Semakin hari Nida mulai terbiasa dan semakin dekat dengan Aldi.
Dan selama itulah Nida mulai menerima perasaan perasaan yang selalu muncul ketika ia bersama Aldi. Kadang kesal dan kadang suka.
Tapi tetap saja hati Nida menolak pintunya untuk terbuka kembali. sudah cukup sekali saja ia tersakiti kemarin. Nida tidak ingin tersakiti lagi.
Sekarang disini lah Nida dan Aldi berada, taman kota yang tidak pernah sepi namun juga tidak terlalu ramai.
Jika dihitung setelah kejadian malam itu dimana Aldi bernyanyi untuk Nida sebulan yang lalu, kini Nida sudah terbiasa diantar jemput ke sekolah oleh Aldi dan biasanya sebelum Aldi mengantar Nida kerumahnya, Aldi selalu mengajak Nida ke taman kota seperti sekarang.
"Gak usah makan batagor ya?" Tanya Aldi yang berdiri tepat disamping Nida.
"Yaudah, gue juga udah bosen." Jawab Nida cepat.
"Gak usah beli apa apa, langsung pulang aja ya?"Aldi bertanya kembali.
Nida mengerutkan keningnya, tidak biasanya Aldi begini. Tapi Nida tidak protes, ia menurut saja dan mereka langsung pulang.
Sesampainya didepan rumah Nida, Aldi menahan Nida untuk masuk. Aldi sebenarnya ingin sedari tadi menyampaikan perasaannya, namun selalu ia tahan karena rasa malu dan gugup.
Melihat Aldi yang malah terdiam membuat Nida penasaran.
"Kenapa sih Al?" tanya Nida cepat
"Gapapa, udah sana masuk. gue balik ya." Aldi langsung menjalankan motornya meninggalkan Nida yang masih dipenuhi kata tanya dalam benaknya.
Payah, Aldi payah ketika takut untuk mengutarakan rasanya secara serius. Aldi payah karena tak berani berkata langsung. Sekarang Aldi hanya bisa diam dan diam menunggu waktu yang tepat.
***
Aldi berjalan memasuki rumahnya, ia segera berseru memberi tahu seisi rumah soal kepulangannya seperti biasa.
Laras menyauti Aldi dari arah dapur.
"Heh, Abang punya sesuatu buat kamu Lun." Aldi mencolek bahu Aluna yang sedang duduk santai diatas sofa sambil menonton televisi.
Aluna yang penasaran pun langsung mendongkakkan kepalanya untuk menatap Aldi.
"Apa?" Tanya Aluna cepat.
Aldi memberikan satu bungkus martabak kesukaan Aluna, dan dengan cepat Aluna merampas kantong plastik yang berisi makanan kesukaannya itu.
Seolah tak ingin berbagi, Aluna dengan cepat pergi ke dapur untuk mengambil piring.
"Kenapa sih?" Laras menegur Aluna yang terlalu rusuh saat mengambil piring.
"Piring Bun." Ucap Aluna.
Sambil menggeleng maklum, Laras mengambilkan piring dan menyerahkannya pada Aluna. Aluna tersenyum senang saat menerima piring dari Laras.
Disisi lain, Aldi malah sibuk mencari keberadaan Bebi. Kucing kesayangannya itu biasanya berada didepan pintu saat ia pulang sore hari, tapi hari ini Aldi tak melihat keberadaan Bebi. Dan orang pertama yang akan Aldi jadikan tersangka atas hilangnya Bebi adalah Aluna.
Tentu saja, Aluna adiknya itu paling sering mengancam Aldi kalau ia akan membuang Bebi kepinggir jalan saat Aluna kesal pada Aldi.
Aldi sudah mencari ke kolong sofa, halaman, dapur, loteng, bahkan sampai ke dalam kulkas.
"ALUNA! ISTRI GUE LO KEMANAIN?" Teriak Aldi frustasi saat ia tidak berhasil menemukan kehadiran Bebi didalam rumah.
"Abang jangan teriak teriak!" Tegur Laras geram mendengar Aldi yang selalu berteriak seenaknya.
"Apaan sih?" Tanya Aluna.
Mata Aldi memicing curiga, ia segera berjalan menghampiri Aluna yang sedang memakan martabaknya dan dengan cepat Aldi merebut piring berisi martabak dari tangan Aluna. Hal itu membuat Aluna geram dan kesal, ia merajuk pada Aldi, tak terima dengan tingkah kakaknya itu.
"Bebi mana?" Aldi menegas, matanya melotot tajam.
Melihat Aldi yang sebegitu khawatirnya membuat Aluna berdecak sebal. Kenapa selalu dia yang disalahkan jika kucing kesayangan Aldi hilang seperti sekarang?
"Mana aku tau, coba cari di got kali aja dia nyebur ke sana." Ucap Aluna asal.
Bukannya tenang mendengar ucapan Aluna justru Aldi semakin kesal dan malah meletakan piring berisi martabak itu ke atas lemari pajangan yang tingginya bahkan melebihi tubuhnya sendiri dan hal itu sontak membuat Aluna berteriak histeris.
Tidak peduli Aluna berteriak atau apapun itu. Aldi segera berlari keluar rumah, ia kocar kacir mencari Bebi, bahkan ia benar benar memeriksa selokan kecil disekitar jalanan rumahnya.
"Yaampun si Bebi kemana lagi?" Gerutu Aldi pada dirinya sendiri.
Tak peduli jika ia lelah, pokoknya Bebi harus ia temukan.
Hingga Aldi merasa lelah, ia akhirnya kembali ke dalam rumah. Dan betapa sangat terkejutnya ia saat melihat Bebi tengah santai tertidur diatas sofa sebelah Aluna.
"Bebi, istri gue kemana aja lu?" Aldi segera memangku kucingnya itu.
Aluna menggelengkan kepalanya melihat tingkah gila Aldi yang benar benar buat orang tak percaya jika dia lelaki normal.
***
BERSAMBUNG....
NGERASA ADA YANG ANEH GAK?
YAUDAH TUNGGU LANJUTANNYA AJA
OKE..
BYE BYE
KAMU SEDANG MEMBACA
NIDA ( END )
Teen Fiction"Berhenti main main! Gue pengen serius." Tukas Aldi dengan wajah seriusnya, tanpa ada sedikit unsur candaan. Ia nampak sedikit gusar sebab wanita dihadapannya ini tak pernah menganggap ucapannya serius. Nida sedikit ketakutan saat laki laki didepann...