"Haah lagi-lagi freeclass!" kata Naya sambil menghela.
"Enaklah kalo freeclass," sahut Mira.
"Iya lo enak, gue mah sengsara," sahut Naya dengan nada sebal.
"Sengsara ngapa?" tanya Mira.
"Noh!" tunjuk Naya ke arah Akbar.
"Selagi tuh makhluk masih ada di muka bumi, gue rasa hidup gue bakal gak aman. Haah, harus siap deh gue berhadapan sama tuh makhluk selama setahun," sambung Naya sambil menyenderkan tubuhnya ke kursi. Tapi saat berbicara seperti itu, salah satu geng-nya Akbar mendengar perkataan Naya.
"Waahh.. Lo lagi ngomongin Akbar, ya?" tanya Iqbal meledek.
"Bar, Bar lo lagi diomongin nih," teriak Iqbal ke arah Akbar.
"Eh eh eh, Bal lo apaan sih?" kata Naya terkejut.Akbar pun langsung menghampirinya.
"Aduh, kacau nih," umpat Naya.
"Ngapa, ngapa??" tanya Akbar.
"Ngapa, Bal?" tanya Akbar lagi ke Iqbal.
"Lu dikatain makhluk masa," jawab Iqbal yang membuat Naya jadi ngeri."Hehe, Akbar," katanya dengan tersenyum.
Akbar lagi-lagi menatap Naya.
"Gak sengaja, Bar, sumpah," sahut Naya sambil membentuk jarinya menjadi huruf V.
Akbar hanya diam tak jawab apa-apa atau melakukan apa-apa pada Naya. Akbar malah duduk di hadapan Naya, dekat sekali.
"Nih anak, kayanya lagi baik deh," kata Naya dalam hatinya.
"Gue lagi males gangguin lo, gue pengen duduk di sini aja," kata Akbar santai.
"Tuhkan, nih anak kenapa, ya?" kata Naya dalam hatinya lagi.
"Lagi galau lo, ya abis diputusin," sahut Mira.
"Sok tau lo ah," sahut Akbar.
"Alaah, gua mah tau, Bar," kata Mira meledek.Naya hanya diam saja menyimak pembicaraan mereka.
"Gue mau cerita nih," kata Akbar.
"Kenapa tiba-tiba jadi curhat sih!" umpat Naya.
"Ngomong apa lo?" tanya Akbar yang ternyata mendengar ngomongan Naya.
"Nggak kok, ya udah cerita. Mau cerita apa?" sahut Naya.
"Udah, Bar lo gak usah cerita! Lo diputusin 'kan sama Chacha?" sambung Mira.
"Anjir. Iya nih, padahal gue sayang banget sama Chacha. Udah deket banget. Tapi, gue diputusin",
"Emangnya kenapa lo diputusin?" tanya Naya.
"Kepo lo!" sahut Akbar.
"Ya udah sih, gak dijawab juga gapapa!" sambung Naya.Akbar menatap Naya tajam.
Naya yang merasa tatapan itu langsung memalingkan wajahnya.
"Udahlah, Bar lo kaya gak ada cewek lain aja dah!" sahut Mira.
"Tuh si Naya ada hehe," sambung Mira.Naya terkejut
"Idiihh ogah!" sahut Akbar.
"Heh, emangnya lo pikir gue mau? Gue juga ogah!" sahut Naya yang penuh penekanan."Heemm lo pada, nih ya dengerin gue. Biasanya tuh kalo yang sering berantem kaya lo berdua, bisa jadi jodoh, udah banyak buktinya," kata Mira.
"Iih, amit-amit cabang bayi," sahut Naya sambil mengetuk-ngetuk meja.
"Gue juga amit-amit kali," kata Akbar sambil mentoyor kepala Naya.
"Iiiihhh!!!" greget Naya.
"Tuhkan, berantem lagi!" sahut Mita.
Mereka berdua pun diam.
"Ternyata susah, ya lupain orang yang kita sendiri udah sayang banget sama dia," kata Akbar lagi.
"Yaa, belajar move on laah, Bar!" sahut Mira.
"Susah, Mir," sahut Akbar.
"Pelan-pelan, pasti bisa!" kata Mira. Akbar hanya menganggukkan kepalanya.Naya hanya bisa diam sambil menatap Akbar. Entah apa yang dipikirkan oleh Naya. Tapi, sebuah mata tak bisa bohong.
****
Naya pov's
"Semua orang punya luka, Bar aku pun sama."
Salam manis NayyPtr💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita Berhenti di Sini? [SELESAI]
Non-Fiction[T R U E S T O R Y] Kata orang, masa-masa SMA adalah masa paling indah. Dan benar, itu memang masa paling indah. Ini adalah kisahku, kisah masa SMA-ku. Tentang dia dan sifat jahilnya, tapi berhasil membuatku bahagia, dan bisa membuat hari-hari berb...