Yah begitu banyak masalah dan gangguan tadi di ruangan. Membuat perut Mira mulai bereaksi. Rasanya mau makan soto lagi.
Mira dan Aniya berjalan menuju kantin bersama dengan kawan yang lain. Cuaca sepertinya mau hujan karena langit begitu hitam ditambah dengan angin yang berhembus perlahan terlihat dari dedaunan dari pohon-pohon sekitar kantin agak bergerak dan memberi sedikit kesejukan.
Sampai di kantin Mira kaget disana sudah ada Hendra duduk disitu. Ia melambaikan tangannya untuk Mira.Tampak Mira tersenyum melihat calon suaminya sudah menunggunya. Dan Mira menuju meja nya Hendra. Sedangkan Aniya malah duduk di meja sebelah bersama Kanti.
"Hai Mir kok gak telpon-telpon aku kan aku mau berangkat ke Bali." Pipi Mira memerah karena merasa sedikit bersalah hingga sedikit mengabaikan Hendra.
"Iya maaf mas, Mira sibuk sekali hari ini. Tadi banyak sekali gangguan sampai berapa kali mengulang." Begitu alasan Mira.
"Iya gak apa sayang, mas takut saja Mira gak kangen sama mas lagi?" Mira menunduk tapi sebenarnya ia melihat cincin di jarinya. Dan Hendra melihat itu. Mira mau memberikan salah satu cincin dari jarinya.
"Mas Mira tetap kangen kok sama mas. Sini tangannya, Mira mau lihat!" Begitu alasan Mira. Mira memegang tangan Hendra.
Mira memasukkan cincin miliknya dari jari manisnya ke jari kelingking Hendra. Hendra hanya diam saja saat cincin Mira dimasukkan ke jarinya.
"Kenapa cincin Mira ada di tangan mas?"
"Gak apa mas, bawa saja barangkali ada gunanya." Mira ingin agar Hendra ingat akan Mira dan tidak meragukannya.
"Mir aku simpan ya?" Mira hanya mengangguk.
"Mas ayo makan sotonya nanti dingin?" Mira juga sudah lapar. Ia juga melihat cincinnya pas melingkar di jari kelingking Hendra.
Cincin dari Mira hanya berupa lapisan emas berbentuk pipih polos namun ada lubang berbentuk hati di tengahnya.
Hendra sebenarnya gak mengerti kenapa Mira memakaikan cincin miliknya pada jarinya.
Namun setelah lama ia berpikir bahwa Mira hanya menunjukkan kesungguhan hatinya pada Hendra. Ia ikhlas mencintai Hendra... 'Cincin keikhlasan hati,' bisik Hendra di hati.
Mira memandang ke Hendra yang kini sudah mengisi relung hatinya menjadi lebih hangat oleh kasih dan sayangnya...
"Eh Mir, nanti aku mau berangkat pulang, doakan aku ya?" Mira hanya mengangguk dan tersenyum yang teramat manis... Membuat hatinya semakin rindu yang mendalam.
"Iya mas... Salam juga sama kakakmu yang baik hati itu. Eh sama bos mu juga yach." Hendra juga mengangguk sambil memegang tangan Mira. Mira jadi tersipu, pipinya memerah. Kawan-kawan Mira pada melirik ke meja pasangan ini.
"Cie cie... Jadiaaan..." ucap kawan Mira dengan serempak. Mereka tidak tahu kalau Mira dan Hendra akan segera melangsungkan pernikahan bulan depan.
Hanya Aniya yang tahu tapi dia diam, Aniya takut dan sedih Mira akan segera meninggalkannya mengikuti calon suaminya. Tiada lagi tempat dia mengadu khususnya tentang uang. Mira adalah teman terbaik bagi Aniya.
"Mir selalu rindukan aku yaa?" Mira mengangguk untuk kesekian kalinya. Untuk cinta masa depannya, yang selalu dinantinya.
"Okeh mas, Mira anterin ya sampai depan gerbang kantor?" Hendra mengangguk senang. Ia mengambil tangan Mira, lalu menggenggamnya. Mira hanya diam saja sambil tersenyum pada Hendra.
"Mir, kamu gak telat masuk ke ruangan ntar kena tegur lho?" Mira menggelengkan kepala. Hendra tambah erat menggenggam tangan Mira, seakan ia berkata gak mau pulang, "aku gak mau pulang sayang? Aku mau bersamamu sayang?" Aah Hendra melamun, karena rindunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Di Hatimu
General FictionKegundahan hati Mira karena kehilangan kekasihnya mengantarkannya menemukan cinta sejatinya dan mengisi hatinya kembali. Perjumpaannya dengan cinta sejatinya adalah tidak disangka-sangkanya hanya karena kenakalan Alin, anak gadis kecil si pengh...