19. Aku Mau Dilamar?

29 4 0
                                    

Hari ini Hendra akan ke Lombok,saking semangatnya dia sudah menyiapkan semua keperluannya.Hendra sudah janjian dengan bosnya berangkat nanti sore. Jadi Hendra bisa masuk kerja setengah hari saja.

Terbayang wajah Mira yang cantik dan ayu, yang membuat tidur malam nya selalu terjaga. Wajah Mira selalu menghias mimpinya. Rasanya seperti ada sesuatu yang menunggu?

Bayang-bayang keanggunannya masih ada di setiap gerak mata Hendra. 'Aku akan menggapaimu sayang?' Hendra tidak menyadari kalau Bobi sudah lama ada di sebelahnya. Bobi senyum-senyum melihat pamannya seperti sedang menghayal, biar gak kedengaran pamannya, ia menutup mulutnya supaya sang paman tidak menyadari kalau ia sedang diperhatikan oleh Bobi.

Bobi tertawa ditahan karena lama-lama pamannya seperti orang kurang waras saja. Melihat ke satu arah sambil senyum-senyum. Lama-lama Bobi gak tahan dan segera menyentuh pundak pamannya, barulah Hendra sadar. Hendra menengok dengan kaget.

"Eh Bobi, kenapa?"

"Om lagi mikir apa, ayo sarapan mama manggil tuh!" Hendra cuma menggeleng dan senyum. Dia bangun dari duduknya mau ke meja makan.

"Ayo Bobi kita sarapan, kasian mama nunggu," Kali ini Bobi yang mengangguk.

"Om Hendra sama Bobi ayo sarapan dulu!" Mbak Sinta mengambilkan piring dan mengisinya dengan nasi goreng buatannya. Hendra memakannya dan menikmatinya tanpa banyak bicara lagi.

"Om Hendra mau ke kantor nih mah," Mbak Sinta menghentikan kunyahannya.

"Iya Hen kamu mau ke kantor? Gak telat kita nanti?" Hendra menggeleng.
"Sebentar saja mau merapikan ruanganku siapa tahu kemarin aku lupa apa, seperti menyimpan berkas atau apa, biar besok pas aku masuk kembali aku gak kebingungan. Selesai itu aku balik lagi ke rumah, eh mbak Susi dah dikasi tahu kalau tiket kita berangkat pakai jam sore?" Sinta mengangguk.

"Sudah aku kasih tahu mbak Susi kalau kita nanti kumpul di Denpasar ya di rumahnya," Hendra bangun karena mau ke kantor.

"Mbak aku ke kantor dulu, jangan lupa sama mas Sastro kasih tahu juga ya mbak," Mbak Sinta mengangguk. Hendra menyalami mbak Sinta.

"Mah aku gak ikut ya mah, nanti aku ikut ke kost-anku saja. Ya numpang," Mamanya mengangguk.

"Sudah ya aku ke kantor dulu sebentar, nanti aku belikan oleh-oleh ya mbak?"

"Ooh iya mbak hampir lupa Hen untung kamu ingat! Iya belikan yah sama bekal kita disana."

"Okeh beres mbak!"

Di kantor sambil merapikan file Hendra menelpon  Mira memakai loudspeaker. Kebetulan teman-temannya belum banyak yang datang. Jadi Hendra dengan leluasa menelpon sambil tangannya memeriksa berkas-berkas untuk diserahkan ke Tanti. Seperti biasa terdengar nada dering di HP Mira itu lagu si Maudy Ayunda. Akhirnya diangkat sama empunya.

"Hallo bisa bicara dengan ibu Hendra Barata Sukmawan?" Terdengar suara tertawa disana.

"Bukan, disini masih dengan mbak Mira Anjani Sari Devi!" Hendra jadi tertawa.

"Waduh salah sambung nih? Saya tutup telponnya ya mbak?"

"Gak usah karena itu nama suami saya kelak mas?" Hendra dan Mira tertawa bersamaan.

"Selamat pagi Mira sayang, sudah bangun?"

"Sudah mas, ada apa nelpon pagi-pagi ini?"

"Aku mau kabari kalau aku ntar sore mau ke Lombok sama kakak-kakakku dan bos ku di kantor. Dan keesokan harinya aku and the family baru ke rumahmu."

"Bener nih mas gak guyon kan?"

"Gak lah, untuk seorang Mira mas gak akan guyon atau bercanda lagi.  Malah dua rius deh!" lama sekali Mira terdiam, Hendra takut Mira kenapa-kenapa. Dia agak sedikit berteriak memanggil Mira.

Pelangi Di HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang