Mira senyum-senyum setelah menerima telpon dari Hendra. Agak berkurang rasanya capek ini yah sedikit terhibur. Masih lama lagi jam pulang kerja, tiba-tiba ayahnya menelponnya. Mira kaget, karena gak biasa ayah menelpon saat ia masih di kantor? Dengan penasaran ia menjawab telpon ayah.
"Hallo ayah ada apa?"
"Gak ada Mir pengin tahu saja, ayah sudah seminggu nih di Lombok Timur pengin tahu aja kabar ibumu."
"Kenapa ayah gak telpon ibu saja?"
"HP ibu mati terus dari pagi, nanti kalau kamu pulang kasih tahu ibu supaya telpon ayah ya!"
"Okey ayah, eh ayah sendiri gimana kabarnya?"
"Baik kok. Ya sudah sampai besok ya?"
"Dadah ayah, Mira kangen ayah!"
"Iya besok ayah pulang ke mataram." Ayah mematikan HP nya.
Alasan saja Satria menelpon Mira,karena hatinya merasakan sesuatu terhadap Mira putrinya. Seperti ia ingin tahu keadaan Mira. Belakangan Satria sangat jarang melihat putrinya,paginya baik Mira dan Satria tidak di rumah, mereka pergi bekerja,malamnya Mira dan dirinya jarang makan malam bersama karena seringnya Mira tertidur.
Kalau ibunya membangunkan dirinya dia selalu bilang, "malas ibu Mira makan, ngantuk sekali." Tapi tadi Satria telpon dia baik-baik saja. Satria jadi lega. Setelah menelpon Mira Satria mau menelpon yang lain.
Karena tadi sebelum rapat kok tiba-tiba ia merasakan kesedihan lagi tapi kenapa ya? Satu-satu ia hubungi anggota keluarganya, bertanya tentang kabarnya. Syukurlah mereka baik-baik saja. "Ah hanya perasaanku saja," pikir Satria.
Satria kembali masuk ke ruangannya. Ia sedikit lega setelah dapat menelpon anggota keluarganya tercinta. Ia pun melanjutkan rapat dengan para stafnya dengan lancar.
- - -
Malamnya Hendra datang ke rumah Sastro bersama mbak Sinta dan mbak Susi. Mereka akan membicarakan tentang lamarannya dengan Mira. Sastro senang sekali kedatangan saudarinya. Walau sedikit kaget tapi dia bersikap tenang.
"Eh kalian, ada apa kesini kok ya tumben ada apa ini?" Sastro memeluk para saudarinya satu persatu, walau berada dalam satu kota dia gak pernah sempat sowan ke rumah saudaranya. Sastro sedikit merasa terharu, terlihat kedua matanya ada air mata yang menggenang.
"Iya ini mas, si ragil minta kawin!" Mbak Sinta berkata sambil senyum-senyum. Hendra yang merasa disindir, cuma senyum kecil.Terdengar suara riuh tawa dari mereka. Ayu juga ikut keluar dan kaget kedatangan para iparnya.
"Astaga mbak tumben kok gak ngabari?" Ayu mencium pipi mbak Sinta dan mbak Susi bergiliran.
"Iya dik kejutan." Sinta dan Susi hampir bersamaan menjawab.
"Ayo-ayo mbak duduk dulu?" Ayu langsung ke belakang menyiapkan sesuatu.
"Keluarin semua ya dik?" Ayu sampai ketawa sambil berjalan ke belakang dicandain sama mbak Susi.
"Omong-omong Hendra ini maunya gimana, Sus?" Hendra saling pandang dengan mbak Susi.
"Gini mas, Hendra ini senang dengan si Mira putrinya pak Satria itu lho." Hendra mengangguk membenarkan kata mbak Susi.
"Iya aku tahu itu, la terus apa mau nikah gitu?" Sastro memandang adiknya.
"Iya mas, aku mau mas melamar dia untuk aku." Sastro diam tapi berpikir. 'Sastro sungkan dengan ayahnya Mira, gimana ini?'
"Lho mas kok diam, gimana?" mbak Sinta gak sabaran.
"Ya gimana ya aku gak enak e sama pak Satria. Tapi aku mau dah bantu ngelamar Mira." Sastro mengusap-usap kepala belakangnya. Dia ragu apa diterima gak adiknya jadi menantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Di Hatimu
Ficción GeneralKegundahan hati Mira karena kehilangan kekasihnya mengantarkannya menemukan cinta sejatinya dan mengisi hatinya kembali. Perjumpaannya dengan cinta sejatinya adalah tidak disangka-sangkanya hanya karena kenakalan Alin, anak gadis kecil si pengh...