That Eyes

98 31 7
                                    

( Fares Harewood )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Fares Harewood )

* * *

"Demi kelinci kesayangan gue yang ganteng di rumah! Tapi Pak Fares lebih ganteng lagi dari siapa pun, oh god! Gue lama-lama bisa kena pingsan efek cogan, saking senangnya pria-pria tampan bertebaran!"

"Apaan?" Flor menatap risih Nindy.

Saat ini mereka sedang berada di salah satu rumah makan.

"Elo cerita kalo dosen ganteng itu nyebelin? Dari sisi mananya? Ganteng gitu bisa cuci mata, kalo ke kampus bawaannya semangat terus."

"Berisik!"

"Yeeeeee! Lo aja terlalu serius apaan? Masih kepikiran tuh perjodohan? Udahlah Flo terima aja, kalo lo tolak rugi tau. Kenids tuh ganteng, gue waktu pertama liat dia sampe lupa bentar cara napas normal."

"Siapa bilang gue tolak nih perjodohan?"

Nindy tersedak minuman kelapa yang dia pesan. Menatap tak percaya pada Flor sibuk mengunyah makanan.

"Serius?"

"Yup."

"Oh my god! Kapan?!"

"Belum tau pasti. Tunggu dia tentuin tanggal pertunangan kita."

"Gue turut senang! Semoga lancar dan gue bakal jadi sahabat lo paling super duper sibuk, buat terjun langsung dalam pelaksanaannya."

Flor tertawa.

"Nah gitu dong, ketawa nggak buat kecantikan lo kurang, yang ada lo makin cantik setiap detik."

"Paling bisa. Kalo udah gini jangan bilang ada maunya."

"Kok tau? Bayarin makanan gue sekalian ya? Lagi hemat duit."

"Das -—" Perkataan Flor terhenti saat mendengar suara riuh pengunjung rumah makan.

Penasaran ada apa wanita itu mencari sumber suara.

"Flo ... ya ampun, gue nggak salah liat, kan? Itu di sana ada Pak Fares!"

Melihat pemandangan itu dengan biasa saja. Dosen menyebalkan itu sedang berjalan bersama rombongan dosen kampusnya. Suasana menjadi heboh karena dia paling muda di antara yang lain berjalan menuju meja, tanpa susah payah mencari tahu keributan berasal dari dirinya sendiri.

"Tebar pesona." Ucap Flor sinis.

"Apaan yang tebar pesona?" Omel Nindy tidak terima, "Kalo Pak Fares tebar pesona, udah dari tadi dia mamerin senyumnya ke para wanita yang muja dia di sana. Tapi nyatanya nggak justru cuek dan sibuk sama ponselnya, gue mau jadi kekasih sehidup semati dia."

Kembali fokus dengan makanannya sebelum Nindy menendang kuat kakinya.

"Sakit!"

"Flo ... ap, apa gue salah liat?"

"Apaan?"

"Pak Fares ng ... itu."

"Itu apa?"

"Liat ke arah kita! Gue serius lo harus liat sekarang!"

Menoleh ke belakang pandangan matanya bertemu dengan sorot mata itu. Tiba-tiba saja Flor mengingat kembali saat hari di mana hujan turun dia bertemu pertama kali dengan sorot mata segelap malam.

"Flo! Dengar gue ngomong?!"

"Huh?"

Nindy meneguk cepat minumannya.

"Tau, ah! Sebal gue sama lo dicuekin mulu!"

"Ngomong apaan barusan?"

"Gue dapat info kalo jam dua nanti ada kelas tambahan. Jadi gue nggak bareng sama lo pulangnya, nggak apa-apa?"

"Elo gue antar ke kamp —"

"Nggak perlu, gue bisa pake jasa penyedia motor atau mobil. Nggak mau repotin lo terlalu banyak."

"Apaan? Siapa yang repotin coba? Nggak kok, lagian gue nggak ada kegiatan apa pun lagi setelah ini."

"Buat dong Sayang, kegiatan lo suka bisa belanja sepuasnya atau ke salon manjakan diri."

"Sana bayarin, gue tunggu di mobil sekarang." Ucap Flor meletakkan uang 200 ribu di atas meja.

"Sisanya beli cemilan ya?!"

"Terserah."

* * *

KENLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang