30. Hari Pernikahan

27 5 0
                                    

Mendapat kesempatan untuk pulang lebih awal membuat Hendra senang sekali. Ia segera menelpon kakaknya, mas Sastro.

"Mas sudah siap?"

"Sudah kok, nih sama mbak Ayu juga. Tapi aku ajak Weli ya, kalau Alin biar sama Sinta. Kan dia sekolah."

"Oooh gitu, ya gak apa mas. Sekarang sore ini kita terbang ke Mataram. Gimana mas?" Mas Sastro terdiam, Tidak ada suara di HP Hendra. Hingga Hendra sedikit berteriak.

"Mas... Mas Sastro gimana mas?" Masih gak ada suara. Hendra jadi gak enak hati, dia segera mematikan HP nya. Dia segera menghidupkan motor matic nya dan melaju menuju rumah mas Sastro. Menyelesaikan masalah nya dengan kakaknya.

Sampai di rumah kakaknya ia langsung mencarinya dan dijumpainya mas Sastro lagi sibuk membungkus tasnya. Hendra langsung memeluk kakaknya. Tapi yang dipeluk keheranan?

"Ada apa Hen, katanya kita berangkat sore ini ke Mataram ambil Mira?" Sekarang Hendra yang keheranan dengan sikap kakaknya.

"Lho mas gak marah nih, kok tadi HP nya dimatikan?" Sastro ketawa ngakak. Hendra hanya diam dan menunduk.

"Wong HP aku habis batere, gimana caranya aku telpon kamu? Sedangkan mbak Ayu keluar mau beli cemilan untuk Weli dibawa juga HP nya, dimana aku mau pinjam HP kalau mau nelpon kamu?" Sastro menepuk-nepuk pundak Hendra, dia senyum melihat adiknya yang cemas karena hari pernikahannya di ujung tanduk.

Hendra sangat lega, dia tadi berpikiran negatif dengan mas Sastro. Ia takut mas Sastro marah atas ucapannya.

"Oooh gitu ya mas, maafkan aku ya mas?" Sastro mengangguk saja.

"Hen yang tenang sedikit jangan gugup ya? Gimana cincinnya sudah jadi?" Hendra mengangguk.

"Semua sudah siap kan, mudahan saat kita ke Mataram tak ada kendala yang berarti ya?"

"Semoga ya mas? Eh aku mau pulang dulu sambil tanya mbak Sinta persiapannya sampai mana?"

"Iya sana dik, aku mau urus bajunya si Weli sama nyiapkan bahan makanan untuk Alin. Mbak Ayu mu mungkin beli cemilan di Jepang. Kok ya lama banget!" Hendra cuma senyum geli mendengar ucapan kakaknya.

"Ya sudah ya mas? Yang sabar?"

"Iya sudah Hen makasih, mas sudah diingetin."

"Sama-sama mas, aku pulang dulu ya mas? Inget nanti jam setengah empat aku jemput. Gimana siap gak?"

"Iya Hen jangan khawatir." Hendra bergegas ke rumah mbak Sinta. Mbak Susi juga ada di rumah mbak Sinta untuk menginap.

Hendra cuma WA saja ke Mira tapi Mira tidak membalasnya kalau pun dibalas pasti hari sudah malam.
Mira dan Hendra memang sengaja tidak saling menelpon supaya baik saja ke depannya.

Maksudnya apabila mereka saling menelpon dikhawatirkan pasti ada pertengkaran-pertengkaran ya masih dibilang kecil tapi itu mengganggu konsentrasi mereka dalam menghadapi acara pernikahannya.

Karena ada istilah dipingit agar mereka tidak saling bertemu saja karena takut di luar banyak bahayanya. Kebetulan Hendra dan Mira berada di tempat yang saling berjauhan. Hendra di Bali dan Mira di Lombok.

- - -

Di kediaman Mira sedang berlangsung acara pelepasan Mira dari keluarganya ke keluarga Hendra.
Ayah dan ibu membuat acara yang dihadiri oleh keluarga besar ayah dan ibu Mira, kawan-kawan Mira, kawan kakak-kakaknya, teman kantor ayahnya dan tetangga semua di komplek itu.

Begitu ramai orang datang memberi selamat kepada Mira dan Hendra, silih berganti. Banyak para tamu memuji kecantikan Mira dan mendoakan agar Mira mendapat pernikahan yang penuh berkah. Setelah itu para tamu menikmati santapan yang dipesan ayah pakai jasa katering. Semua berbahagia termasuk calon pengantin.

Pelangi Di HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang