2 minggu berlalu tepatnya setelah Kenids keluar dari rumah sakit. Semua seakan berubah dia merasa kedua orang tuanya mulai peduli padanya tapi kenapa tidak dari dulu? Mungkin saat dia menjadi bocah umur 9 tahun, dengan senang akan menerima perhatian dari kedua orang tua karena itu selalu dia harapkan.
Bersandar di atas tempat tidur Kenids memegang kalender kecil menyadari 3 hari lagi menuju tahun baru. Tidak sabar ingin merayakannya bersama Kalila juga Ghafin. Dan dia akan melihat Ghafin membawa banyak wanita untuk dikencani.
Dasar playboy, pikirnya sambil tersenyum kecil.
Berpikir tentang Ghafin Kenids merasa aneh dengan temannya itu. 2 minggu tidak ada kabar Kalila mengatakan jika Ghafin ada melihatnya di rumah sakit sehari sebelum dia sadar.
Lalu sekarang sesibuk itukah hingga dirinya pulang dari rumah sakit saja, dia belum bertemu Ghafin secara langsung.
Suara pintu diketuk dari luar membuyarkan lamunan, melihat pintu dibuka Velyn berjalan masuk.
"Ada apa?"
"Ada Lila dia baru selesai membuat puding mangga Sayang, kamu pasti suka."
Menoleh ke arah pintu lagi Kalila berjalan masuk.
Menggemaskan, pikir Kenids. Gadis itu menggunakan bando motif bunga untuk menarik poninya ke atas.
"Selamat sore Kakak,"
"Mendekatlah."
Mengerti jika anaknya hanya ingin berdua saja Velyn keluar kamar dan menutup pintu.
Kalila duduk ditepi tempat tidur dengan senyum menyodorkan puding buatannya.
"Sepertinya enak."
"Semoga aja Kak, ini dicoba dulu."
"Suapi aku masih dalam tahap penyembuhan, jadi pegang sendok masih sulit."
Dengan polos Kalila menuruti menyuapi satu sendok pudingnya.
"Gimana Kak?"
"Enak."
"Asyik! Ayo Kak buka lagi mulutnya aku suapi."
5 sendok suapan dia makan sisanya Kenids memutuskan melanjutkannya nanti.
"Apa masih sakit Kak?"
"Apa?"
"Perut Kak Ken?"
"Iya masih terasa sakit sedikit."
"Kak Ken rajin minum obat, kan? Biar cepat sembuh."
Mengangguk sebelum dia duduk mendekati Kalila, menatap wajah itu dalam diam tentu dengan senyum kecil terukir di bibir.
"Apa ada yang salah dengan wajahku Kak?" Kalila memegang kedua pipinya.
"Nggak."
"Jika nggak, kenapa menatapku seperti itu?"
Mendekatkan wajah Kenids tersenyum, "Tiga hari lagi tahun baru, kamu ingin jalan-jalan ke mana?"
"Pantai! Sebelum ke sana kita beli kembang api yang banyak ya Kak?!"
Kenids tertawa pelan melihat binar bahagia di mata Kalila. Gadis itu kegirangan padahal dia baru memulai dengan sebuah pertanyaan.
Gemas Kenids menempelkan keningnya pada kening Kalila meresapi harum gadis itu.
"I want to kiss you."
Jantung Kalila seketika berdebar kencang menatap Kakaknya dengan gugup.
"Tapi kamu nggak akan mau bukan? Jadi aku nggak ingin berharap lebih. Aku nggak ingin melihatmu marah dan mengeluarkan kata kebencian padaku lagi."
"Kakak maaf ..., aku udah mengatakan berapa kali pada Kak Ken bahwa aku nggak benar-benar membenci Kakak, aku hanya nggak siap dan nggak mengerti Kak it, itu ciuman pertamaku ..."
Menatap penuh cemas kepada Kakaknya atas penjelasan dia barusan, Kenids mencium keningnya dan tersenyum lembut padanya.
"Besok pagi aku ingin bertemu Om, minta izin bawa anaknya ini jalan-jalan."
"Tapi Kak Ken belum sembuh total, kita mau ke mana Kak?"
"Mewujudkan keinginanmu merayakan malam tahun baru bersamaku oh, kita nggak hanya berdua aja aku akan hubungi Ghafin, minta dia ikut semoga ponselnya cepat aktif."
"Kakak ng, nggak bisakah hanya kita berdua aja?"
Menatap Kalila dengan senyum penuh arti, "Kamu hanya ingin berduaan denganku Sayang? Baiklah."
"Aku pulang dulu ya Kak, pudingnya jangan lupa dihabisin."
Ketika Kalila keluar dari kamar Kenids baru air matanya tumpah sampai kapan dirinya harus berbohong? Sampai kapan Kakaknya tidak mengetahui bahwa Ghafin sudah tidak ada?
"Kenapa aku minta tahun baru kali ini ingin merayakannya di pantai Kak? Karena itu adalah keinginan Kak Ghafin yang selama ini belum tersampaikan. Kak Ghafin beralasan sibuk padahal selama ini dia menjalani pengobatan ... maaf karena sekali lagi aku berbohong padamu Kak,"
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
KENLA [END]
RomanceThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =================================== Aku bisa berbohong, Melalui bahasa tubuh tatapan dan perkataanku. Aku...