Jealous?

116 32 6
                                    

( Ghafin Ranggaksa )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Ghafin Ranggaksa )

* * *

Kenids tersenyum memandang wajah terlelap Kalila dalam pelukannya. Sehabis makan bersama gadis itu jatuh tertidur di atas ayunan berada di perkarangan rumah Kenids.

Sepulang sekolah Kalila tidak langsung pulang ke rumah melainkan langsung bermain ke rumahnya. Mengobrol banyak cerita, masak bersama, hingga tidur santai seperti sekarang. Mengusap sayang wajah terlelap itu Kenids semakin yakin dengan apa dia rasakan.

"Kakak," Gumam Kalila senyum diikuti dengan matanya yang terbuka.

"Aku ganggu tidurmu ya? Sorry nggak sengaja."

Melingkari tangan di pinggang Kenids, kepalanya terangkat untuk tidur di atas dada Kakaknya Kalila ingin bermanja.

"Tidurnya cuma sebentar, karena nggak terbiasa tidur udah sore juga Kak. Cuma tadi ya ngantuk sekali bahkan saat di jam pelajaran terakhir bawaannya nguap terus." Ucap Kalila kembali memejamkan mata.

Dia menyukai segala bentuk perhatian Kenids padanya. Karena dia sudah menganggap Kenids seperti Kakak kandungnya sendiri sama seperti Ghafin.

"Kak."

"Ya?"

"Cerita keseruan Kakak selama di Australia? Aku penasaran,"

Mencium kening Kalila dan tertawa pelan, "Aku itu di sana menempuh pendidikan Sayang, bukan sekedar jalan-jalan kerjaannya kuliah, mengikuti kelas tambahan, belajar di perpustakaan besar, pulang ke rumah sewa terus seperti itu. Kalau pun jalan bersama teman tentu nggak begitu jauh masih seputaran kota."

"Tapi pasti seru."

"Nggak juga."

Mengangkat kepalanya menatap wajah itu Kalila mulai cemberut, "Karena Kakak udah terbiasa di sana, maka rasanya biasa aja kalau aku? Belum pernah ke sana jadi wajar kegirangan bayangin."

Meraih wajah itu mendekat Kenids memberikan kecupan di hidung mungil Kalila.

"Malam ini mau jalan-jalan?"

"Pasar malam Kak gimana?"

Tertawa pelan, "Baiklah, aku minta izin dulu sama Om Hery. Mau bawa anak kesayangannya ini jalan-jalan."

"Kakak aku senang mau keluar untuk jalan-jalan." Ucapnya lalu kembali berbaring di samping Kenids dengan tawa bahagia.

"Sayang Kakak selalu!"

* * *

Ghafin menghentikan kesibukannya di ponsel, pandangan menatap ingin tahu pada Adiknya Defan. 

"Nggak bisa hanya fokus sama hobi kamu di sekolah?" 

"Dan jadi kayak apa yang Kakak mau? Kak, aku bukan diri kamu aku nggak bisa jadi seperti apa yang Papa, Mama dan kamu mau. Aku punya kesenangan sendiri aku udah turuti permintaan kalian, untuk jadi murid teladan bahkan berprestasi di sekolah."

"Kamu ngerti bukan itu yang kumaksud." 

Melempar pulpen sebelum memutar kursi belajarnya. Defan menatap sang Kakak bahkan baru tiba di rumah 1 jam lalu.

"Aku punya kesenangan sendiri Kak, aku tahu batas-batas dalam jalin suatu hubungan. Walau aku banyak permainkan hati mereka tapi aku akan berlaku jujur jika aku bosan."

"Kamu bahkan nggak menyadari ada seseorang dengan tulus menunggumu, untuk membuatmu tau, bagaimana rasanya mencintai dalam diam."

Menatap bingung sang Kakak, "Maksud Kakak ap —" 

Drrtt .. drrtt ..

Ponselnya bergetar membuat Defan meraihnya tertera nama Kalila dilayar.

"Siapa?"

"Lila, aku hidupkan speaker." Segera menghubungkannya Defan tersenyum lebar.

"Hai Defan,"

"Hai."

"Lagi ngapain? Gue ganggu?"

"Lagi kerjain tugas sekolah tapi istirahat bentar, lo lagi di mana? Kok kedengeran ramai?"

"Huaaaaa! Defan yang rajin kerjain biar dapat nilai tinggi ya! Ini gue lagi keluar malam."

"Sama siapa? Sama Om?" 

"Sama Kak Ken, tapi udah izin kok sama Papa."

"Oh,"

"Defan mau pop corn? Gue baru ingat kalo Defan suka jagung, kalo mau nanti belikan dan besok bawa ke sekolah?"

"Wah, dengan senang hati besok ditunggu."

"Asyik! Defan mau! Oke siap, silahkan lanjut kerjain tugasnya gue tutup ya?"

"Hati-hati pulangnya jangan terlalu malam, nggak baik buat anak gadis pulang malam-malam."

"Iya tenang aja, bye Defan."

"Bye Lila." Dengan tawa Defan meletakan ponselnya.

"Lila senang bisa akrab lagi dengan Ken. Mereka udah lama juga nggak ketemu."

"Dia juga anggap Lila sama sepertimu Kak?"

"Apanya?"

"Menganggap Lila sebagai Adiknya?"

"Tanpa aku jawab, bukannya udah kelihatan?"

"Bagus."

"Memangnya kenapa?"

"Nggak apa-apa."

"Kamu cemburu?" Tebak Ghafin mencoba memancing pembicaraan.

"Sedikit. Cemburu dalam artian takut rasa sayang aku kasih, harus terbagi aja karena kehadiran dia."

* * *

KENLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang