BAGIAN 50

95 5 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Langit malam seolah paham akan isi hati dari gadis dibawah nya. Langit malam nampak semakin gelap kala tak ada satupun bintang yang nampak, bahkan bulan bersembunyi dibalik awan hitam. Dinginnya udara malam tak menggubris gadis berparas cantik itu, bahkan meski sedari tadi bibir gadis itu tak hentinya bergumam dan bergetar menahan hawa dingin.

Ia duduk bersandar di bangku yang ada di balkonnya sembari tangannya memeluk lututnya sendiri. Tubuhnya hanya dilapisi piyama biasa.

Wajahnya memang nampak tenang, namun sebenarnya otak dan hatinya sedang berperang.

Ucapan Diana pada saat pertemuannya siang tadi masih terus terngiang dibenaknya.

Flashback on

"Lo tau gak? Kenapa bokap lo sering banget ke Belanda?" Tanya Diana sambil menyeruput kopi nya.

Nida tersenyum remeh, "Ya tahu lah, gue anaknya." Balas Nida cepat.

Diana tertawa nyaring setelah Nida berujar. Dahi Nida menyatu kala itu.

"Kasian banget deh. Hahahaha! Bokap lo, di Belanda itu terapi! Dia itu gila! Punya penyakit mental! Makanya anaknya kaya gini! Hahahaha!" Sambil terus tertawa Diana berusaha seolah dirinya tahu segalanya.

Untuk sesaat Nida terdiam. Apa iya harus percaya ucapan Diana atau tidak?

"Gak usah sok tau." Balas Nida ketus.

"Nid, bokap lo itu gak sehat! Hati hati ya! Jagain bokap lo, bentar lagi bakal ada pertunjukan dari gue buat bokap lo."

Nida kembali terdiam, "Pertunjukan? Lo kali yang gila, Di!" Kesal Nida.

"Gue balik ya! Oh iya, kalau lo mau tau mending lo cari buktinya sendiri. Bye Nida!" Diana bangkit sambil menarik lengan Aluna dengan cepat.

Flashback off

Helaan nafas terdengar begitu berat. Nida bangkit dari duduknya, ia menatap kebawah dari balkon nya. Kolam renang dibawah sana seolah memanggilnya untuk melompat dari balkon.

Astaga! Bisa gila Nida!

Otak Nida mulai tidak bisa berfikir jernih saat ini, ia terus memikirkan ucapan Diana dan memikirkan cara agar ia benar benar bisa mendapatkan bukti kebenaran yang sebenarnya.
Tapi hatinya menolak hal itu, tidak ada yang salah selama ini pada Devan.

Bertanya pada Devan langsung? Tidak, Nida tidak yakin.
Atau menyelidikinya sendiri? Itu bisa saja, jika Nida mau.

"Arghhhhhhh! Setan lo Diana!" Teriak Nida seolah melepaskan penatnya.

Nida bukannya lebay, tapi Nida sangat menyayangi Devan dan hanya Devan yang Nida miliki selama ini.

"Gue tanya langsung ke ayah juga gak mungkin! Kalau iya dijawab sih bagus, kalau enggak? Gue bisa kena masalah lagi! Bener bener lo, Diana! Lo buat gue ada di situasi yang gak menguntungkan!" Nida kesal sendiri jadinya.

NIDA ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang