BAGIAN 20

101 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Lo ngapain sih deket deket sama tuh anak kepsek?" Tanya Aldi menahan langkah Nida.

Sejak kejadian di kantin tadi, Aldi menjadi uring uringan. Ia takut kalau Nida semakin dekat dengan Roni maka kesempatannya memiliki Nida menjadi berkurang. Ya, meski Aldi merasa kadar ketampanannya jauh lebih tinggi daripada Roni. Tapi, Roni itu anak kepsek, yang baik dalam segala hal. Selain itu, Nida nampak perhatian pada Roni tadi. Baiklah Aldi akui sekarang dirinya sedang insecure.

Melihat Aldi yang menghalangi jalannya membuat Nida geram, kenapa harus Aldi yang menjadi pengganggu. Cukup istirahat pertamanya yang  dirusak, jangan sampai sekarang istirahat keduanya juga terusik oleh Aldi.

"Minggir lo." Ketus Nida.

Bukannya menepi, Aldi malah semakin menahan langkah Nida bahkan sekarang ia mencekal lengan Nida.

"Jawab gue dulu." Aldi bersikeras.

Nida berdecak, ia memutar bola matanya malas. "Gini ya, Tuan Adelard yang katanya ganteng tapi sebenernya sok ganteng. Gue tuh bebas mau deket sama siapa aja, dan gue berhak menjauh dari siapa aja. Sesuai keinginan gue sendiri. Puas?"

Aldi melongo dengan jawaban Nida yang untuk pertama kalinya berkata santai dan panjang seperti sekarang. Dan ah! Nida memanggilnya dengan sebutan tuan Adelard yang mana nama itu malah semakin membuatnya merasa kadar ketampanannya meningkat.

Bagaimana tidak?
Nama Adelard sendiri memiliki arti 'Gagah Berani'. Tentu saja Aldi menjadi semakin merasa tersanjung.

"Ngapain bengong? Lepas." Nida menyadarkan Aldi dari lamunannya, sambil menarik paksa lengannya.

"Yaudah ayo!" Kini Aldi kembali menarik lengan Nida menuju parkiran motor.

Nida sempat menahan dirinya, namun ia kalah tenaga dan terpaksa harus menuruti langkah Aldi.

Sesampainya diparkiran motor, Aldi menggiring Nida menuju motornya. Setelah sampai disamping motor itu, Aldi menyerahkan satu helm pada Nida dan hanya ditatap oleh Nida.

"Ambil." Titah Aldi dengan lembut.

Nida tetap diam, matanya kini memicing curiga. Untuk apa Aldi memberinya helm, dan mau dibawa kemana Nida olehnya.

"Buat?" Nida menyimpangkan kedua tangannya di dada sambil menatap jengah pada Aldi yang sudah memakai helm nya.

"Lo pake lah! Lo mau gue kena tilang gara gara lo gak pake helm?" Aldi masih bersikukuh.

Mendengar jawaban Aldi membuat Nida kesal. Siapa yang akan pergi meninggalkan sekolah disaat jam istirahat seperti ini.

"Emang lo mau kemana?" Mencoba bersabar, Nida akan membuat Aldi sadar akan waktunya sekarang.

Meski sebenarnya dalam hati ingin sekali Nida mencaci dan menonjok pria dihadapannya itu, namun Nida tetap tahan.

"Ya ke jalan raya lah." Entah pertanyaan Nida yang kurang jelas atau Aldi nya saja yang kelewat bego.

NIDA ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang