BAGIAN 46

75 6 1
                                    

"Gue beliin lo seragam baru di koprasi tunggu bentar." Ucap Namira berniat keluar dari toilet namun Nida menahannya.

"Pake nametag sama kartu akses gue biar lu gak perlu bayar." Nida menyerahkan kartu akses sekolahnya.

Namira berlari menuju koprasi,  sebelum masuk kedalam Namira menempelkan kartu akses pada alat scan kartu.

Setelah mendapatkan seragam baru untuk Nida, Namira langsung bergegas kembali menuju toilet.

"Nih Nid." Namira menyerahkan seragam pada Nida dan menunggu Nida untuk mengganti pakaiannya.

"Udah? Sini seragam Lo, biar gue kasih ke bagian cleaning sekolah." Ucap Namira lagi.

"Gak usah buang aja." Nida langsung membuang seragamnya ke tempat sampah yang ada di toilet tersebut.

Nida berjalan keluar diikuti Namira, langkah noda terhenti ketika melihat Fathur yang tengah berdiri menghadapnya. Nida berdecak sebal, kemudian memutuskan untuk pergi.
Langkah Nida yang pelan membuat Fathur tidak sulit untuk mengejarnya.

"Lutut lo memar Nid, apa gak sakit?" Tanya Namira yang melihat Nida malah semakin mempercepat langkahnya.

Setelah ucapan Namira barusan, Nida menghentikan langkahnya. Ia berbalik menatap kedua manusia itu, Fathur dan Namira.

"Gak usah banyak tanya. Ra, ikut gue ke ruangan pak Riki." Nida kembali melanjutkan langkahnya tak lagi memperdulikan panggilan dari Fathur maupun Namira. Karena itu, Namira dengan segera mengejar Nida dan meninggalkan Fathur ditempat.

"Lo mau ngapain ke ruangan pak Riki? Nid?" Tanya Namira.

"Cuma mau mastiin, kalau kejadian tadi gak akan sampe ke telinga bokap gue." Jawab Nida cepat.

~~~



Diana masih terus memeluk lengan Aldi yang tengah menuntunnya ke taman belakang yang selalu sepi.

Entahlah Diana merasa hatinya sangat senang, ia tidak perlu mencari seseorang yang ia rindukan selama ini. Karena orang itu datang sendiri padanya dan kini tengah menuntunnya.

Sesampainya di taman belakang, Aldi dengan cepat menjauhkan tubuhnya dari Diana. Hal itu membuat Diana terkejut dan hampir menangis.

"Kenapa? Lo mau nangis? Nangis yang kenceng, Di." Ujar Aldi.

Mendengar ucapan itu, Diana dengan cepat menghapus air matanya dan segera menegakan kepalanya.

"Lo kangen gue kan Al?" Tanya Diana dengan percaya dirinya.

Aldi berdecih pelan setelah Diana berucap.
"Kenapa gue harus kangen sama Lo?" Tanya Aldi tajam.

Dengan angkuhnya, Diana melangkah mendekati Aldi dengan kedua tangan menyilang didepan dadanya. Pandangnya terlihat merendahkan dan Aldi sangat jijik pada tatapan itu.

"Karena lo masih cinta sama gue." Bisik Diana tepat dihadapan Aldi.

Dengan rasa jijiknya Aldi segera mendorong Diana agar menjauh darinya. Sedangkan Diana yang terdorong pelan itu hanya menatap Aldi dengan datar.

"Jangan mimpi, Di! Lo udah jadi sampah dihidup gue." Aldi menyentak Diana dengan cepat.

Respon Diana  hanyalah sebatas memutar bola matanya dengan malas. "Ini semua karena cewe itu 'kan?" Tanya Diana terdengar sangat meremehkan.

NIDA ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang