Multiple Personality Disorder

70 19 8
                                    

William dan Velyn menatap tak percaya dengan apa Hery perlihatkan. Saat ini keduanya sedang berada di rumahnya mencari tahu lebih lagi tentang apa yang terjadi pada anak mereka.

"Inilah yang selalu ingin aku tunjukkan pada kalian berdua, tentang perubahan sikap terjadi pada Ken sejak lama."

Menunjukkan laptop kerjanya Hery mulai menjelaskan secara perlahan.

"Selama ini aku selalu mencari tahu tentang apa yang terjadi. Di mana masa kecil Ken nggak seindah anak-anak lainnya dan itu karena kalian berdua. Ken mengetahui sejak lama bahwa kalian nggak pernah menginginkannya hadir di dunia ini."

Hery melihat wajah kaget mereka tapi untuk apa? Menyesal dengan semua telah terjadi? Semua sudah terlambat.

"Multiple personality disorder, atau biasa dikenal dengan kepribadian ganda. Di mana kepribadian ini terjadi pada seseorang mempunyai latar belakang menyedihkan. Dunia sendiri yang penuh kegelapan tanpa rasa sedikit pun kebahagiaan. Kepribadian ganda memegang kendali tubuh seseorang secara penuh ini yang terjadi pada Ken. Saat identitas itu kembali pada identitas utama asli, maka dirinya nggak akan mampu mengingat apa pun telah terjadi sebelumnya."

Velyn terisak, "Ken ... maafkan Mom Nak ..."

"Ini semua salahku jika saja aku, nggak berbuat jahat padanya." Lirih William.

"Kepribadian ganda bisa hadir saat gejolak emosi seseorang tengah terpancing. Dikendalikan oleh amarah dan tanpa sadar melakukan hal di luar akal pikiran. Oleh karena itu Ken nggak mengingat tentang apa yang telah terjadi kepadanya bahkan jika kalian mengerti, semua terjadi itu bukan salahnya."

"Hery bantu kami apakah Ken bisa disembuhkan? Kami benar akan merasa bersalah jika Ken sampai kenapa-napa." Ucap Velyn memohon.

"Maafkan aku selebihnya kalian bisa mencari tahu sendiri. Anggap ini pelajaran harus kalian ambil karena telah menyia-nyiakan anak sepintar Ken. Hingga cowok itu beranjak dewasa kalian hanya tahu memikirkan ego masing-masing. Aku memang nggak berhak ikut campur tapi sejak kecil, Ken selalu bercerita semua dia rasa sampai membuatku menyayanginya sama seperti Lila."

"Oh iya satu lagi, usahakan kejadian menimpa dirinya Ken jangan sampai tahu, juga kepergian Ghafin karena itu akan memunculkan kepribadiannya yang lain. Dia nggak boleh bersedih dan merasa kehilangan dulu dalam waktu dekat ini."

* * *

Pagi-pagi sekali Kalila pergi ke rumah sakit setelah memarkirkan sepeda, gadis itu berjalan dengan pelan.

Kalila menyadari dia masih menangis bahkan hingga pagi ini. Kepergian Ghafin dalam hidupnya menimbulkan luka mendalam. Lalu suara Papanya terus mengusik pikiran Kalila tidak dapat lagi menahan tangis, karena ditinggal pergi oleh Ghafin untuk selamanya.

*

"Ken nggak boleh mengetahui dulu bahwa Ghafin telah pergi untuk selama-lamanya. Lila bisa bukan merahasiakan ini? Sampai di mana Ken sembuh total, Sayang?"

"Papa katakan Kak Ken sebenarnya kenapa ...?"

"Maafkan Papa Sayang, maaf karena begitu lama menyembunyikan semua ini. Papa dan Ghafin sudah tahu sejak lama jika Ken mengalami kepribadian ganda. Saat kamu melihatnya untuk melakukan percobaan bunuh diri itu bukan Ken Sayang ... itu sisi lain dari dirinya."

*

Menghentikan langkah kaki di depan kamar inap Kakaknya bukan tanpa alasan, dirinya berusaha menghapus air mata dan memukul pelan kedua mata, agar tidak terlihat habis menangis sebelum Kalila mengetuk pintu dan melangkah masuk.

Ruang inap besar tanpa ada yang menjaga Kakaknya karena Kenids tidak menginginkan kedua orang tuanya menjaga dirinya. Bahkan untuk sekedar menjenguk saja Kenids tidak menginginkan semua itu.

Kamar itu dalam keadaan kosong. Panik hadir Kalila bergegas masuk.

"Kakak?"

Kamar tersebut benar dalam keadaan kosong Kalila mulai khawatir begitu takut dalam waktu bersamaan. Seketika dia kembali menangis,

"Kakak!"

Ketika dia akan melangkah keluar untuk mencari suara pintu toilet dibuka mengalihkan perhatiannya. Kenids keluar tentu dengan membawa infusnya melihat kaget kedatangannya.

"Kakak ...!" Berlari mendekat dan memeluk Kakaknya.

"A, aw ..." Ringis Kenids membuat Kalila sadar telah menekan luka di perutnya.

Melepas diri Kalila menatap wajah Kakaknya bukannya berhenti menangis suara tangisnya semakin menjadi.

"Lila kamu kenapa?"

"Aku pikir Kakak menghilang ... aku takut ...!"

Meraih tubuh itu ke dalam pelukan secara perlahan, "Aku nggak ke mana-mana Sayang, tadi habis dari toilet kamu berhenti ya nangisnya? Maaf membuatmu nangis seperti ini."

Menghapus air mata Kalila menuntun Kenids menuju tempat tidur setelah Kakaknya naik, Kalila duduk ditepi tempat tidur meraih tangan sang Kakak sebelum kembali menangis.

"Kak aku minta maaf ..."

"Untuk?"

"Karena aku Kak Ken jadi seperti ini, Kakak aku nggak bermaksud seperti itu, tarik kata-kataku kembali Kak aku, nggak benar-benar membenci Kakak maaf ...!"

"Kamu pantas membenciku."

Menggeleng berusaha meredakan tangisnya, "Nggak Kak maaf ..."

"Baiklah kita lupain masalah itu, tapi kamu berhenti nangis sekarang janji?"

Kalila mengangguk dan menghapus air matanya.

"Mereka mengatakan padaku jika luka ini, aku dapat saat berkelahi dengan preman, benar?"

Meski bingung dan tidak mengerti Kalila memilih mengangguk. Dan seketika paham mereka yang dimaksud Kakaknya itu adalah Om William dan Tante Velyn.

"Oh iya sejak kemarin, aku nggak lihat Ghafin? Dia menjengukku, kan?"

Kalila tertegun,

Tidak bisa menahan kesedihan. Kalila bukan seperti Papanya atau Defan yang kuat menghadapi kepergian Ghafin. Karena Kalila tidak pintar untuk bersandiwara.

"Lila kamu kenapa?"

"Kak aku mau peluk Kakak boleh?" Ucap Kalila sambil berusaha tertawa senang.

Sedikit bingung Kenids tetap merentangkan tangan dengan Kalila langsung jatuh ke dalam pelukannya. Karena dengan sebuah pelukan Kalila dapat menangis sepuasnya dalam diam.

* * *

KENLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang