18. Selamat Tinggal Kebebasan

33 4 0
                                    

Hari masih pagi, Hendra sudah berada di kantor. Hendra ada janji dengan bos nya, untuk membicarakan keberangkatan ke Lombok bersamanya. Bisa saja Hendra bicara nanti jam istirahat,  tapi tentu akan curiga teman-temannya karena dia terlalu dekat dengan bos, padahal tidak seperti yang mereka pikirkan.

Si bos yang baik hati seperti kakak bagi Hendra. Tiba-tiba pintu ruangan Hendra terbuka yang ternyata bos nya Hendra yang datang.

"Hallo Hendra apa kabar," si Bos melihat jam tangannya. 'Anak-anak paling belum datang?' begitu bisiknya.

"Eh pak, terimakasih ya mau datang sepagi ini. Istri bapak gak tanya?"

"Ya iyalah tapi sudah saya tenangkan pakai uang belanja 500 ribu?" sedikit lebay sih ini bos nya Hendra.

"Astaga pak, kok saya merepotkan kenapa bapak gak terus terang aja mau bantu saya?"

"Ya sudahlah tapi itu memang uang untuk dia kemarin saya lupa kasih istri."

"Oooh kirain?" Hendra sedikit tenang kalau gitu. 'Ternyata pandai ngelawak juga ini bos.'

"Hen besok pas ke Lombok istri saya mau ikut mau liburan sekalian."

"Ya gak apa pak, saya maklum aja.  Tapi pak bisa gak bapak ke Lombok lebih dahulu baru saya sorenya. Soalnya saya bawa kakak-kakak saya. Jadi kita ketemu di hotel saja. Nanti saya hubungi kawan saya, dia kan punya travel nah dia yang jemput bapak di bandara sekalian diantar ke hotel."

"Bisa saja Hen, tapi aku ikut ya pergi ke lamaranmu?"

"Iya bisa saja pak, terimakasih."

"Nah kembali ke awal nih hubunganmu dengan calonmu itu sudah berapa lama? Sudah yakin kah dirimu Hen, mau menikah?"

"Kami sama-sama suka pada jumpa pertama kami. Awalnya sih dia ragu kok cepat sekali sudah mau melamar, masalahnya hubungan kami kurang lebih baru sebulan saja. Karena saya pikir kita sudah sama-sama suka terus untuk apa kita pacaran. Lagian kami sudah sama-sama berumur,  saya pikir saya mencari istri saja bukan pacar lagi."

"Oooh gitu ya bagus juga pemikiranmu, saya salut sama kamu sudah berani, tapi jangan pernah menyesal. Karena penyesalan selalu datang belakangan Hen!" Hendra cuma mengangguk menyetujui ucapan bos.

"Maaf pak kayaknya anak-anak sudah pada datang. Sekali lagi terimakasih ya pak?" Si bos melihat jam tangannya lalu manggut-manggut membenarkan ucapan Hendra kalau jam kantor segera dimulai.

"Oke Hen sampai jumpa nanti di ruangan rapat."

"Rapat mengenai apa pak?"

"Ya rapat untuk kamu tapi saya gak cerita kalau mau ikut kamu. Yah nanti lihat saja dulu."

"Ooh gitu ya-ya pak, terimakasih!"

"Selamat ya Hen, selamat tinggal kebebasan...?" Bos dan Hendra pun tertawa.

Di tempat kerja Hendra merasa gak tenang, masalahnya Hendra gak mau rencana pernikahannya diekspos. Dia mau diam-diam saja supaya bebas dari hal-hal yang tidak diinginkan. Tanti datang ke ruangan Hendra memberitahu kalau ada rapat mendadak dari bos. Hendra sih udah tahu akan hal itu.

"Hen segera ke ruang rapat! Bos mau membicarakan sesuatu sama kita."

"Oke Tan bentar aku kesana."

Setelah semua hadir bos mulai membuka rapat itu.

"Selamat pagi rekan-rekan kerja saya yang tercinta. Selama seminggu saya akan pergi berlibur. Untuk sementara Tanti yang akan membantu saya."

"Bagaimana Tanti, kamu harus bersedia ya?"

"Baiklah pak. Kenapa gak Hendra saja pak?" Si bos tampak sedikit kebingungan menjawab pertanyaan dari Tanti.

"Kalau Hendra sudah dari bulan lalu mau mengajukan cuti nah kebetulan besok dia ambil cuti itu tiga hari.  Jadi saya harap kalian maklum saja ya?" Teman-teman Hendra mengangguk saja walau dengan wajah penuh tanda tanya. Tiba-tiba Tanti mengangkat tangan membuat semua menoleh.

"Pak saya minta ada yang bisa bantu saya?"

Mendengar permintaan Tanti si bos jadi berpikir sambil melihat wajah-wajah teman-teman Hendra yang cocok untuk membantu Tanti. Dan pilihannya jatuh pada Denny.Kelihatan anak ini lumayan tanggung jawab seperti Hendra.

"Tanti kamu sama Denny saja ya,  Denny tolong bantu Tanti ya?" wajah keduanya memerah karena bukan rahasia lagi kalau mereka adalah dua sejoli. Otomatis teman-temannya pada mendehem-dehem termasuk Hendra.

"Baik pak saya akan berusaha membantu Tanti, selamat berlibur ya pak?" Denny menyalami pak bos.

"Oke sekarang sudah selesai ya pertemuan kita." teman-teman Hendra pada bubar dan saling menyalami pak bos. Pak bos mengambil HP nya dari kantong bajunya dan menulis... "Hendra selamat menempuh hidup baru."
Hendra membaca tulisan di HP nya dan tersenyum sambil melihat pak bos di seberangnya sedang tersenyum juga.

Mereka kembali ke ruangannya masing-masing. Begitupula dengan Hendra. Tapi Tanti dan Denny juga ikut masuk ke ruangan Hendra.

"Kenapa nih kesini?" Tanti dan Denny mau jawab bersamaan tapi Tanti yang mundur dan mempersilahkan Denny untuk bicara lebih dulu.

"Hen kok mau cuti juga, situasi kita kan kurang bagus?"

"Aku cuma tiga hari kok ambil cuti!" Hendra cuma tersenyum.

"Iya Hen besok-besok saja ambil cutinya, kami agak kerepotan kalau kalian bersamaan ambil cuti." Tanti menunduk.

"Sudah tenang saja nanti kalau kalian kerepotan kalian bisa kok telpon aku."

"Kalau boleh tahu untuk apa kamu ambil cuti Hen?" Denny coba bertanya.

"Aku ada urusan keluarga Den, tenang saja kalian pasti bisa menyelesaikan masalah-masalah disini, kan aku akan datang cepat setelah selesai masalah keluargaku." Denny menarik napas lalu menyentuh pundak Hendra.

"Ya sudah, semoga masalah keluargamu cepat selesai. Kami mau balik lagi ke meja masing-masing." Denny dan Tanti menyalami Hendra. Hendra melihat keduanya satu persatu sampai Denny dan Tanti saling berpandangan lalu menahan mereka dan bertanya, "kalian kapan akan menikah?" Mereka berdua jadi tertawa.

"Kalau tidak ada halangan kira-kira dua minggu lagi Hen."

"Astaga untung aku sudah pulang ya,  congratulation deh buat kalian ya?" Sekarang giliran Hendra yang mengucapkan selamat dan menyalami mereka.

"Tapi Hen, dirahasiain dulu yah, biar surprise!" Hendra mengangguk sambil membuat gerakan seperti mengunci mulut.

"Udah aah Hen jangan lebay, yuk Den kita balik!" Denny langsung mengangguk.

"Ya sudah sana the couple, moga bahagia yah?" Eh si Tanti malah manas-manasin Hendra memeluk Denny dengan erat. Denny sampai nengok ke Hendra sambil senyum permakluman dengan ulah kekasihnya. Hendra membalas dengan mengacungkan jempol.

- - -

Di kantor Mira juga gak tenang,masalahnya bisa gak ya dia jadi istri yang baik bagi Hendra mengingat pertemuan dan masa pacaran mereka begitu cepat dan begitu mengejutkan sekali. Apa Hendra sudah tahu kejelekan Mira yang kalau tidur suka keluar zigong di bantal, suka malas bangun pagi, suka usil aaah...

Mira jadi senyum sendiri. Kata orang menikah itu adalah bersatunya dua hati yang berbeda menjadi satu tujuan, harapan dan cita-cita. Berbagai perbedaan yang drastis dimana salah satu pasangan melihat jelas perbedaan dari budaya keluarga masing-masing.

Dan itu harus menjadi satu pengertian dalam berumah tangga.Dan kata orang cinta itu bisa merubah pasangannya menjadi lebih baik. Mira berharap selalu yang terbaik bagi dia dan Hendra. Kedatangannya bagai pelangi setelah turunnya hujan...

Pelangi Di HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang