RR[39]-Masalah

78 14 10
                                    

Maafin kalo ada typo👉🏻👈🏻

Selamat membaca✨

🐼🐼🐼

Tidak hadirnya guru yang akan mengajar pada jam pelajaran terakhir memanglah menyenangkan. Para murid dengan bebas melakukan hal sesukanya di kelas sembari menunggu bel tanda pulang sekolah berbunyi.

Tak terasa, suara yang ditunggu itu pun akhirnya terdengar. Para siswa di kelas itu berhamburan keluar kelas untuk pulang. Berbeda halnya dengan gadis yang satu ini. Ia dengan tenang memejamkan matanya dan meletakkan kepalanya diatas lipatan tangannya, dia tidur dengan pulas.

Suara gaduh dari luar maupun dalam kelas, sama sekali tak membuat gadis itu membuka matanya. Dia terlihat tenang memejamkan matanya sesekali mendengkur halus.

“Bangunin tuh si kebo.” suruh Fika pada Amanda.

Saat Amanda sudah mengambil ancang-ancang untuk berteriak, kehadiran Raihan secara tiba-tiba di kelas mereka membuat Amanda terdiam.

“Dia tidur?” tanya Raihan sembari menatap Fika dan Amanda bergantian.

“Iya tuh, udah kaya orang meninggal.” jawab Amanda dengan dagu yang tergerak menunjuk Raina yang tidur dengan pulas di mejanya.

“Kalian duluan aja.” ucap Raihan.

“Cielah mau berduaan, yaudah yuk pulang.” balas Fika, kemudian merangkul Amanda dan berjalan keluar kelas.

Kini kelas itu kosong, hanya ada Raihan dan juga Raina di dalam kelas itu. Raihan perlahan mendudukkan dirinya di kursi samping Raina, tepatnya kursi Amanda.

Gadis itu tidur menghadap kanan dan berhadapan langsung dengan Raihan sekarang. Di depan wajah gadis itu terdapat sebuah kipas angin portable kecil yang menyala, membuat beberapa helai anak rambutnya bergerak-gerak.

Raihan menumpukan tangannya dimeja, meletakkan telapak tangannya di dagu, dan menatap gadis itu lekat. Dia terlihat cantik, walaupun dalam keadaan tertidur seperti sekarang. Gadis itu terlihat sempurna di mata Raihan, dia mengakuinya.

Raihan mengalihkan pandangannya kearah sapu tangan kecil berwarna biru muda yang terletak diatas meja gadis itu. Dia tersenyum kecil, ternyata Raina masih menyimpan pemberiannya.

Sementara itu, di pintu kelas Raina, terlihat Alan yang berdiri dengan tangan yang terkepal. Cowok itu awalnya berniat untuk mengajak Raina pulang bersama, namun sepertinya ia kalah cepat dengan Raihan. Alan menajamkan tatapannya, kemudian menendang tong sampah di depannya dengan keras, hingga sampah didalamnya berserakan.

Mendengar suara itu, membuat Raina perlahan terbangun. Gadis itu membuka matanya dengan pelan, dan mendapati Raihan yang duduk tegak disampingnya.

“Raihan? Ngapain disini?” tanya gadis itu serak, mengedarkan pandangannya dan menyadari jika kelasnya ini sudah kosong, hanya dia dan Raihan disini sekarang.

Raina menatap jam tangannya, sudah 10 menit berlalu sejak jam pulang sekolah.

“What?! Kok gak bangunin gue sih?” teriak Raina nyaring, gadis itu dengan cepat memasukkan barang-barangnya kedalam tas.

“Kebo sih.” balas Raihan.

“Banguninnya pake teriakan dong, kalo cuman dipanggil mah gak bakal bangun gue.” tukas Raina tanpa menatap Raihan, gadis itu sibuk dengan alat tulisnya yang berserakan diatas meja.

“Yuk pulang.” ucap Raihan.

“Pulang bareng?” tanya Raina memastikan.

“Iya lah.” balas Raihan, cowok itu meraih tangan Raina dan menuntunnya berjalan keluar kelas dan menuju parkiran.

Raihan & RainaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang