Center Of Attention

62 20 7
                                    

"Flo mau ke mana?!"

Teriakan Nindy menghentikan larinya. Setelah mata kuliah jam akhir selesai Flor keluar kelas bergegas menuju tempat tujuan. Dia bertemu Nindy di koridor kampus.

"Hai Nin, gue mau ke ruang dosen yang nyebelin."

"Nyebelin? Siapa?"

"Siapa lagi kalo bukan yang diidolakan banyak wanita, di kampus ini?"

Nindy berteriak, "Pak Fares! Lo aja yang terlalu anggap dia nyebelin padahal aslinya baik banget."

"Bodoh, ah! Gue mau ke ruangannya sekarang, ada urusan penting."

"Ya udah gue ke kantin ya? Lo nanti selesai dari sana samperin gue."

Mengangguk sebelum melanjutkan langkah kakinya. Sepanjang malam Flor tidak nyenyak tidur bukan tanpa alasan dia benar kehilangan barang berharganya. Flor yakin barang tersebut terjatuh di rumah pria itu saat dirinya sibuk bersih-bersih.

Setelah tiba di depan ruang dosen yang dituju, dia mengetuk pintu di hadapan dengan tidak sabar dan tanpa menunggu respon dia bergegas masuk.

"Ada apa?"

Suara itu mengalihkan perhatiannya, pria itu berada di belakang dirinya bukan di dalam ruangan.

"Langsung saja saya ingin bertanya, Bapak ada lihat barang saya yang ketinggalan?"

"Dasar penggoda. Kamu datang ke sini hanya untuk bertanya hal tidak penting? Atau alasan lainnya kamu ingin merayu saya?"

"Pak saya serius! Saya bahkan tidak bisa tidur nyenyak malam tadi. Saya sudah bongkar barang-barang di kamar, berharap apa yang saya cari ketemu tapi nyatanya? Tidak ada maka dari itu saya ke sini dan ingin bertanya kepada Anda."

"Tidak ada barang apa pun kamu maksud. Sekarang menyingkir dari depan pintu karena saya ingin masuk."

Mengepalkan kedua tangannya Flor menatap wajah itu penuh kebencian. Tanpa mengeluarkan suara lagi dia bergegas pergi. Flor tidak rela barang berharganya hilang begitu saja. Pikirannya khawatir hingga tanpa sadar pandangan mulai terasa buram karena air mata.

Flor tidak pernah seperti ini dia tidak pernah terlihat lemah di depan siapa pun. Kini karena barang berharga dia miliki hilang Flor merasakan sangat bersalah.

* * *

"Elo yakin udah cek semua? Mungkin jatuh?"

"Udah Nin, gue yakin tuh barang pasti ketinggalan di rumah pria nyebelin itu tapi! Dia nggak mau akuin kalo dia liat barang gue ... lo tau sendiri gimana pentingnya tuh barang dalam hidup gue, kalo sampe benar ilang gue sedih ..."

Mengusap tangan Flor Nindy mencoba agar sahabatnya tenang.

"Coba lo ingat-ingat lagi, lo lepasin bukan? Kalau iya lo simpan di mana?" 

"Gue yakin pasti ketinggalan di rumah dia, Nindy gue mesti gimana?"

"Samperin lagi Pak Faresnya, lo ajak ngomong baik-baik dia pasti mau bantu cari."

"Semoga aja." Ucap Flor hanya sesaat sebelum teriakan tertahan orang-orang di kantin, khususnya para wanita saat melihat seseorang berjalan masuk.

"Oh my god! Flo ... itu Pak Fares lagi di kantin!"

"Bodoh amat gue lagi pusing, mau dia ke kantin, mau dia tuh jungkir-balik, mau ke mana nggak peduli gue."

"Flo kayaknya lo mesti peduli, soalnya dia lagi jalan ke arah kursi kita duduk!"

"Huh?!" Spontan mencari matanya beradu pandang dengan makhluk paling dia benci. Dan makhluk itu kini sudah berdiri di hadapannya. Menarik tangan Flor hingga gadis itu berdiri dari kursi.

"Ikut saya pergi sekarang."

"Apa-apaan Pak? Saya tidak mau!"

Mencoba menarik diri tapi langkah kakinya justru diseret paksa pergi. Meninggalkan banyaknya pasang mata melihat mereka dengan penuh tanda tanya serta rasa iri tinggi. Khususnya para wanita yang mengagumi Fares Harewood. 

* * *

KENLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang