[11] nightmare

463 96 6
                                    

Chaewon marah. Chaewon benar-benar sedang dalam mood yang tidak baik malam itu. Raut wajah kesalnya sama sekali tak bisa disembunyikan.

Sejak Jungmo serta kedua orang tuanya berdiri menyambut Chaewon, orang tuanya dan Felix yang datang sedikit lebih terlambat dari mereka, Jungmo sudah menangkap tatapan tajam dari Chaewon yang diarahkan padanya.

Bahkan saat mama Jungmo berusaha bertanya dengan penuh basa-basi pada Chaewon untuk mencairkan suasana, gadis itu hanya tersenyum singkat menanggapinya.

Mami Chaewon sudah memperingatkannya berkali-kali, agar Chaewon bersikap lebih ramah dan sopan. Tapi, karena Jungmo, sepertinya kekesalan itu kembali tak bisa disembunyikan.

"Maaf, ini Chaewon daritadi ngambek, katanya lagi nungguin Jungmo mau ke rumah, tapi gak dateng-dateng." Jelas saja mami merasa sungkan, karena raut kusut anak gadisnya.

"Oh, kamu nungguin ya, sayang?" Sahut mama, "Maaf, tadi tante yang nyuruh Jungmo buat gak usah ke rumah kamu, kan, kita mau makan malam sama-sama. Jadi, Jungmo tante suruh siap-siap, soalnya dia belum mandi, baru banget pulang sore."

"Kalian berdua, kalau papi lihat-lihat sudah makin deket ya." Sahut papi bergantian menatap Jungmo dan Chaewon.

Jungmo dan Chaewon, masih saling diam. Bahkan merespon dengan senyum pun tidak.

Jungmo yang menatap Chaewon dengan pandangan penuh minta maafnya, karena tak sesuai janjinya yang tadi bilangnya akan melesat cepat menemui Chaewon sore tadi. Dan Chaewon, yang kesal, kesal saja pokoknya sama Jungmo. Tidak ada alasan jelasnya, pokoknya kesal.

Dan apa yang terjadi di antara keduanya, sama sekali tak seperti apa yang dipikirkan oleh dua pasang orang tua itu. Chaewon tak peduli kalau Jungmo tak datang padanya, kalau bukan karena masalah genting ini. Sepasang cincin yang tersimpan manis di dalam kotak beludru kecil di atas meja.

Jungmo dan Chaewon tentu saja harus bicara. Bagaimana bisa semuanya terjadi secepat ini dan bagaimana rencana mereka untuk menghindari semuanya.

Tapi, kini keduanya bertemu tanpa sempat bicara.

Oh, tentu saja Jungmo dan Chaewon sama-sama menolak. Walaupun belum mengetahui betul apa yang terjadi di balik kehadiran sepasang cincin berukir nama keduanya itu, tapi, semuanya dirasa sudah cukup jelas.

Jungmo dan Chaewon sama-sama memutuskan untuk mencoba menjalani semua, sesuai dengan kemauan kedua orang tuanya. Coba untuk saling mengenal, coba untuk jadi lebih dekat setelahnya, dan coba membuka hati kalau saja mereka memang benar ditakdirkan untuk bersama.

Mencoba membiarkan rasa dan waktu yang menentukan bagaimana keduanya nanti. Semua ini, akan berlanjut atau harus terputus di tengah jalan.

Seperti itu rencananya.

Tapi, sepertinya, sejak malam ini, semuanya tak akan berjalan sesuai dengan rencana.

"Ya ampun, jeung, saya gak nyangka loh, kalau Jungmo sama Chaewon akan dekat secepat ini."

Dua ibu itu tersenyum serempak. Seakan bersyukur dengan keadaan yang begitu memihak pada rencana mereka.

Tanpa pernah bertanya, apa memang si anak yang dijadikan boneka benar berpikir demikian?

"Jadi, tidak salah, kan, kalau hari pertunangannya kita majukan?"

Mimpi buruk itu benar-benar datang.

Semua orang di sana berbahagia, tapi tidak untuk Jungmo dan Chaewon.

"Pa, Ma, apa gak terlalu cepat? Jungmo sama Chaewon juga baru kenal, kan? Apa gak lebih baik, jangan dulu? Kayaknya kita perlu lebih saling mengenal satu sama lain."

Ya, Jungmo tak tau apa penolakan halusnya terhadap rencana ini bisa terbaca. Ia harap begitu.

"Kalian, kan, bisa lebih kenal lagi setelah tunangan. Hubungannya bisa jadi lebih dekat malah. Iya, kan?"

"Tapi," Chaewon akhirnya ikut buka suara, "Chaewon sama Jungmo, kan, masih kuliah. Kayaknya, ini memang terlalu cepat. Belum juga lulus kuliah, belum juga sempat berkarir."

"Ini, kan, cuma tunangan. Kami juga gak menyuruh kalian buat nikah bulan depan. Nikahnya nanti, nunggu kalian lulus kuliah dulu."

"Jadi, bagaimana kalau acara pertunangannya kita adakan minggu depan?"

Ini bahkan lebih buruk dari sebuah mimpi buruk. Ah, ini bukan lagi mimpi. Kenyataannya benar-benar buruk untuk Jungmo dan Chaewon.




more than ok

more than ok― chaewon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang