RR[31]-Skors

104 14 19
                                    

Selamat membaca💖

🐼🐼🐼

Raihan yang sadar dirinya di perhatikan pun, ikut menatap Raina. Untuk sesaat, tatapan keduanya bertemu, Raina menatap Raihan dengan senyum manisnya, sedangkan Raihan menatap Raina dengan tatapan datarnya.

Ceklek

“Aduh, maaf saya mengganggu.”

Raina dan Raihan tersentak kaget, keduanya kompak menoleh ke sumber suara. Di dekat pintu, terlihat seorang Suster yang membawa nampan berisi makanan beserta obat untuk Raihan.

Raihan berdehem pelan. “Masuk aja, Sus.” ujarnya serak.

Suster yang masih terlihat muda itu tersenyum, berjalan mendekat kemudian meletakkan nampan itu diatas nakas.

“Ini makan siang sama obatnya, dimakan ya, saya permisi dulu, silahkan lanjutkan yang tadi.” ucap Suster perempuan itu sambil tersenyum jahil menatap Raina dan Raihan bergantian.

Raina mengalihkan pandangannya, jadi malu sendiri.

Setelah Suster itu keluar, Raina meraih makan siang Raihan dari atas nakas.

“Gue suapin ya.” ucap Raina sambil mengaduk makanan yang tampak lembek itu.

“Gak.” jawab Raihan singkat.

Raina langsung mendongak menatap Raihan. “Lo kan lagi di infus, biar gue aja yang suapin.” balasnya.

“Gue gak mau makan.” balas Raihan sambil mengalihkan tatapannya.

“Kenapa?” tanya Raina jahil.

“Gak enak, hambar.” balas Raihan yang masih mengalihkan pandangannya.

Raina terkekeh pelan, gadis itu langsung menyodorkan sesendok makanan itu kehadapan Raihan.

Raihan mengernyit, memandang makanan itu saja membuatnya tidak selera, apalagi memakannya.

“Makan dong, biar sembuh.” bujuk Raina yang berusaha mendekatkan sendok itu ke mulut Raihan.

“Gak.” jawab Raihan sambil mengalihkan tatapan, lagi.

Raina menghembuskan nafas panjang, kembali menaruh sendok itu di mangkuk.

“Gue gak mau liat lo sakit.” ujar Raina tiba-tiba dengan nada lembut.

“Gue gak suka. Makan ya, biar cepat sembuh.” lanjut Raina lagi sambil menatap kedua mata Raihan.

Entah sihir dari mana, Raihan langsung menurut. Cowok itu membuka mulutnya dan memakan makanan yang di sodorkan Raina tadi.

Raina tersenyum. “Gitu dong, kan makin sa-” ucap Raina menggantung, gadis itu tersadar dan langsung menghentikan ucapannya.

“Sa?” tanya Raihan dengan mata menyipit.

“Gapapa, lupain.” elak Raina.

“Tuhkan! Ni bocah emang kesini!”

Suara yang terdengar familiar di telinganya, membuat Raina menoleh. Pintu kamar rawat Raihan terbuka, menampilkan Amanda, Fika, Juan, Vano dan Gilang disana.

“Loh, ngapain kalian kesini?” tanya Raina bingung.

“Jenguk Raihan lah, emang lo doang yang bisa.” jawab Juan dengan wajah tengilnya.

“Kalian bolos berjamaah?” tanya Raina lagi.

Vano yang gemas langsung menyentil dahi gadis itu. “Sembarangan.” ucapnya.

Raihan & RainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang