Decision

57 20 6
                                    

Flor mencoba melepaskan diri saat dirinya di dorong masuk ke dalam mobil. Mengusap sakit pergelangan tangannya dia menatap penuh benci ke Fares.

"Bapak mau buat saya malu?! Kenapa tarik-tarik saya seperti itu tadi?!"

"Seharusnya saya yang malu jalan membawa dirimu."

"Maksud Bapak apa?! Kita mau ke mana?! Saya ada kelas lagi satu jam ke depan!"

"Makan siang. Ada beberapa dosen hadir kamu akan ikut untuk jadi pesuruh saya di sana."

"Kenapa Anda menyebalkan sekali!"

"Ingat perjanjiannya tanpa bantahan. Jika kamu ingin nilaimu naik menjadi B, maka turuti semua yang saya inginkan."

"B?! Setelah saya menurunkan harga diri saya untuk jadi babu Anda! Dan hanya menggantikannya dengan B?! Saya butuh A!"

"B atau tidak sama sekali, kamu tidak punya pilihan."

Merasakan kepalanya terasa akan meledak karena amarah, Flor memilih melihat suasana luar dari balik jendela mobil.

"Anda seharusnya tidak memerlukan saya setidaknya untuk hari ini. Saya sudah kacau akibat kehilangan barang berharga dalam hidup saya."

"Sepenting itu? Semahal apa barang berhargamu gadis bodoh? Kamu menceritakan hal ini seakan mengatakan, jika kehilangan barangmu menjadi kesalahan saya seperti itu?"

Flor kembali tersulut emosi, "Iya! Jika saja Anda tidak menyebalkan! Jika saja nilai saya tidak turun D! Jika saja saya tidak sibuk bersih-bersih hingga menghilangkan barang berharga saya! Semua ini tidak akan terjadi! Anda harus tahu barang itu tidak bisa ditukar dengan apa pun di dunia ini!!!!"

Menepikan mobil setelah memastikan jalanan sepi Fares mengerem mendadak. Melepas sabuk pengaman dan mendorong tubuh Flor ke sudut jendela menatap tajam mata itu.

"Jika kamu tidak mengubah sikap untuk terus berteriak di depan saya, akan saya pastikan kamu menerima akibatnya."

"Saya membenci Anda dengan sangat! Buka pintunya sekarang."

Tanpa mengubris perkataan gadis bodoh di sampingnya Fares kembali menjalankan laju mobilnya.

"Diam atau pilih saya perkosa kamu sekarang."

Melotot marah Flor merasakan air matanya akan jatuh. Memilih melihat keluar jendela lagi satu-satunya hal yang hanya bisa dia lakukan saat ini.

Flor hanya ingin barang berharganya kembali. Tidak peduli masalah apa akan terjadi ke depan menyangkut hidupnya saat ini, terpenting Flor ingin sesuatu berharga itu kembali dalam genggamannya.

* * *

Tubuhnya sudah terasa lelah seharian dan malam ini Flor dipaksa mengikuti acara makan malam. Acara itu akan dilaksanakan bersama kedua orang tuanya di salah satu restoran mewah. 

Dia sempat melupakan sejenak perjodohan bodoh ini hingga sepasang mata biru hadir dan mereka beradu pandang.

"Akhirnya datang juga kalian."

"Maaf lama, biasa macet di jalan." 

"Hanya berdua? William nggak ikut?"

"Dia sibuk di kantornya tapi sudah titip pesan, salam darinya untuk kalian."

"Ya sudah yuk duduk. Silahkan pesan menunya, kita makan yang mewah malam ini." 

15 menit berlalu mereka makan dalam keadaan hening lalu hidangan penutup disajikan, Flor mulai merasakan risih dan seketika tahu pembicaraan serius akan dimulai sekarang.

"Baiklah Pa, biar Mama dulu yang berbicara gimana Sist? Sudah kamu bicarakan dengan Ken, kapan tanggal pertunangan ini berlangsung?"

"Ken silahkan Sayang, Tante ingin mendengar jawaban darimu."

Mata itu menatapnya dengan senyuman sinis. Flor menatap semua itu dan seakan dia bisa merasakan aura dingin disekitar mereka.

"Mohon maaf Tante, saya belum punya rencana menentukan tanggal berapa pertunangan ini akan dilaksanakan. Ada baiknya Tante dan Om bisa bertanya pada anak Tante ini, tanggal berapa sekiranya yang bagus."

Sialan. Batin Flor menatap benci cowok yang duduk berdepanan dengannya.

Flor jelas tidak konsentrasi akibat masalah dia hadapi seharian.

"Flo, Papa ingin mendengar pendapat dari kamu Sayang, tampaknya kamu sudah menentukan tanggal manis untuk acara nanti."

Dan Flor hanya bisa mengepalkan kedua tangan tanda frustasi.

* * *

KENLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang