Sejak hari itu, di mana Jungmo dan Chaewon saling berjanji untuk meningkatkan kualitas komunikasi dalam hubungan mereka, keduanya jadi semakin dekat. Saling bertukar pesan setiap hari walaupun hanya menanyakan kabar dan bertanya lagi apa sekarang, mengantar jemput Chaewon kalau jadwal kuliahnya sama, bahkan tak jarang juga Jungmo dan Chaewon saling mengunjungi studio musik dan markas remaja masjidnya. Chaewon juga pernah sekali diajak Jungmo untuk ikut melihatnya tampil manggung di suatu tempat bersama rekan satu bandnya, dan hampir setiap kali Chaewon rapat juga Jungmo menunggunya sampai selesai.
Seperti itu lah Jungmo dan Chaewon sekarang, yang biasa disebut orang sebagai pasangan normal pada umumnya. Tidak seperti sebelumnya, yang saling terikat tapi masih terasa belum saling memiliki. Sekarang? Entahlah, biarkan Jungmo dan Chaewon yang merasakan.
Lebih banyak waktu yang Jungmo dan Chaewon habiskan untuk satu sama lain. Sekali waktu, Chaewon pernah menyusul Jungmo ke gedung fakultasnya cuma buat mengantar flashdisk berisi file presentasi Jungmo yang tertinggal di rumah. Sekali waktu juga Jungmo pernah nungguin Chaewon yang lagi nyalon, padahal salonnya lagi rame banget dan Jungmo rela menunggu berjam-jam lamanya cuma buat Chaewon yang bahkan menurut Jungmo, setelah dipotong juga rambut Chaewon gak ada beda dengan yang sebelumnya. Dan hal-hal kecil lainnya yang dilakukan untuk satu sama lain.
Seperti hari ini, Jungmo yang sudah siap satu jam sebelumnya, menunggu Chaewon yang masih bersiap di kamarnya untuk datang ke suatu pesta pernikahan. Sebenarnya ini undangan yang ditujukan untuk Maminya Chaewon, tapi karena mami sedang ada diluar kota menemani papi yang lagi ada perjalanan bisnis, jadilah itu ditugaskan pada Chaewon.
Tentu saja Chaewon menolak pada awalnya, malas katanya kalau harus datang ke kondangan seseorang yang tidak dikenal dan berkumpul dengan ibu-ibu lain. Tapi, mami tetap memaksa, sungkan kalau sampai tidak datang ke acara pernikahan anak teman arisannya. Hanya sekedar setor muka sebentar dan datang sebagai perwakilan.
Ya, titah mami memang tidak bisa dibantah. Dengan terpaksa Chaewon mengiyakan.
Dan Jungmo? Bukan Chaewon yang meminta Jungmo untuk ikut. Keduanya sudah semakin dekat, tapi Chaewon masih punya batas malu untuk mengajak Jungmo datang ke acara pernikahan bersamanya. Tapi, Jungmo sendiri yang menawarkan diri untuk ikut datang bersama Chaewon. Sebenarnya bukan Jungmo juga yang tiba-tiba memberi tawaran, tapi Felix yang mangkir dan malah menghubungi Jungmo, menyuruhnya untuk datang.
Heran juga, ngapain kok Jungmo mau-mau aja disuruh Felix.
"Cantik."
Satu kata itu yang dilontarkan Jungmo begitu Chaewon turun dari kamarnya dan menyusul Jungmo yang duduk di ruang tamu.
Semburat merah di pipi Chaewon tentu saja tak bisa disembunyikan. Jungmo, lelaki itu memang bermulut manis, cukup waktu mengenalnya lebih dekat, Chaewon jadi mengetahui jika Jungmo memang begitu. Dan anehnya, Chaewon menyukai itu, setiap kalimat yang dilontarkan Jungmo, yang kata orang malah terkesan cheesy.
"Apa, sih, Mo." Chaewon pura-pura cuek.
"Beneran, cantik," Jungmo masih tak mengalihkan pandangannya dari Chaewon, "Ganti baju yang lain aja, jangan cantik-cantik, nanti yang lain ikut ngeliatin kamu terus, kan, aku-"
"Jungmo!"
Dan lelaki itu hanya tertawa setelah berhasil menggoda Chaewon. Pipi merah gadis itu, lucu, Jungmo suka.
"Tante, maaf ya Mami gak bisa dateng karena kebetulan lagi ada perjalanan bisnis sama Papi di luar kota. Salam katanya buat Tante." Sapa Chaewon pada teman arisan mamanya, begitu Chaewon dan Jungmo naik ke atas pelaminan untuk menyalami pasangan pengantin dan keluarganya.
Chaewon memang cukup kenal dengan teman-teman arisan maminya, karena tak jarang mami mengundang teman-temannya ke rumah dan sudah pasti Chaewon diperkenalkan sebagai putrinya.
"Oh Chaewon, salam ya buat mami kamu."
Rencananya, Chaewon hanya naik sebentar, sesuai rencananya cuma setor muka lalu turun, mencicipi beberapa makanan dan minuman yang disediakan di sana, lalu pulang. Tapi, baru Chaewon mau turun panggung, Chaewon sudah kembali ditahan.
"Ini siapa, nih, yang dateng sama kamu?" Tanya si Tante, teman arisan mami, sambil menunjuk Jungmo.
Jungmo dan Chaewon langsung saling melempar pandangan, bingung. Masih seperti rencana yang dulu, jika berita pertunangan ini akan dirahasiakan sampai keduanya siap. Ya, teman-teman di sekitar mereka itu pengecualian karena sudah terlanjur bocor. Pertanyaannya mau dijawab jujur, tapi nanti jadi heboh, mau berbohong juga gimana, kan. Akhirnya Jungmo dan Chaewon cuma senyum-senyum aja.
"Pacarnya ya?"
Keduanya diam. Tidak mengiyakan, tidak juga menampik. Biarkan saja orang lain dengan asumsinya.
Iya, mungkin sebagian besar orang yang ada di sana akan menganggap Jungmo dan Chaewon adalah sepasang kekasih. Lelaki dan perempuan yang datang bersama ke suatu acara pernikahan, rasanya terlalu aneh, kan, kalau disebut cuma teman? Ya, walaupun nyatanya Jungmo dan Chaewon pun sudah jauh lebih dari itu.
"Mau makan apa, Mo?"
Jungmo mengedarkan pandangannya ke sekitar hall, dengan gubuk-gubuk makan yang berderet.
"Bebek peking enak kali ya? Kamu mau? Nanti sekalian aku ambilin, kamu duduk aja."
Chaewon mengangguk.
Cukup lama Chaewon menunggu Jungmo di meja bundar itu seorang diri. Melihat kalau area gedung ini memang cukup dipadati, karena tamu undangan pun tidak sedikit, dan tentu saja yang mengantri makanan pun banyak.
"Chaewon?"
Pandangan Chaewon langsung beralih, ketika satu suara yang familiar di telinganya terdengar memanggil. Chaewon tak ingin menebak-nebak milik siapa suara itu, tapi sepertinya ia tau.
Lelaki dengan celana panjang cream dan turtle neck hitam itu berdiri tak jauh di belakang Chaewon.
"Hai!" Sapa lelaki itu lagi sambil tersenyum.
"Yunseong?"
"Di sini juga?"
"Kok lo..-"
"Dateng sama siapa, Chae?"
Dan pandangan Chaewon beralih kembali, menatap Jungmo yang berjalan mendekat ke arahnya dengan membawa dua piring di tangan kanan dan kirinya.
Alarm emergency dalam diri Chaewon seakan berbunyi. Menandakan jika ini, adalah satu dari sekian momen, yang Chaewon harap benar-benar Chaewon harap untuk tak pernah terjadi. Ketika Chaewon, Jungmo dan Yunseong harus terjebak di satu tempat yang sama.
"Siapa, Chae?"
Chaewon hanya diam, bahkan matanya pun sama sekali tak berani beradu pandang dengan siapa pun. Jujur saja, kalau pun ini terjadi, Chaewon tak menyangka jika momen ini akan terjadi secepat ini. Chaewon belum siap.
Yunseong pun sama, ia terdiam dengan mata yang menatap lelaki yang berdiri di hadapannya. Ternyata dia, lelaki yang kemarin Junho ceritakan. Dia yang datang dan secepat itu mengambil segalanya, ketika Yunseong mengambil terlalu lama waktu untuk melangkah.
Jungmo, awalnya ia masih menganggap semuanya biasa saja. Tapi, setelah beberapa waktu berlalu hanya dengan keheningan diantara mereka, Jungmo menyadari jika lelaki itu bukan hanya sekedar teman. Lelaki itu adalah cerita yang belum selesai dalam kehidupan Chaewon, cerita yang terpaksa terputus begitu Jungmo hadir.
more than ok ও
KAMU SEDANG MEMBACA
more than ok― chaewon ✔
Fanfictionkita berbagi banyak hal, tapi tak saling bicara | kpoplokal ©2020 syyouth- Parallel Universe}