Happy!

189 41 6
                                    

"Bukan lagi bocah umur sembilan tahun, tapi kelakuan parah kali tangan lo nih, pada kena luka goresan apa nggak sakit?"

Kalila tertawa melihat Kenids marah-marah sejak tadi. Tetapi tetap fokus mengobati siku tangan kanannya serta telapak tangan kiri yang terluka.

"Kalau aku bocah sembilan tahun, berarti Kakak remaja umur tujuh belas tahun dong, yeay! Kembali ke masa itu Kak."

Membereskan kotak obatnya Kenids duduk di kursi meja belajar, memutar kursi menghadap Kalila yang duduk ditepi tempat tidurnya.

"Jangan lagi kayak gitu, gimana kalo lo benar luka parah? Seandainya kalo nggak ada tuh kardus-kardus, lo bisa kena patah tulang."

"Aku tadinya mau ngintip mau rekam Kakak yang lagi romantis gitu ... soalnya besok hari minggu jadi Kak Ghafin akan main ke rumah. Aku mau kasih lihat pacar Kakak."

Mendengar nama teman lamanya disebut Kenids menatap serius Kalila.

"Serius?"

Gadis itu mengangguk senang dia beranjak berdiri dan mulai melihat isi kamarnya.

"Aku mau seperti Kak Flo bisa secantik itu, perawatan yang bagus biar Defan bisa suka padaku. Besok dia juga ikut main ke rumah."

"Elo tuh udah cantik, jadi diri sendiri lebih baik."

Menggeleng keras Kalila mulai berkacak pinggang, "Apaan? Kakak menghina aku banget."

"Dibanding lo yang dulu rambut aja model laki-laki, sekarang udah mau manjangin rambut. Wajah juga putih bersih mau apalagi?"

"Ih, tetap aja mau perawatan titik!"

"Terserah." Melirik jam pukul sepuluh malam, "Sana pulang, nanti dicari Om Hery."

"Oh iya Papa nanti cari! Terus aku baca artikel gadis remaja seperti aku ini nggak baik tidur terlalu malam. Nanti matanya seperti mata panda hitam di bawahnya, terus Defan lihatnya seram terus —"

"Besok jam berapa?"

"Apa Kak?"

"Ghafin datang."

"Jam enam. Kami bertiga mau olahraga bareng."

"Elo tuh bukan olahraga tapi sibuk pendekatan."

Kalila tertawa senang menutup setengah wajah menggunakan rambut, setelahnya berlalu keluar dari kamar Kenids.

"Aku hampir lupa Kak."

"Apaan?"

Berjalan mendekati Kenids Kalila tersenyum. Gadis itu mendekatkan wajahnya dan,

Cup.

Satu kecupan di pipi kiri dia berikan lagi.

"Terima kasih udah obatin lukaku Kak, nanti aku balas pakai imbalan traktir makan bye-bye Kak! Jangan lupa mimpikan aku malam ini."

* * *

Kalila kegirangan saat membukakan pintu sosok Ghafin sudah berdiri di hadapan. Pagi ini dia begitu semangat karena bisa pendekatan lebih bersama Defan. Memeluk Ghafin membuat cowok itu tertawa tidak lupa mengusap sayang kepalanya.

"Kangen sama aku?"

"Kangen banget!" Tertawa kecil tanpa melepaskan pelukan itu, Kalila melihat seseorang sedang sibuk memasang jaket.

Defan Ranggaksa,

Cinta pertamanya,

Kesayangannya,

"Aku nggak keberatan kalau kamu mau seperti ini terus. Dan kita nggak jadi olahraga."

Tertawa senang Kalila melepaskan pelukannya.

"Hai Lil."

"Hai Defan!"

"Ceria banget tuh muka."

"Karena kamu!" Batin Kalila sebelum tertawa salah tingkah.

"Senang karena Kak Ghafin sempatin ke sini."

"Selalu Sayang, Adikku satu ini kalau nggak didatangin ngambeknya bisa lama."

Kembali tertawa senang Kalila memeluk lagi Ghafin dia begitu menyayangi cowok dipelukannya ini.

"Ehem!"

Sebuah suara mengalihkan pandangan Ghafin, Defan dan Kalila.

Kenids datang berjalan mendekat pada mereka.

"Ken?!" 

"Kirain lo lupa sama gue."

Tertawa senang Ghafin membawa Kenids dalam pelukan teman.

"Elo apa kabar?!"

"Baik, lo sendiri?"

"Gue kayak yang lo liat, baik."

Kenids mengarahkan pandangan pada cowok yang berdiri disamping Kalila.

"Defan?"

"Iya, Adik gue masih ingat? Walau dulu kalo jalan-jalan kita lebih suka ngajak Lila dibanding Defan."

Mengangguk sebelum berjalan mendekati Defan, "Hai Defan."

"Hai."

"Teman satu sekolah Lila?"

Mengangguk, "Beda jurusan tapi saling kenal."

"Oh."

Melihat penampilan Kalila Kenids melotot tidak suka.

"Mau olahraga tapi pake celana sependek itu? Ganti."

"Apaan Kak? Nggak mau!"

"Nggak apa-apa Ken, kalo ada cowok berani goda dia saat lagi sama gue namanya cari mati."

Menjulurkan lidah Kalila mulai berjalan mendekat ke Ghafin, dia memeluk lengan Ghafin dengan manja.

* * *

KENLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang