"Gue nggak pernah tau bakal seribet ini."
"Apaan?"
Menghela napas berat Ghafin menyandarkan tubuhnya. Sesuai perkataan cowok itu malam tadi pagi-pagi dirinya sudah berada di depan rumah Kenids. Dan benar saja Kenids baru kembali setelah mengantar Kalila ke sekolah. Sekarang mereka sedang berada di salah satu rumah makan.
"Pertengkaran lo sama Om dan Tante. Ken gue tau gimana rasa marah dan sedih lo, tapi tuh kejadian udah berlalu lama."
"Dan waktu nggak bisa ilangin itu semua dengan mudah. Gue tetap dapat kebencian dari mereka. Kalo nggak ingat sama perjanjian rasanya mau cepat balik ke Aussie."
"Elo ada buat janji? Sama siapa?"
"Gue tetap bertahan sampe tahun baru nanti. Ada seseorang rindu gue dan minta gue buat tetap di sini, sampe masa liburan gue berakhir."
"Siapa?"
Dengan senyum Kenids tidak menjawab cowok itu melanjutkan makannya.
"Tapi seenggaknya gue senang lo nggak kayak dulu, lo bisa kendalikan amarah lo Ken. Gue nggak tau apa yang buat semua itu bisa berubah, tapi gue senang sama perubahan lo ini."
"Seseorang sebelumnya gue nggak sadar, tapi sekarang dia udah berarti dalam hidup gue."
Ghafin penasaran siapa yang dimaksud Kenids. Apa temannya itu sedang jatuh cinta? Jika iya kepada siapa?
"Dan lo? Napa sampe detik ini nggak ada perubahan? Masih terjebak sama masa lalu juga?"
Ghafin melempar gumpalan tisu ke Kenids dan tepat sasaran.
"Sok tau lo."
"Gue nggak sok tau, itu keliatan dari gantungan kunci motor lo."
Ghafin melihat ke kunci motornya.
"Apa lo masih kayak remaja yang baru puber? Gue perhatikan lo selalu bawa tuh barang ke mana pun lo pergi."
"Entahlah, gue merasa ini berharga dalam hidup gue, bahkan belum bisa gue lupain."
Getaran ponsel Kenids membuat Ghafin penasaran dan melihat dilayar.
"Nyokap lo."
"Biarin."
"Angkat Ken siapa tau penting."
Kenids beranjak berdiri berjalan menjauh sedangkan Ghafin kembali melanjutkan makan. Menunggu dan tidak lama saat Kenids kembali datang dengan raut wajah menahan marah.
"Napa?"
"Nyokap minta gue pergi nanti malam."
"Ke mana?"
"Ke rumah cewek yang mau dijodohin sama gue."
Ghafin tersedak makanannya dia meraih minuman, meneguknya cepat lalu menatap Kenids tak percaya.
"Elo dijodohin?!"
"Ya dan dengan senang hati, gue terima."
"Lalu tuh cewek?"
"Dia nggak berusaha nolak, kami bahkan sepakat terima semua."
"Apa lo rencanain sesuatu?"
"Tebakan yang benar. Gue mau main-main dikit sama calon tunangan gue."
Tidak ingin terlihat gugup Ghafin memilih melahap makanannya. Sosok yang seperti ini malam tadi mengusik tidurnya. Ghafin begitu khawatir mengenai bagaimana keadaan Kalila terlebih Adik kesayangannya itu menghubunginya, memberitahu bagaimana kondisi berbeda dari seorang Kenids Rans William.
Kenids pernah merasakan hidup dalam kehancuran beberapa tahun lalu. Bukan hanya dia mengetahui pasti bagaimana kondisi Kenids, tetapi Hery-Papa Kalila juga mengetahui hal ini. Hanya Kalila tidak mengetahui kondisi Kenids yang sebenarnya bukan tanpa alasan Hery meminta demi kebaikan Kalila. Adiknya Defan sudah mengetahui hal ini sejak malam tadi karena Ghafin memutuskan menceritakan semua pada Defan dengan tujuan agar Adiknya itu suatu saat dapat melindungi Kalila, bahkan saat dirinya berada begitu jauh.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
KENLA [END]
RomanceThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =================================== Aku bisa berbohong, Melalui bahasa tubuh tatapan dan perkataanku. Aku...