BAGIAN 26

90 4 0
                                    

Keheningan terjadi didalam mobil, baik Aldi maupun Nida keduanya sama sama terdiam. Nida yang merasa canggung dan Aldi yang terus memikirkan cara agar ucapannya terwujud malam ini juga.

Tepat disebuah taman dekat danau Aldi menepikan mobilnya, suasana sekitar danau yang hanya disinari cahaya lampion juga lampu disepanjang taman terlihat danau yang tenang memantulkan cahaya bulan purnama.

Nida menatap sekitar, suasana disini ramai namun tetap tenang. Sangat indah, Nida sangat kagum.

"Al..." Panggil Nida tenang.

"Keluar yuk! Kita rasain tenangnya liat bulan, gue tau Lo paling suka sama langit waktu malam." Aldi keluar terlebih dahulu.

Nida juga turun dari mobil menyusul Aldi yang sudah duduk disalah satu bangku taman didekat danau yang menghadap danau itu langsung.

"Gue pengen jadi malem kalau bisa selalu buat lo tenang." Ujar Aldi saat Nida duduk disebelahnya.

"Jangan pernah jadi malam buat gue, Al." Balas Nida, pandangannya menatap lurus pada pantulan bulan dalam danau.

Aldi menolehkan pandangannya menatap Nida yang sedang menutup matanya menikmati ketenangan malam ini.

"Kenapa? Kalau lo selalu suka sama langit malem gue bakal berharap sa-"

"Jangan pernah menjadi malam dikehidupan gue, karena malam itu akan berganti menjadi siang. Lo mau cuma jadi sesaat dikehidupan gue?" Nida memotong ucapan Aldi cepat, dan untuk pertama kalinya Aldi mendengar Nida berkata seperti itu.

"Tapi, kalau lo mau, lo boleh jadi bulan dikehidupan gue." Lanjut Nida sambil menatap bulan dilangit.

"Kenapa harus bulan? Kenapa gak matahari aja?" Tanya Aldi heran .

"Gue gak bisa jadiin lo matahari, karena mataharinya gue adalah ayah." Jawab Nida

"Terus kenapa harus bulan?"

"Karena gue yakin, bintang dilangit butuh bulan untuk menjadi temannya. Teman abadi. Dan bintang ingin, bulan bisa menggantikan posisi matahari saat matahari hilang di kegelapan." Kini pandangan Nida dan Aldi saling bertemu, keduanya beradu saling mengunci pandang satu sama lain. Sinar bulan membuat mata Nida semakin indah karena memantulkan sinarnya.

Lama saling bertukar pandang akhirnya Aldi tersenyum senang. "Kenapa sih?"

Nida mengerjap, "Kenapa sih?" Nida mengulangi ucapan Aldi dengan polosnya.

Terlalu gemas, Aldi mengacak ngacak rambut Nida dengan tidak sabaran.

"Gue bakal jadi bulan dikehidupan lo."

"Hah?" Tanya Nida bego.

"Nid..."

"Ya?"

"Lo mau kan jadi bintang dikehidupan gue?" Tanya Aldi.

Aldi meraih kedua tangan Nida, menggenggam tangan gadis itu dengan erat.
"Lo mau kan?" Aldi kembali bertanya.

"Kalau gue gak mau?" Tanya Nida kembali, ia mencoba menantang ucapan Aldi.

"Lo sendiri yang bilang, lo minta gue jadi bulan. Teman abadi lo. Hati lo udah luluh kan? Tameng hati lo udah roboh kan?" Aldi menatap mata Nida lebih dalam.

Nida mengatup mulutnya, desiran dalam tubuhnya semakin terasa ditambah debaran jantungnya yang semakin kencang. Pipinya memanas. Nida tidak bisa membohongi dirinya, ia sendiri yang terjebak dalam ucapannya. Ia juga yang malah membuat Aldi berusaha lebih jauh dalam meyakinkannya.

Luka yang dulu pernah Nida rasakanlah yang membuat Nida lebih berhati hati jika tidak ingin hatinya terluka kembali. Luka itu memang sudah sembuh, namun sulit menghilangkan jejaknya.

NIDA ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang