Can You Be Mine?

117 17 10
                                    

* * *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

"Sepuluh ... sembilan ... delapan,"

Kalila merasakan senang sang Kakak yang ikut berhitung menyambut tahun baru bersama. Kakaknya yang menatapnya dengan senyum lembut, sejenak Kalila terpaku akan senyuman itu begitu menawan di matanya hingga tubuhnya dituntun untuk menghadap Kenids.

"Tiga ... dua ... satu!!!!"

Suara tembakan kembang api terdengar bersama dengan kecupan lembut di bibir Kalila dapatkan. Gadis itu melotot kaget sebelum merasakan sesuatu yang dingin masuk melalui jari manisnya dan melekat di sana.

"Kakak ... ini ...?"

Mendekatkan bibirnya di telinga kiri gadisnya Kenids tersenyum lebar,

"Happy new year and happy birthday to you, Kalila Arfreeya."

Kalila tertegun dengan ramainya suara kembang api di langit pantai. Menangis terharu mata gadis itu menatap pada jari manis tangan kanannya. Sebuah cincin menjadi kado terindah untuknya.

 Sebuah cincin menjadi kado terindah untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku bahkan lupa sedang berulang tahun Kak ... ini konyol padahal aku lahir di setiap pergantian tahun terima kasih Kak! Ini indah sekali!"

Kenids tertawa merangkul Kalila untuk melihat betapa indahnya perayaan tahun baru di sini.

"Indah banget Kak!"

Kamu justru yang paling terindah di mataku. Batin Kenids tersenyum lembut.

* * *

Setelah puas menikmati perayaan kembang api ditambah puas menyantap es krim lagi karena dia merengek minta dibelikan, Kalila kini diajak Kenids menelusuri bibir pantai.

"Kamu bahagia?"

"Kata siapa nggak Kak? Justru aku begitu senang sekali! Rasanya nggak bisa aku ungkapin dengan kata-kata. Meskipun tahun baru kali ini berbeda karena aku merayakannya bersamamu."

Menghentikan langkah kakinya Kenids menatap ingin tahu, "Biasanya bersama Ghafin?"

"Bersama Defan juga, kalau dia nggak lagi sibuk sama pacar-pacarnya itu. Kalau sama Papa jarang sekali karena Papa pulangnya selalu larut malam dan sering lembur."

"Apakah kamu sedih sekarang? Karena nggak bisa merayakan tahun baru bersama Ghafin dan Defan?"

"Ih, Kakak!"

Kenids tertawa, "Aku hanya bercanda, Sayang."

Menggenggam tangannya lagi mereka kembali berjalan, menikmati suasana indah pantai hingga Kenids mengingat satu hal.

"Kamu nggak menghubungi Ghafin?"

"Huh?"

"Karena aku kehilangan kontak dengannya. Apa dia sibuk sekali? Sampai membalas pesanku aja nggak bisa."

Kalila tidak ingin merusak moment bahagia bersama Kenids. Sekuat tenaga dia mencoba menahan air mata.

"Nggak Kak."

Kembali berjalan pelan, "Aku selalu ingin melihatmu bahagia Lila. Mengingat aku pernah menyakitimu dengan tangis aku merasa bersalah."

"Kakak ..." Ucap Kalila sedih dia menghentikan langkah kaki membuat langkah Kenids juga ikut berhenti.

Cowok itu berbalik menghadapnya.

"Kamu tau perasaanku yang sebenarnya, Sayang?"

"Kamu menyayangiku Kak."

"Hanya itu?"

Tenggorokan Kalila tercekat dia seakan kesulitan bicara sekarang.

"Kakak kenapa bertanya yang menyulitkan ...?" Lirih Kalila menunduk.

Tangan itu terulur membawa wajahnya menatap mata biru indah Kakaknya.

"Maaf karena pertanyaanku menyulitkanmu, maaf untuk semua kekacauan telah kuperbuat aku merasa bersalah Lila."

Kalila menatap Kakaknya bingung, Sorot mata itu seakan menyimpan makna luka yang menyakitkan.

"Ka, Kakak kenapa ...?"

Membawa tubuhnya ke dalam pelukan sebelum bibir lembut itu menyentuh keningnya.

"Ka, Kakak ..." Jantung Kalila berdebar kencang gadis itu mulai merasa ketakutan.

"Can you be mine?"

Air mata Kalila seketika keluar begitu saja gadis itu menangis tanpa sebab. Ketika perkataan itu keluar dan terdengar lirih di mulut Kakaknya.

"Tapi aku sadar diri perasaanku nggak akan bisa berbalas Sayang. Aku sadar diri bahwa aku yang penuh masa kelam ini hidupku begitu gelap, kotor, menakutkan, nggak pantas untukmu,  nggak pantas memilikimu, bahkan nggak pantas mempunyai khayalan indah bersamamu."

"Kakak ...! Jangan buat aku takut ... Kak, kamu tau bukan kalau aku menyayangimu? Bagaimana mungkin kamu bisa merendahkan diri di hadapanku seperti ini Kak ...?!"

Tangan itu terulur menghapus air matanya lalu bibir Kenids mencium lembut bibirnya. Menyalurkan rasa kasih sayang serta ungkapan perasaan tidak bisa dia katakan sepenuhnya. Kenids menyayangi Kalila gadis ceria dengan sorot mata polos serta tingkah laku selalu menggemaskan.

Jika nyawa bisa ditukar untuk kebahagiaan dia ingin menukar nyawanya untuk Kalila. Malaikat menggemaskan membuatnya menyukai dan begitu berarti. Bahkan saat pertama kali Kenids menggenggam tangan mungil itu menatapnya polos dalam gendongan seorang Ibu.

Pertemuan pertama mereka berarti sepanjang hidupnya. Kenids tidak ingin merusaknya semua yang terjadi akhir-akhir ini, tentang perasaan nyata dia rasakan akan dia simpan khusus direlung hati. Menjadikan suatu moment indah tersebut akan dia isi hanya bersama Kalila. Karena dia tidak akan memaksa dan dia tidak ingin berharap lagi bagaimanapun, Kalila berhak bahagia bersama pilihan hatinya dia tidak ingin menjadi beban dalam hidup gadisnya.

* * *

KENLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang