29. Surat Undangan

14 4 0
                                    

Hendra pergi ke toko emas milik Haji Murod. Pak Haji Murod kaget melihat Hendra. Karena Hendra yang dikenalnya dulu masih kecil. Suka nangis! Kacamatanya dia naik turunkan, meyakinkan apakah dia itu Hendra yang dikenalnya atau bukan.

"Eh maaf ini nak Hendra kan adiknya Sinta?" Hendra yang ditanya hanya mengangguk.

"Iya pak Haji, bener sekali." Pak Haji Murod masih terus memperhatikan Hendra dari bawah sampai atas.

"Ini mau apa, nak Hendra?"

"Ini pak Haji saya mau buat cincin."

"Sinta mau nikah?"

"Bukan tapi saya pak Haji, Hendra."

"Kamu mau nikah sama orang mana?"

"Orang dari Lombok."

"O gitu, sini duduk dulu saya tulis pesanannya sama ukurannya." Hendra langsung memesan sekalian ukuran untuk Mira dan dirinya. Kira-kira seminggu lagi selesai.

"Terimakasih ya pak Haji, maaf saya buru-buru mau ke kantor lagi." Pak Haji cuma mengangguk. Dia cuma heran kok Hendra jadi ganteng. Terus dia pandangi sampai tak berkedip.

"Oooh iya ya, terimakasih juga ya nak Hendra. Salam sama mbak Sinta mu ya?" Hendra menyalami pak Haji Murod dan terus berlalu... Tinggalah pak Haji Murod, yang masih saja keheranan melihat Hendra kecil dulu yang nakal dan bandel. Sekarang sudah dewasa dan segera akan menikah.

- - -

Di rumah mbak Sinta dan mbak Ayu sibuk mencari baju pengantin untuk Mira juga Hendra. Mereka hanya menyewa saja di salon ternama di Bali.

"Yu apa kedua orang tua Mira juga kita sewakan juga ya?"

"Iya mbak sebaiknya kita sewakan juga ya mbak."

"Berarti kita perlu baju lumayan banyak ya?"

"Iya mbak, mudahan ada ya mbak yang menyewakan."

"Iya yu kita harus cari ke salon lain juga karena gak ada ukurannya. Biar bisa kita cuci dulu biar bersih dan rapi, soalnya kan cuma sebulan kita ada kesempatan. Kita masih cari catering dan tenda."

"Kok mbak gak serahkan ke WO saja?"

"Gak lah, biar aku ini sebagai kakaknya merasakan kelegaan sudah membantu pernikahan Hendra."

"Mbak jaga kesehatan ya mbak jangan kecapekan."

"Iya dik Ayu, makanya kita sedikit-sedikit mengerjakannya. Bantu aku ya?" Ayu hanya mengangguk dan tersenyum.

- - -

Sementara disana di Mataram juga mulai sibuk mempersiapkan acara perpisahan dengan Mira. Kedua orang tua Mira pun ikut sibuk.

Bersama dengan keluarga besar juga ikut mempersiapkan acara untuk Mira. Karena Mira adalah anak perempuan dalam keluarga pak Satria dan ibu Anita maka dibuatlah acara semacam perpisahan.

Nantinya Mira akan dipersunting oleh orang dari seberang, akan dibawa serta oleh suaminya. Jadi dia sudah tidak bisa mengikuti cara-cara di rumahnya tetapi mengikuti cara di rumah suaminya.

Namanya saja perpisahan namun tidak berpisah sekali. Mira masih bisa datang berkunjung dan menginap sekalipun di rumah orang tuanya bahkan bersama suaminya kelak.

Hal seperti itulah yang saat ini dilaksanakan oleh keluarga besar Mira. Paman dan bibi Mira dari kedua orang tua Mira.

Mereka datang menawarkan bantuan, dan semua diterima baik oleh ayah Mira.

Pernikahan Mira menjadi besar bukan karena uang ayah banyak tapi banyaknya keluarga yang mau membantu.

Betapa sukacitanya ayah walau Mira gak akan ia lihat sesering mungkin hanya pada suatu waktu saja. Ia akan datang dengan suaminya karena kalau sendiri ia datang itu akan menimbulkan pertanyaan yang kurang enak di dengar.

Pelangi Di HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang