di tempat tadi saat makan Kakaknya itu sudah pergi sudah tidak berada di tempat duduknya.
Kembali berjalan keluar matanya menangkap Kakaknya terlihat sedang sibuk dengan kamera di tangan. Kalila tersenyum dia berlari mendekat.
"Hi Ken!"
"Oh, hi."
"Miss you so much!"
Tawa Kakaknya membuyarkan lamunan Kalila. Gadis itu melihat kaget pada wanita bule yang hanya memakai bra dan cd, sedang mengobrol dengan Kakaknya.
Wanita itu begitu cantik dan seksi. Kalila melihat penampilannya sendiri dia memakai kaos warna pink dan hotpants putih. Kedua matanya semakin melotot saat bule itu mencium pipi kiri Kakaknya secara mesra.
Tanpa bisa berbuat apa-apa Kalila justru pergi dia tidak ingin menemui Kakaknya yang menyebalkan. Kembali menelusuri bibir pantai dia menikmati sunset. Langkah kakinya terhenti akibat bola di bawah kakinya Kalila meraih bola itu mencari pemiliknya.
"Hai, itu bola saya."
Seseorang bertubuh tinggi dengan mata bulat dan senyum manis menghampirinya.
"Oh, ini." Kalila menyerahkan bola itu dia seketika terlihat malu.
"Sendirian saja?"
"Huh? Iya menikmati suasana pantai dengan sendiri."
"Oh ..."
"Kita belum kenalan nama saya Randy, kamu?"
"Gu — eh, aku Kalila." Ucapnya membalas uluran tangan tersebut.
"Ehem!"
Suara itu mengagetkan Kalila dia menoleh ke belakang Kakaknya sedang menatapnya marah.
"Siapa dia?"
Melepas genggaman tangannya Kalila mulai kebingungan.
"Sepertinya saya akan segera pergi, semoga dilain waktu kita bisa bertemu lagi bye, Kalila."
Kalila tersenyum tidak enak hati lalu menatap Kakaknya.
"Ka —"
"Siapa dia? Aku bertanya padamu Lila kenapa nggak jawab?!"
Bentakan itu membuat Kalila ketakutan. Ketika dia ingin memberikan jarak Kenids justru menarik kasar tangannya membawanya pergi menuju kamar mereka.
"Kakak sakit ..."
Tidak memedulikan ringisan Kalila dia tetap membawanya pergi menjauh dari pantai.
Saat sampai di kamar Kenids mendorong Kalila masuk.
"Kakak,"
"Aku bertanya Sayang, siapa cowok tadi?"
Pandangan Kalila mulai mengabur karena air mata dia tidak bisa lagi menahan tangis. Kalila bahkan merasa sosok di hadapannya ini bukan Kakaknya sekarang.
"Kakak aku bisa jelasin ..."
Tangannya ditarik mendekat sebelum Kalila di dorong terjatuh di atas tempat tidur. Gadis itu berontak saat tubuhnya dikurung oleh Kenids.
"Kakak ...!" Terisak menangis dan begitu ketakutan.
"Jelaskan padaku siapa cowok tadi? Berani sekali kalian berpegangan tangan dan kau, nggak mencoba melepasnya."
Kalila menangis ketakutan kedua tangannya mencoba mendorong tubuh Kenids menjauh.
"Katakan sesuatu atau aku akan lakukan hal keji padamu."
DEG!
Dengan menangis Kalila menatap sorot mata itu. Sekarang dirinya benar yakin bahwa seseorang berada di hadapannya kini bukan lagi Kakaknya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
KENLA [END]
RomanceThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =================================== Aku bisa berbohong, Melalui bahasa tubuh tatapan dan perkataanku. Aku...