24. Kemauan Mira

20 5 2
                                    

Karena sudah diputuskan tanggal dan bulan pernikahan Hendra dan Mira akhirnya tamu dari kedua anggota keluarga itu mohon diri. Tetapi Hendra memilih pulang belakangan dari kakak dan bos nya.

"Ajik Mira, boleh saya pulang belakangan?" bisik Hendra ketika dekat sekali dengan ayah Mira saat semua bersalaman mau pamit pulang. Ayah mengangguk mendengar permintaan Hendra.

"Tapi nak Hendra saya cuma kasi waktu satu jam saja!" Hendra senang sekali dan mensyukurinya, karena ia ingin mengajak Mira besok ke tempat wisata.

"Ajik Mira, boleh besok Mira saya ajak pergi wisata?" Ayah Mira cuma senyum manis.

"Hendra Mira itu bukan anak kecil lagi, coba tanya apa dia mau tamasya sama kamu ya?" Ayah masuk dan berjalan sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Terimakasih ya ayah?" ayah hanya melambaikan tangan sambil jalan.

Mira hanya tersenyum melihat Hendra seperti tertekan oleh sikap ayahnya. Mira merasa ayah sedikit takut kehilangan dirinya. Maklumlah di rumah hanya ada Mira, bagaimana kalau di rumah gak ada Mira.

Sedangkan kakak-kakaknya ada di luar daerah semua kerjanya, walau masih satu kota. Kalaupun mereka datang hanya sesekali saja dalam sebulan... .

Hendra melihat Mira agak melamun, ia duduk berlutut di bawah tempat Mira duduk dan mengambil tangan Mira  dan itu membuat kaget Mira.

"Eh mas Hendra bangun dong,  bajumu kotor! Nanti dilihat orang. Ini kan di luar rumah." Namun Hendra menolak untuk bangun.

"Ada apa sayang, apa yang menjadi pikiranmu?" Mira diam saja.

"Hen bangun dulu ayo!" Akhirnya Hendra menuruti kemauan Mira.

"Iya sekarang aku sudah duduk nih?" Baru Mira bisa senyum lagi.

"Mas Hendra kok Mira merasa sedih ya mau ninggalin ayah sama ibu disini, sedangkan aku kan ikut mas di Bali." Demi mendengar itu Hendra menarik napas dalam-dalam. Dia juga ikut resah dan gelisah.

"Sudah lah nanti kita pikirkan ya sayang, yang penting malam ini kita bisa rasakan berdua saja. Besok kita pergi tamasya yuk Mir?" Mira membalikkan kepalanya dan tersenyum.

"Nah gitu dong, senyum kan cantik? Besok Mira mau kemana tamasya?" Mira meletakkan kepalanya di pundak Hendra.

"Mau kemana ya mas, ada punya recommended?" Kepala Hendra juga menempel di kepala Mira.

"Apa kita tanya Ayudiah saja ya,  Mir?" Mira mengangguk.

"Mir... Kalau malam begini cuma ada bintang dan bulan ya Mir?" Mira jadi tertawa dan berusaha keluar dari tempelan kepala Hendra. Sehingga Hendra jadi kaget tapi dia tertawa juga.

"Ya iyalah mas, maksud mas harus ada pelangi juga gitu?! Ya gak kelihatan dong mas kan langitnya item!" Hendra senang kalau bisa lihat Mira berargumen.

"Gak juga gitu, kan kalau malam pelanginya ada di bumi ya kamu ini Mir?" Mira masih tertawa saja.

"Mir tadi aku dibatasi sama ayah satu jam saja dapat ngobrol sama Mira. Sekarang aku pulang dulu yah?" Mereka berdua sebenarnya masih ingin bicara lama namun Hendra dapat melihat ayah Mira mengintip di jendela. Karena kordennya tersibak oleh ayah Mira.

"Aku pulang nih ya, sampai besok ya. Telpon aku kalau sudah tahu kemana tujuan wisata kita." Mira mengangguk namun Hendra memegang kedua pipinya lalu mencium dahi Mira.

"Rindukan aku ya Mir?" Hendra lalu menaiki mobilnya. Ya mobil sewaan. Mira hanya melambaikan tangan.

Setelah mobil yang ditumpangi Hendra berlalu, Mira baru ingat kalau sohibnya Aniya masih di dalam, ini kan sudah malam. Lebih baik dia menginap saja.

Pelangi Di HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang