31. Surat Kelulusan

47 10 0
                                    

Naya pov's

"Waktu terus berjalan, Bar. Aku tak bisa menghentikan waktu, andai waktu itu bisa kuhentikan mungkin tak ada kata pisah dan rindu. Tapi sayang, waktu tetap waktu dia tetap bergerak meski hal itu sepihak."

****

Suara sorak gembira menggema seantero lorong sekolah. Murid kelas 12 saat ini sudah menerima surat kelulusan mereka, mereka sangat senang bahwa semuanya lulus tanpa satu pun yang tertinggal.

"Lo lulus gak?" tanya Mira.
"Lulus dong!" jawab Naya sambil memperlihatkan surat kelulusannya.

Mungkin Naya senang dengan hari kelulusan, tapi apalah daya hati sudah sangat sepi meski belum pisah dengannya.

"Haah! Apakah aku siap?"

"Nay?!" kejut Mira.
"Apa?" Naya yang terkejut mendengarnya sontak ia pun tersadar dari lamunannya.

"Anak-anak mau ngerayain kelulusan, lo mau ikut gak?" tanya Mira.

Naya menganggukkan kepalanya.

"Ya udah, yuk!" ajak Mira.

Akhirnya Naya dan keempaat sahabatnya pergi meninggalkan sekolah. Saat dalam perjalanan menuju parkiran sekolah Naya menangkap sosok Akbar yang sedang bersama kawannya. Rasanya bahagia sekali.

"Akbar tuh, Nay!" kata Mira.

Naya hanya diam, dia bingung harus apa. Jika ingin menghampiri, terus selebihnya dia harus apa? Naya saat itu ada di posisi sangat dilema, bimbang, atau entahlah apa itu rasanya.

Ingin sekali dia katakan ke orang yang selama ini selalu ada di pikirannya kalau sebenarnya dia tuh sayang sekali, tak ingin jauh, tak ingin terlepas, tak ingin pisah, tak ingin merindu. Tapi apalah daya dari seorang Naya, dia hanya bisa diam seribu bahasa, hanya bisa menyimpan rasa yang dia punya sendiri. Dia takut jika nanti Akbar tau yang sebenarnya, Akbar akan pergi menjauh dan tak ingin dekat-dekat lagi dengannya.

"Biarlah, Bar. Biarlah seperti ini, menggantung"

Setelah meninggalkan area sekolah, Naya dan keempat sahabatnya pergi untuk merayakan hari kelulusan bukan,  tapi itu adalah hari kerinduan untuk seorang Naya.

"Apakah kita akan sama-sama lagi? Kau dan aku di dalam ruang lingkup yang sama"

Perlahan kakinya melangkah pergi meninggalkan sekolah yang banyak sekali mengukir kenangan bersama Akbar, dari canda, tawa, hal-hal kecil yang Akbar berikan, dan sifat menyebelin Akbar yang selalu membuat Naya kesal tapi juga suka, mungkin hal kecil seperti itulah yang akan dirindukan oleh Naya.

"Selamat tinggal, Akbar. Aku harap kita dapat berjumpa lagi".

****

Cerita Kita Berhenti di Sini? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang