Prolog

4.3K 460 33
                                    

Langit-langit yang indah seperti sedang berada dalam luar angkasa. Kursi yang empuk bagaikan duduk diatas squishy raksasa. Semetara itu di hadapanku ada seorang pria tampan dengan rambut hitam yang gelap. Matanya yang merah seakan menghipnotis. Senyumannya yang mempesona membuat beberapa gadis betekuk lutut di hadapannya.

Namun, bagiku senyuman itu terlihat sangat mengerikan. Langit-langitnya membuatku kesulitan bernafas. Kursi ini serasa duduk di atas tumpukan jarum.

"Karena aku sangat baik hati kau boleh memilih mau yang mana. Digulung dalam tikar kemudian dipukul hingga mati, meminum racun mematikan yang akan membuatmu kejang-kejang selama 5 jam kemudian mati, dikuliti hidup-hidup atau tangan dan kakimu ditarik dengan empat ekor kuda yang berlari dengan arah yang berlawanan hingga terputus dan kau mati karena kekurangan darah. Pilihlah yang mana yang kau mau. Aku dengan senang hati akan mengabulkannya" ucap pria di hadapanku sambil tersenyum.

"Aku ingin hidup" jawabku.

"Ah, apa kau ingin dikuliti hidup-hidup. Aku akan berbaik hati mengotori tanganku ini untuk mengulitimu secara langsung"

Apa dia tuli? Aku ingin hidup. Tuhan aku menyesali perbuatanku. Kumohon ampuni dosaku. Aku masih ingin hidup, menikah dan mempunyai anak.

Beberapa saat yang lalu....

Aku hanyalah seorang gadis SMA yang memiliki hobi menulis novel. Aku tertidur saat selesai menamatkan novel baruku. Begitu aku membuka mataku. Aku tersadar bahwa aku tidak berada di kamarku.

"Ayo seret penyihir itu ke hadpan Yang Mulia!"

Banyak pria asing dengan mata dan rambut mereka yang berwarna aneh menatapku dengan tajam. Mereka menyeretku secara paksa tanpa mengizinkanku berbicara sepatah katapun. Apa tadi aku mendengar kata penyihir? Ah, sudahlah abaikan saja.

Banyak rumah yang berbentuk seperti pohon besar. Para perempuan mengenakan gaun sebagai pakaian sehari-hari. Beberapa pria membawa pedang. Ada yang aneh dengan tempat ini. Tak ada satupun dari mereka yang memiliki warna rambut dan mata yang sama.

Tempat ini mengingatkan aku akan suatu hal. Tempat ini mirip dengan novel yang aku buat tadi malam. Sepertinya aku sedang bermimpi. Baiklah sekarang saatnya bangun. Tidak baik bagiku berada di sini karena mereka hanya akan jatuh cinta dengan orang yang memiliki warna mata dan rambut yang sama dengan mereka. Bagaimana ini? Kenapa aku masih belum bangun juga?

Plak

"Au sakit"

Rasanya sakit, berarti ini bukan mimpi. Gawat, aku jangan sampai aku bertemu dengan pria itu. Banyak penyihir yang menyamar untuk menjadi jodoh pria itu. Sialnya warna mata dan rambutnya kubuat sama denganku. Dia tidak akan membunuhkukan? Aku bukanlah penyihir mungkin saja ia akan jatuh cinta padaku.

Tanpa aku sadari aku sudah berada dihadapan seorang pria yang duduk di atas singgah sana raja. Matanya berwarna merah dan rambut hitam yang indah seperti diriku. Dia adalah Antoni Giofarel de Morcassio. My mine. Aku yakin ia pasti akan jatuh cinta padaku karena warna rambut dan mata kami sama.

5 jam kemudian

"Ayo tentukan pilihanmu penyihir! Karena kau cantik, kau bisa memilih mati dengan cara apa"

Penulis & Dunia Novel [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang