27. Malioboro

29 8 0
                                    

Tak terasa waktu berjalan sangat cepat. Kini Naya dan kawan kelasnya yang lain sudah sampai di penginapan mereka.

Waktu menunjukkan pukul 6 petang, Naya dan Santi yang memang kebetulan sekamar mereka bersiap untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.

"Abis ini mau apa, San?" tanya Naya sambil menaruh alat sholatnya di tas sedangkan Santi duduk sambil merapihkan barangnya.
"Mau keluar?" tanya Santi, tapi tiba-tiba handphone Naya berbunyi seperti ada notif masuk.

Naya mengambil handphonenya, terlihat di sana Mira menghubunginya lewat pesan singkat whatsapp.

Mira: "gue sama Lili udah di Malioboro, lo kalo mau keluar keluar aja, gue udah duluan sekalian cari makan"

Naya: "oke"

"San, Mira sama Lili udah keluar duluan," kata Naya.
"Ya udah kita siap-siap abis itu keluar," sahut Santi.

Mereka pun bersiap untuk menikmati malam yang indah di Malioboro, tak lengkap rasanya kalau ke Yogyakarta tak ke Malioboro.

Setelah bersiap mereka pun turun ke lantai bawah karena memang anak murid perempuan berada di lantai dua sedangkan anak murid laki-laki di lantai satu.

Setelah sampai di pintu depan Naya ingin mengambil sandalnya di rak sandal tapi tak ada.

"Loh, San sendal gue ke mana?" tanya Naya.
"Hah? Masa iya gak ada?"
"Iya, gak ada"
"Haah ke mana lagi?!" kata Naya bertubi-tubi.
"Udah, Nay pake yang lain aja, mungkin lagi pinjam sama guru atau sama kawan kita yang lain," kata Santi sambil memberi saran.

Naya menganggukkan kepalanya sambil memilih sandal yang ada beberapa di rak tersebut.

"Ini aja deh. Eh, tapi ini punya siapa ya?" tanya Naya.
"Punya gue itu!" terdengar dari arah belakang suara berat seorang laki-laki yang berjalan menuju arah Naya.

Naya menengok dan melihat ada Iqbal dan Ridwan yang memang kebetulan teman satu kelasnya.

"Ini punya lo?" tanya Naya ke Iqbal yang empunya sandal.
"Iya,"
"Heheh, Iqbal lo 'kan pake sepatu tuh, gue pinjam ya sendalnya? Soalnya sendal gue gak tau ke mana," mohon Naya.
"Iya iya, udah," jawab Iqbal.
"Makasih"

Naya langsung mengambil sandal itu dan berjalan bersama Naya untuk ke depan yang memang penginapan mereka dekat sekali dengan kawasan Malioboro. Sedangkan Iqbal dan Ridwan sudah jalan duluan.

****


Naya dan Santi pun berjalan berkeliling Malioboro sampai akhirnya bertemu dengan Mira dan Lili.

"Lo abis dari mana?" tanya Naya.
"Dari sana, lo baru keluar?" tanya Mira.
"Iya, terus sekarang lo mau ke mana nih?" tanya Naya lagi.
"Mau naro barang-barang ini dulu," jawab Naya sambil memperlihatkan belanjaannya.
"Ooh ya udah"

Mira dan Lili pun pergi meninggalkan Naya dan Santi.

"Oh iya, San ada Mall tuh masuk yuk liat-liat aja," kata Naya.
"Oke, yuk!"

Merek pun masuk ke dalam Mall yang sangat luas itu.

"Ada toko buku gak sih di sini?" tanya Naya.
"Kayanya sih ada, coba yuk ke lantai dua!"

Naya dan Santi pun menaiki ekskalator untuk menuju lantai dua.

Setelah sampai, mereka pun langsung masuk ke toko buku tersebut. Karena memang mereka berdua mempunyai hobi yang sama.

Saat sedang melihat-lihat buku yang bagus itu Naya mencoba bicara pada Santi.

"San, menurut kamu aku suka sama Akbar itu suatu kesalahan bukan sih?" tanya Naya.
"Gaklah, suka sama orang gak salah, Nay," sahut Santi.
"Gak, ya?"

Santi menganggukkan kepalanya.

"Haaah, aku takut, San. Takut kalo setelah ini gak bisa ketemu sama Akbar lagi, aku gak bisa dan gak akan kuat nahan rindu," kata Naya lagi.
"Cieee, kayanya itu bukan suka lagi deh. Tapi udah jatuh cinta," goda Santi yang berhasil membuat Naya tersenyum.

Santi menghampiri Naya sambil memegang pundak sahabatnya itu.

"Udah, Nay kalo jodoh gak akan ke mana kok, toh kalo kalian pisah kalian akan bersama lagi kok. Kalo itu sudah jodoh," Santi tersenyum hangat dengan Naya.

Mereka pun kembali memilih buku lagi dengan semangatnya. Naya menjadi tersenyum setelah mendengar perkataan sahabatnya itu.

****

Naya Pov's

"Malam itu aku dan sahabatku Santi berbincang perihal perasaan. Santi pun pernah kecewa akan cinta begitu pun aku. Kita sama-sama gagal dalam hal percintaan. Maka dari itu kami selektif dalam hal jatuh cinta. Tapi entahlah, Akbar yang jahilnya minta ampun itu mampu membuat hati yang keras berubah menjadi cairan lilin. Memang pada awalnya Santi tak berpihak dengan perasaan aku, dia tak setuju kalau aku jatuh cinta dengan Akbar. Santi bilang, Akbar tuh, jahil, urakan, gak bertanggung jawab, dan labil. Tapi perlahan Santi pun mengerti, bahwa jatuh cinta itu memang tak bisa memilih kita ingin jatuh ke siapa."









Salam manis NayyPtr💛

Cerita Kita Berhenti di Sini? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang