Malam bertambah larut Hendra masih saja sibuk merapikan tasnya. Sementara kakak-kakaknya sudah rapi semua tas bawaannya berjajar di sudut kamar.
Walau terkesan lambat sekali dalam merapikan barang dibanding kakak-kakaknya tapi akhirnya selesai juga. Ia naik ke tempat tidurnya, namun hati dan pikirannya masih teringat Mira.
Ia menguap namun ia enggan tidur malah terus mencari bayang-bayang Mira. Diambilnya HP, tapi dia tidak bermaksud menelpon Mira tapi malah membuka galeri mencari foto-foto saat kebersamaan mereka saja.
Satu persatu dia lihat, foto Mira yang fotogenik cantik bak bidadari. Namun yang paling membahagiakan adalah saat dia bisa membantu menyempurnakan hidup Mira.
Selalu bersama kedua orang tuanya bahkan mungkin dia bisa mengurus beliau-beliau itu sampai tua sekali.
Hatinya senang dapat membantu Mira, walau dia nantinya akan menjadi kepala keluarga bukan berarti ia jadi sewenang-wenang dengan istri namun siap membantu apabila diperlukan.Ternyata sudah lama sang bos mau menempatkan dirinya disini di Lombok. Apa ini semua kebetulan saja? Hendra bertanya tapi ia tahu kalau ini semua Tuhan lah yang berkehendak.
Manusia cuma berencana namun semua akan kembali kepada-Nya yang maha berkehendak. Tak ada yang dapat menahan, melarang atau pun memilih karena sudah ada garis-Nya...
Pernikahannya akan dilaksanakan di bulan Desember ini berarti tinggal sebulan lagi ia akan datang membawa Mira kekasihnya yang ia temukan di bulan Oktober di rumah kontrakan kakaknya.
Ya pertemuannya untuk pertama kalinya. Ternyata Mira mau menerimanya, walau harus penuh kesabaran untuk dapat mengenalnya. Sungguh membuat hati Hendra bahagia.
Dia akan menikah di Bali dan selanjutnya akan menetap di Lombok ini. Seperti keinginan di dalam hati Mira.
Ia tidak akan memberi tahu Mira tentang pekerjaannya disini di Lombok, biarlah menjadi kejutan untuk Mira...
- - -
Mira disana di peraduannya juga belum dapat memejamkan mata.
Ia begitu bahagia karena akan dipersunting Hendra.Ia akan meninggalkan masa lajangnya yang penuh misteri. Menuju ke masa yang penuh kepastian... Menjadi seorang istri dari seorang Hendra. Ia akan dipanggil sebagai nyonya Hendra bukan mbak Mira lagi tapi ibu Mira...
Keesokan harinya saat masuk kantor Mira dikejutkan oleh kawan-kawannya. Ternyata ada undangan pertunangan dari Vania. Lho kok mendadak sekali? Seperti ada yang aneh dengan Vania.
"Mir, datang ya? Aku nangis lho kalau kamu gak datang? Datang ya sama pacar kamu itu, siapa sih namanya?" Vania mencoba mengingat.
"Hendra mbak, kenapa?" Mira mengambil undangan itu, lalu membacanya. Mira senang dengan konsep undangan itu, begitu indah desainnya.
"Ya sama Hendra ya datang? Kalian serasi lho. Sama-sama pendiam."
"Ooh Hendra kan sudah balik ke Bali, kalau pas mbak ada acara."
"Yah sudah pulang, baru saja aku mau ajak dia ke kafe." Mira jadi senyum.
"Dimana mbak ketemu mas nya ini? Kok mbak gak cerita?" Mendengar pertanyaan Mira membuat wajah mbak Vania berubah jadi memerah.
Vania langsung menggeret Mira ke sudut ruang, ada kursi nya langsung ia tarik dan mulai bercerita.
"Aku dijodohin!" Mira jadi kaget, masalahnya mbak Vania ini kan cantik. Masa sih cowok sekantor ini gak ada satu pun yang suka padanya?
"Gimana ceritanya, mbak kok mau dijodohin?" Vania menarik napas. Sepertinya ada beban di dadanya. Mira prihatin juga kepo."Aku sebenarnya punya pacar tapi jauh, jauh di luar negeri. Tapi kamu kan tahu kalau dia disana ngapain aja, kita kan gak tahu. Aku sih sabar menunggu dia tapi kedua orang tuaku gak seperti aku. Yah aku sadar juga kalau orang tuaku sudah tua sementara aku anak bungsu. Hanya aku yang ditunggu, terus kalau kenapa-kenapa aku kan salah jadinya... Aku sayang sekali dengan beliau-beliau itu." Vania kembali menarik napasnya bahkan lebih dalam lagi.
"Terus kalau si dia balik kesini, gimana?"
"Ya itu aku bingung, apa yang akan kukatakan padanya? Tapi Mir, sudah lama sekali dia tidak pernah menghubungi aku lagi. Ada kira-kira tiga tahunan, kalau aku menghubungi dia juga gak terbaca lagi sama dia ditelpon eh suara orang yang ada. Mungkin telponnya hilang ya?"
"Ya sudah sabar mbak. Eh ngomong-ngomong dari mana jodoh mbak itu?"
"Dia itu teman kecil aku, kami memang bersahabat tapi dia menghianati persahabatan kami."
"Menghianati gimana?"
"Dia itu senang dangan aku, kan gak boleh pacaran atau cinta sama sesama sahabat."
"Terus kok sekarang mbak malah mau dijodohin sama dia?"
"Iya aku seperti menjilat ludah sendiri, aku mau dijodohin karena sama dia. Kan aku memang sudah kenal baik dan buruknya. Yah aku sih berpikir, ini yang namanya karma. Dan kebetulan dia masih menyimpan cinta itu untuk aku! Selama ini aku gak pernah menghiraukan dia lagi tapi dia gak pernah bosan mendekati kedua orang tuaku dan mencari hati agar aku bisa luluh, gitu?"
"Oooh begono ceritanyo, ngertilah awak!" Mira tertawa bersama Vania.
"Eh Mir pacarmu ganteng tahu?" Mira diam saja gak mau kepancing. Karena Mira gak memberi komen jadi Vania gak berani banyak bertanya pada Mira.
Aniya datang sambil bilang, "ada bos datang?"
"Memangnya kita anak SD yang kalau ada guru, bersiap beri salam?"
Ada-ada saja Aniya!Semua kawan-kawannya jadi tertawa. Tapi begitu sang bos masuk ke ruangan semua diam dan melanjutkan pekerjaannya di meja masing-masing dan tidak bercanda lagi!
Mira masih mengingat percakapannya dengan mbak Vania. Terasa aneh ya jodoh itu, orang yang kita kenal bertahun-tahun belum tentu itu jodoh kita terus ada yang hanya sekejab eh malah jodohan. Semua kembali pada-Nya...
Mira dipandang terus sama bos nya, tapi dia gak berusaha menegur Mira.
Sang bos hanya terus memperhatikan Mira. Di matanya Mira seorang pekerja yang cekatan. Jadi dia membiarkan Mira yang mungkin lagi menghayal atau apa.Tapi lama-lama Mira merasa ada yang memperhatikannya... Dia pun menengok dan ternyata benar. Bosnya senyum-senyum sampai Mira malu sekali.
"Apa yang mbak Mira pikirkan?" Mira masih saja malu.
"Aaah gak ada pak, biasa masalah kita-kita." Mira sedikit berbohong.
"Okey kalau begitu lanjutkan laporannya ya mbak? Nanti bawa ke ruangan saya setelah di print out." Mira mengangguk.
"Siap pak, maaf yang tadi ya pak?" Pak bosnya cuma memberi jempol saja. Itu berarti tidak ada masalah.
Kawan-kawan Mira semua fokus lagi sama laporan-laporan yang nanti akan diserahkan dan diperiksa bos. Gak ada lagi yang bercanda, sepi...
Tiba-tiba ada suara tiiiuuuuut...Semua pada nengok mencari sumber suara tapi gak tahu siapa empunya suara?
Auto satu ruangan pada tertawa sangatlah riuh. Sampai bos jadi keluar lagi dari ruangannya. Dan suara tertawa yang riuh itu menghilang seketika...
"Ada apa nih kok ketawanya gak dibagi-bagi?" Pak bos nengok kanan dan ke kiri tapi gak ada jawaban. Dia berjalan ke mejanya Mira.
"Ada apa tadi kok ketawanya bikin saya kaget, bener lho?" Bos bisik-bisik sama Mira.
"Ada yang buang angin pak saat kita lagi asik kerjakan laporan pak." Bisik Mira lagi. Membuat Bos manggut-manggut. Setelah mengerti masalah kenapa ketawa anak buahnya dia balik lagi ke ruangannya.
"Ya baiklah silahkan kerjakan lagi. Mohon si empunya suara untuk segera melaporkan diri pada toilet dengan segera!" Pak bos bicara sambil menahan tawa.
TBC
Yang baru buka ini, nanti scroll atas dan bawah ya! Votenya inget!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Di Hatimu
Fiksi UmumKegundahan hati Mira karena kehilangan kekasihnya mengantarkannya menemukan cinta sejatinya dan mengisi hatinya kembali. Perjumpaannya dengan cinta sejatinya adalah tidak disangka-sangkanya hanya karena kenakalan Alin, anak gadis kecil si pengh...