Penerbangan Denpasar-Mataram dicancel. Hendra sedikit panik namun ia dengan sabar menenangkan dua ponakannya, juga kakak-kakaknya.
"Om apan kapang na tebang?" Suara gemesnya Weli membuat Hendra mau ketawa, ia menggendongnya sambil memeluknya.
"Bentar lagi ya adik, kita terbang seperti burung," Weli memandang Hendra dalam bola matanya seperti gak percaya dengan kata-kata Hendra.
"Macak om?" Hendra cuma mengangguk. Mbak Sinta berjalan menuju arah Hendra dan Weli yang melihat kapal terbang yang datang dan yang akan berangkat silih berganti dari kaca besar yang ada di ruang tunggu penumpang.
"Hen ada apa ya kok dicancel, aku takut Hen," Mbak Sinta risau terasa kedua tangannya dingin ketika menyentuh tangan Hendra.
"Gak apa mbak, dicancel itu banyak kemungkinannya. Mungkin di Mataram juga ramai penerbangannya atau ada hujan lebat yang membuat awan hitam kan mengganggu penerbangan juga. Wis sabar aja mbak, mereka lebih tahu untuk keselamatan penumpangnya," Mbak Sinta mengangguk lalu kembali ke tempat duduknya.
Apa yang dipikirkan oleh Hendra hampir tepat. Karena sebentar kemudian si bos menelponnya dan bertanya, "Hendra kamu sudah dimana, disini hujan besar banget. Saya baru saja sampai di hotel habis dari Senggigi."
"Ooh gitu ya pak, mungkin itu yah yang menyebabkan penerbangan Denpasar-Mataram dicancel."
"Jadi kalian masih di bandara ya?"
"Iya pak."
"Ya sudah sabar dulu yah, pasti kok terbang walau telat sampai di Mataram. Okey dah selamat sampai sini saya tunggu!"
"Okey pak bos, doakan saya ya pak. Gak sabah nich... Ha ha haaa..." Pak bos juga ikut tertawa.
"Ya wajar gak sabaran... Sampai nanti." Si bos menutup telponnya.
Hendra mau menghampiri mas Sastro yang sedari tadi sibuk dengan gadget nya. Seakan dia gak peduli lagi mau sampai atau nggak. Kakak Hendra ini sibuk dengan pengiriman barangnya.
Dia gak mau dengar konsumen gak terima tepat waktu. Gak heran usahanya jadi berkembang pesat walau awalnya dia merintis secara kecil-kecilan pakai uang pesangon yang diberikan perusahaannya. Ya mas Sastro terkena PHK besar-besaran dari sebuah dealer motor terkenal.
Yang waktu itu mbak Ayu sedang mengandung Weli. Tidak bisa dibayangkan mas Sastro kalau terus di rumah tapi tidak mengerjakan sesuatu. Hendra juga melihat kegelisahan mas Sastro kala itu.
Hendra sempat kesal dengan teman-teman mas Sastro yang senasib dengan kakaknya sering datang dan mengajak ke hal-hal yang kurang bagus seperti pergi nonton sabung ayam, minum-minuman keras atau sekedar nongkrong di cafe atau di suatu tempat.
Sampai di suatu ketika mas Sastro sadar sendiri melihat kelahiran Weli yang membawa angin segar dalam kehidupannya, seorang anak laki-laki yang diinginkannya. Tiba-tiba mbak Susi sudah di sebelahnya memegang pundak Hendra.
"Ndra aku kok laper eh, kita makan dulu yuk," Hendra cuma tertawa.
"Aku juga eh, tapi aku takut nanti kapal nya terbang. Gini aja kita beli roti Boy ya, bisa ganjel perut lapar.Nanti kalau gak habis kan bisa disimpan," Mbak Susi memberi jempol menyetujui.
Hendra langsung menuju stand roti Boy dan Dunkin Donuts dan membelinya. Dia mengurungkan niatnya untuk ngobrol sama mas Sastro. Karena dia juga mampir ke stand KFC mau membelikan seember ayam goreng. Telepon dari travel di Mataram datang, Hendra mau mengangkatnya.
Karena banyak makanan di tangannya hingga ada kresek yang jatuh kotaknya saat di letakkan di meja. Ada seseorang yang membantunya mengambilkan kresek isinya sekotak makanan yang terjatuh. Saat dia akan menerima telpon dari Mataram. Karena lama belum dijawab sama Hendra jadi telpon dari travel itu berhenti berdering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Di Hatimu
Fiksi UmumKegundahan hati Mira karena kehilangan kekasihnya mengantarkannya menemukan cinta sejatinya dan mengisi hatinya kembali. Perjumpaannya dengan cinta sejatinya adalah tidak disangka-sangkanya hanya karena kenakalan Alin, anak gadis kecil si pengh...