It's You

92 29 6
                                    

( Kalila Arfreeya )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Kalila Arfreeya )

* * *

Sesuatu yang lembut terjadi beberapa kali di wajahnya membuat Kalila mengelak risih karena tidurnya terganggu. Mencoba mengelak lagi ketika sesuatu yang lembut itu mulai mengenai mata, pipi, hidung, dagu serta keningnya.

Tangan gadis itu berusaha memukul ringan saat tawa dia kenal menghentikan usahanya. Perlahan Kalila membuka mata sepasang mata biru berada tepat di hadapannya. Kedua matanya melotot kaget ada perasaan senang yang tak terkira.

"Kakak!" Teriak Kalila beranjak bangun dari kursi lalu menerjang tubuh itu membuat Kenids jatuh terlentang, dia meringis kesakitan karena Kalila berada di atasnya.

"Kapan pulang? Ke mana aja? Aku kangen!"

Menahan sakit di punggung Kenids membawa Kalila duduk.

"Tidur di rumah teman, maaf nggak kasih tau sebelumnya."

Kalila memberikan jarak wajahnya tanpa berniat melepaskan pelukan, "Nyebelin tau? Aku pikir Kak Ken marah padaku,"

"Maaf."

Kembali tersenyum Kalila mengalihkan pandangan ke atas meja.

"Ketiduran habis buat puding di makan setengah, sisanya disimpan buat Papa pulang, Kak Ken mau?"

"Puding apa?"

"Stroberi."

"Boleh."

Tertawa senang Kalila beranjak berdiri melangkah riang ke dapur. Mengambil piring kecil dia membuka lemari pendingin. Memotong beberapa bagian puding buatannya lalu diletakkan di atas piring.

"Sepertinya enak."

Kalila mengangguk senang, "Semoga aja enak kalau di lidah aku rasanya pas Kak, soalnya ini juga baru pertama kali bikin."

Kenids tertawa berjalan mendekati Kalila meraih tubuh itu untuk merapat padanya.

"Suapi aku."

"Nggak mau, suap sendiri."

"Jadi nggak mau?"

Menggeleng Kalila merasakan tubuhnya melayang, Kenids mendudukkannya di atas meja dapur.

"Kakak! Untung nggak tumpah pudingnya, ih!"

"Suapi sekarang."

Menatap cemberut Kalila memotongnya kecil menggunakan sendok, segera mengarahkan puding tersebut ke mulut Kenids.

"Enak."

"Serius? Asyik! Aku berhasil bikinnya."

Melihat tawa menggemaskan itu membuat Kenids sadar tidak seharusnya dia bersikap seperti anak kecil. Kalila tidak bersalah tapi kenapa kemarahannya membutakan segalanya?

Kenids tidak ingin membuat Kalila bersedih apalagi menangis karena dirinya.

"Lagi?"

Kenids mengangguk memeluk pinggang Kalila sebelum memberikan kecupan lembut di dagu.

"Kamu bisa bikin banyak rasa, lalu aku akan jadi orang pertama coba segala buatanmu."

* * *

Walau terus menghindar tentang apa dia rasakan hingga detik ini dia tidak mampu lagi menghindar. Kenids merasakan perasaan seketika dia tahu bahwa dunianya tidak hanya tertuju pada impiannya mendirikan karir di Negeri kangguru. Melainkan juga pada seorang gadis yang mampu membuatnya nyaman,

Kalila Arfreeya.

Gadis berusia 15 tahun yang awalnya dia anggap sebagai Adik tapi setelah ke pulangannya ini semua telah berubah. Kenids merasakan perasaannya tidak lagi bisa normal seperti sebelumnya.

Karena saat dia pulang dulu Kalila belum pindah ke rumah sebelahnya. Bahkan mereka tidak lagi berkomunikasi begitu lama, karena saat Kalila memasuki usia 11 tahun gadis itu mengikuti Papanya pindah rumah yang tidak jauh dari kantor. Hingga sekarang dia bertemu kembali dengan Adiknya. Dan apa yang dia rasakan saat ke pulangannya ke rumah? Kini terselip perasaan bahagia.

Kembali menatap Kalila yang duduk disampingnya. Gadis itu sibuk mengunyah cemilan kentang sambil tertawa menonton kartun larva.

"Lucu banget yang kuning! Dia mirip kamu Kak!"

Melotot Kenids tak percaya atas ucapan gadis polos itu barusan.

Dia disamakan dengan makhluk kuning panjang itu?!

"Lila kamu bercanda?"

"Nggak Kak lucu banget!"

Gemas dengan tawa Kalila merangkul tubuh itu untuk berada dalam pelukannya.

"Samain aku lagi dengan makhluk kuning itu, aku nggak akan segan-segan menggigitmu."

"Coba aja kalau berani."

Terlambat untuk berlari tubuh itu dibawa duduk ke atas pangkuan. Memeluk pinggang gadis itu Kalila mulai panik.

"Berani mengancamku, Sayang?"

"Kakak! Aku hanya bercanda jangan gigit!"

Mendekatkan kepalanya menuntun kedua tangannya memegang kepala Kalila, dengan gemas Kenids menggigit pelan hidung mungil Kalila.

"Kakak!"

Tidak puas dengan itu bibirnya mulai menciumi seluruh wajah Kalila. Hingga matanya tertuju pada bibir merah alami gadis itu.

"Nggak lagi main ancam-ancaman!" Ucap Kalila sambil tertawa.

Pandangan mereka bertemu dengan polosnya Kalila memeluk Kenids, menyandarkan nyaman kepala di bahu kanan Kenids.

"Kenapa nggak dari dulu Kak pulangnya? Betah banget di sana."

"Mama membohongiku, mengatakan kalau dia sedang sakit sehingga aku segera pulang. Tapi apa yang kudapatkan? Dia mengerjaiku dan aku benci itu."

Mengangkat kepalanya Kalila menatap sepasang mata biru Kenids.

"Tante merindukanmu Kak, Om juga. Meskipun keduanya juga jarang ada di rumah. Tapi Kakak nggak perlu takut lagi kesepian 'kan udah ada aku."

Kenids tertawa Kalila benar polos, jika saja ucapan gadis itu sejalan dengan pikirannya tentu dia akan senang. Sayangnya Kalila menganggapnya tidak lebih dari seorang Kakak. Hanya sebatas itu tinggal gimana caranya membuat hati dan pikiran Kalila hanya tertuju padanya. Dia akan menggunakan waktu singkat yang tersisa 3 minggu lagi membuat Kalila Arfreeya, jatuh hati padanya.

* * *

KENLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang