28. Ada Yang Cemburu

20 5 0
                                    

Penerbangan Mataram Denpasar tidaklah mendapat hambatan sama sekali, tidak seperti saat ke Mataram.
Tidak ada hujan, tidak ada di cancel pesawatnya, juga tidak ada mobil ban kempes karena pecah ban.

Sampai di rumah mbak Susi di Denpasar mereka sudah capek banget, barang-barang untuk sementara dibiarkan menggeletak.

Untung saja Bobi sudah menyiapkan makanan lewat online hingga bisa segera mengisi perut tanpa harus ditunda lagi karena mata mereka sudah mengantuk.

Bobi memang nge-kost dekat dengan tempat tinggal mbak Susi. Ibunya, mbak Sinta adalah kakak dari mbak Susi. Mbak Susi tinggal seorang diri di Denpasar karena suaminya tugas di Jawa sebagai tenaga tehnik untuk pesawat di Juanda, Surabaya.

Jam lima pagi Hendra dan dua kakaknya yaitu mbak Sinta dan mas Sastro beserta istrinya, mbak Ayu serta kedua anaknya balik ke Jembrana memakai mobil mbak Susi.

Jam tujuh pagi mereka sudah sampai di Jembrana. Betapa sukacitanya mereka sudah sampai dengan selamat di rumah masing-masing.

Hendra membawa mobil seperti orang lari estafet saja. Memang Hendra yang membawa mobil dari Denpasar sampai di rumah mbak Sinta saja, nah selanjutnya mas Sastro yang bawa ke rumahnya.

Baru saja sampai di depan rumah mbak Sinta kebetulan Men Asih lewat dan menjajakan nasi kuning. Melihat ada dagang nasi lewat perutnya ini gak mau diajak tenang selalu minta diisi, Hendra memanggilnya dan membeli nasi kuningnya. Yang memang langganannya.

Hendra cepat sarapan dengan nasi kuning Men Asih begitupula dengan mbak Sinta. Hendra tinggal serumah dengan kakaknya mbak Sinta.

"Mbak aku mau kantor, nanti pulang saja aku beresin barang-barangku yang di kamar. Aku cuma ambil oleh-oleh saja dulu untuk temanku. Oh ya nanti jam istirahat aku mau ke toko emasnya pak Haji Murod, mbak." Mbak Sinta mengangguk.

"Eh Hen, rencananya masing-masing berapa gram cincinnya?" Hendra menggelengkan kepala sambil mengusap-usap kepalanya.

"Baiknya berapa ya mbak?"

"Gimana kalau masing-masing 7 gram, nanti kalau kurang uangmu mbak yang tambah ya?"

"Iya dah mbak, suwun ya mbak?" Hendra mencium tangan mbak Sinta. Sampai mbak Sinta terharu.

"Hen nanti jangan lupa tuliskan nama kalian di cincinnya ya? Untuk Mira tulis namamu begitu sebaliknya."

"Nggih mbak suwun sanget ya, aku berangkat kantor dulu ya?" Mbak Sinta mengangguk.

Baru berapa langkah Hendra balik lagi sampai mbak Sinta keheranan.

"Lho Hen, kenapa balik apa yang kamu lupain?"

"Eh itu mbak, modelnya gimana yah?" Kata Hendra sambil senyum dan mengusap kepala. Dia bingung makanya dia tanya lagi sama mbaknya.

"Hen kata orang-orang tua cincin kawin itu juga membawa warna pernikahan kita."

"Maksudnya mbak, apa warna itu?"

"Gini mbak sarankan kamu buat model yang sederhana saja polos dan bulat gitu."

"Itu apa artinya mbak?"

"Ini ya mudahan kehidupan pernikahan mu mulus gak ada gangguan, rejeki nya lancar sehingga kalian tetap bahagia?" kata mbak Sinta sambil senyum.

"Ooh gitu ya mbak, terimakasih ya mbak." Mbak Sinta cuma tersenyum.

"Mudahan ya Hen, mbak selalu berharap yang terbaik buat kamu. Ini kata orang tua yang sudah lama menjalani pernikahan, apa salahnya kita menurut dengan nasehat mereka. " Hendra mengangguk menyetujui ucapan mbak Sinta.

"Iya sudah mbak aku ngantor dulu, nanti aku ke pak Haji Murod buat pesanan cincinnya."

"Iya Hen  hati-hati di jalan, dah siang nih. Semoga gak telat ke kantornya?" Hendra ketawa dan cepat menghidupkan motor segera berangkat ke kantor.

Sampai di kantor, teman-teman Hendra senang sekali. Kenapa?
Karena Hendra selalu membawa oleh-oleh dari liburannya.

Ya itu lah yang dinanti teman-temannya yang baik-baik semua.
Tapi mereka akan Hendra tinggalkan ke Lombok. Di Lombok ada seseorang yang ia sayangi selalu.

Ada sesuatu yang mendorongnya ingin selalu bersamanya. Mira seorang wanita sederhana yang telah mengubah hidupnya, menjadi akan lebih berani menghadapi hidup...

"Hen jangan melamun dong, ada apa?" Denny membuyarkan lamunan Hendra.

"Ada deh? Gimana tugasnya yang kemarin, lancar ya?"

"Iya Hen, berkat Tanti. Kok ya dia tahu persis apa yang selalu kamu kerjakan? Aku sampai mau cemburu lho sama dia?"

"Gimana dia gak tahu kan dia asisten aku."

"Den gak usah cemburu-cemburu begitu sama Tanti, dia itu sayang sekali lho sama kamu."

"Iya Hen gitu dia bilang? Beneran nih Hen?" Hendra mengangguk seadanya.

"Iya bener serius aku. Aku sama dia itu seperti saudara saja. Kami memang sering diskusi berdua, tapi dia itu sibuk terus sama pekerjaannya. Dia handal kok, kamu jangan meragukan cinta dia. Apalagi sebentar lagi kalian kan akan menikah?"

"Wah terimakasih ya Hen, terus terang aku tuh cemburu terus sama kamu, karena Tanti terlalu dekat denganmu."

"Ha ha haaa... Ternyata ada orang cemburu juga ya sama aku?" Dengan menepuk keningnya pelan, Hendra pura-pura lemas sampai jatuh terduduk di kursi.

Denny malah ngakak tertawa.Bersama Hendra.

Denny kembali ke ruangannya, tapi disana ada Tanti yang lagi duduk di kursi Denny.

"Lho ada apa sayang, aku jadi kaget." Tanti memperlihatkan HP nya ke Denny. Disana ada bos yang lagi ada di sebuah acara sebuah lamaran. Dan di gambar foto itu ada Hendra dan seorang wanita yang cantik dan ayu.

"Denny kayaknya kita dibohongi sama bos dan Hendra!"

"Dibohongi bagaimana?"

"Hendra itu ke Lombok mau lamaran dan bos jadi saksinya."

"Memang masalahnya apa?"

"Iya aku kan mau ikut...?" Demi mendengar alasan Tanti Denny jadi ngakak abis...

"Kenapa, kok merasa dibohongi sama Hendra?"

"Ya gimana ya, aku kan tempatnya curhat kok dia gak cerita dulu sama aku?"

"Eh sayangku,  kamu memang temannya tapi kamu kan juga temannya Rina mantannya. Kemungkinan Hendra takut kalau kamu cerita lagi sama Rina. Dia kan sudah gimana gitu sama si Rina, jengkel!" Tanti manggut-mangut mengerti.

"Yang posting itu kan bos bukan Hendra. Sudah anggap saja kita gak tahu dia ngapain ke Lombok. Ini kamu dikasi oleh-oleh sama Hendra." Tanti senang gak manyun lagi.

Denny geleng-geleng lihat ulah kekasihnya. Tanti tahu Denny lagi memperhatikan dirinya dari kaca di atas meja, dia langsung bangun dan mengeluarkan lidah memperolok Denny dan berlalu mau ke ruangannya. Denny gak mau kalah dia pun membalas.

"Weeeeek juga!" Mereka berdua jadi tertawa. Tanti balik dan bergelayut manja dengan Denny. Dan Denny membalasnya dengan membalik badan Tanti lalu memeluknya.

"Jangan marah-marah gak jelas ya sayang?" Tanti mengangguk. Pelukan Denny semakin erat memeluk gadis yang beberapa hari lagi akan menjadi istrinya. Mungkin besok mereka akan mengajukan cuti.

TBC
Aku triple up lagi dong guys!  Nanti scroll kebawah ya!  Jangan lupa vote, jangan jadi sider!

Pelangi Di HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang