Choose (1)

92 17 15
                                    

Ada banyak hal yang selalu dia inginkan untuk dapat merasakan sebuah kehangatan dalam keluarga. Impian anak kecil menginginkan kasih sayang tulus dari kedua orang tua, nyatanya hanyalah angan belaka bahkan terlalu indah untuk menjadi nyata.

Kini anak itu telah tumbuh dewasa dan semua impian telah sirna seiring berjalannya waktu. Tapi jauh dalam lubuk hati dia masih menginginkan impian tersebut bukan bersama orang tuanya lagi, melainkan bersama gadis dengan senyum menawan memenuhi pikiran dan hatinya setiap saat. Walau setelah ini dia akan menguburnya ke dalam relung hati yang dalam.       

Kenids tersenyum saat seseorang dia sayang membukakan pintu untuknya dan Kalila.

"Om sudah menunggu kalian sejak tadi,"                                

Memperhatikan anaknya terlelap dalam gendongan Kenids, Hery tersenyum lembut.

"Kami terjebak macet tadinya bisa sampai pukul sembilan, menjadi pukul sepuluh."

"Lila pasti berat segera bawa dia ke kamar, Om akan ambilkan minuman untukmu."

Berjalan menuju kamar gadisnya Kenids membaringkan Kalila. Ketika dia ingin mengambil selimut kedua tangan gadis itu justru memeluk lehernya. 

"Hei," Bisik Kenids tersenyum lembut.

Gadisnya membuka sedikit mata menatap wajah tampan di hadapan dengan senyum sebelum terlelap kembali. Meraih selimut Kenids melakukan semuanya dengan sayang. Mengusap wajah Kalila dan mencium lama kening gadisnya.

"Maaf untuk semuanya aku mencintaimu Lila, sangat mencintaimu ... maafkan aku untuk perasaan nggak berarti dan dapat membebani hidupmu,"

Memperhatikan sejenak wajah terlelap itu sebelum dia menunduk, memberikan ciuman ringan di bibir Kalila dan bergegas keluar kamar. Melangkah menuju ruang tamu dia mendapati Hery sedang menunggunya di sana.

"Minumlah dulu kamu pasti kedinginan."

"Terima kasih Om." Meraih cangkir itu Kenids menikmati hangatnya teh membasahi tenggorokannya.

"Ken kamu tahu bahwa Om menyayangimu, baik sekarang mau pun sejak dulu. Om ingin bertanya satu kali lagi, apakah kamu serius dengan keputusan kamu ambil?"

"Ya."

"Kamu nggak memikirkan bagaimana jika Lila harus menghadapi semua? Terlebih jika dia tahu keputusan kamu ambil ini akan menyakiti dirinya? Om sangat sedih dengan pilihan kamu selanjutnya Ken, kamu nggak sendirian hidup di dunia ini ada Om dan Lila menyayangimu akan terus seperti itu ..."

"Maafkan aku,"

"Kamu nggak perlu minta maaf, hanya saja Om sangat sedih jika kamu memilih keputusan ini dan kamu berkata benar, bahwa apa yang kamu pilih adalah keputusan tepat."

"Aku berusaha untuk mengendalikan diriku tapi nyatanya aku selalu kalah. Aku nggak ingin Lila terbebani dengan semua ini Om. Dan ketakutan terbesarku adalah aku dapat melukai dirinya entah kapan pun itu."

"Om yakin kamu pasti sembuh. Om sangat yakin kamu nggak akan pernah menyakiti Lila karena dia terlalu berharga untukmu. Jika Om punya kuasa Om justru ingin Kalila hidup bersamamu selamanya Ken, Lila sangat menyayangimu ..., bagaimana mungkin kamu bisa berkata seperti itu?"

Setelah sekian lama Hery tidak melihat air mata itu kini Kenids menangis di hadapannya, membuat sekujur tubuh Hery ikut merasakan kesedihan dan rasa sakit tak kasatmata itu lagi. Jika dia punya sihir dia ingin membuat hidup seorang Kenids berakhir bahagia bukan seperti sekarang ini. Tidak berusaha lagi untuk kuat Hery menyaksikan semua itu dengan rasa sakit teramat. Pria itu terus berdoa untuk kebahagiaan Kenids.

KENLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang