Naya pov's
"Waktu terus berjalan, aku pun semakin nyaman dengan rasa yang kupunya untuknya, meski aku tau nantinya aku akan merasakan patah. Setahun berlalu, kini aku sudah memasuki kelas 12, ya, kelas akhir. Dan di sinilah, sebuah rasa, perasaan, dan cinta semakin ada untuknya".
****
Kring...kring...kring...
Jam masuk sudah terdengar, semua murid pun masuk ke dalam kelasnya masing-masing, termasuk kelas 12.
Naya sudah duduk di bangkunya, dia duduk di barisan depan bersama Mita. Ya, Naya tak lagi duduk dengan Mira karena permintaan wali kelasnya yang meminta Naya untuk duduk di barisan depan agar Naya lebih fokus belajarnya.
"Kok Akbar belum datang, ya?" tanya Naya dalam hatinya sambil melihat ke arah tempat duduk Akbar yang berada di pojok belakang.
Tak lama Naya mendengar suara ramai di depan kelasnya.
"Kayanya dia dan teman-temannya deh," kata Naya dalam hatinya.
Dan benar, Akbar dan teman-temannya masuk ke dalam kelas. Tapi, hanya teman-temannya. Akbar tak ada.
"Kok hanya temannya?" tanya Naya dalam hatinya.
Tapi tak lama Akbar masuk ke dalam kelas. Naya melihat, entah kenapa hati Naya begitu bahagia saat melihat Akbar.
"Kenapa lo liat-liat gue? Gak seneng?" kata Akbar yang kini sudah di hadapan Naya.
"Nggak kok," sahut Naya singkat.Akbar diam, dia pun langsung pergi ke tempat duduknya. Tapi sebelum pergi, Akbar tiba-tiba mengusap kepala Naya dengan pelan. Bagai disambar petir, Naya hanya membeku dengan apa yang Akbar lakukan kepadanya pagi itu. Naya hanya bisa mengulum senyumnya, dia tak bisa menahan rasa bahagianya, mendapatkan perlakuan itu dari orang yang selama satu tahun ini ada di hidup.
****
11.30
Waktu semakin siang, tapi kelas 12 belum ada yang mengajarkan, sepertinya akan ada jam kosong sampai pulang sekolah nanti.
Naya, Lili, dan Mira sedang duduk santai di bangku belakang sambil mengobrol.
"Si, Nay ngobrol mah ke mana mata ke mana hehe," kata Lili.
"Biasa, Li hehe," sahut Naya.
"Biasa, biasa ntar aja di ke sini malah kaku lo," sahut Mira.
"Hehehe ntar juga dia ke sini, Nay kalo liat Naya di sini," sambung Lili.Benar sekali, setelah Lili berbicara seperti itu Akbar pun langsung menghampiri ke tempat mereka.
"Tuhan, tolong kontrol hatiku!" kata Naya di dalam hatinya.
"Nih bocah ngapa diam aja? Sawan lo?" kata Akbar yang berhasil membuat lamunan Naya tersadar.
"Apaan sih, nggak?" sahut Naya.Akbar pun duduk di samping Naya.
Mira dan Lili hanya memerhatikan sebuah pemandangan indahm 'bak drama Korea.
"Kenapa jadi kaku gitu? Grogi?" tanya Akbar sambil menggoda Naya.
"Iih, gue grori? Apanya yang harus digrogiin? Biasa aja tuh," sahut Naya.Akbar pun langsung mengeluarkan handphone dari saku celananya.
"Bal, Bal mabar, Bal sini!" panggil Akbar kepada Iqbal.
"Dulu, gue ngambil hp dulu," sahut Iqbal.Naya yang berada di samping Akbar pun langsung memasang wajah bosan.
Naya berangjak dari tempat duduknya bermaksud untuk pindah. Tapi Akbar melarangnya.
"Udah di sini aja! Gak bakal gua gangguin kok," kata Akbar.
Naya terpelongo mendengarnya. Demi apa Akbar melarangnya untuk pergi? Rasanya seketika hati Naya berdebar-debar, dia belum pernah diperlakukan seperti itu, seakan-akan Akbar memintanya untuk menemani dia bermain, meski hanya duduk di sampingnya.
****
Naya pov's
"Saat itu, aku memang sangat gengsi untuk terbuka perasaan di hadapannya. Aku takut, kalo nanti aku mengungkapkan perasaan itu kepadanya, Akbar malah menjauh dariku, lalu tak mau dekat-dekat lagi denganku. Haha, lucu memang. Kadang aku pun suka menertawakan diriku sendiri.
Salam manis NayyPtr💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita Berhenti di Sini? [SELESAI]
Non-Fiction[T R U E S T O R Y] Kata orang, masa-masa SMA adalah masa paling indah. Dan benar, itu memang masa paling indah. Ini adalah kisahku, kisah masa SMA-ku. Tentang dia dan sifat jahilnya, tapi berhasil membuatku bahagia, dan bisa membuat hari-hari berb...