[2] he and his parents

710 134 23
                                    

"Mo, kamu pake parfum sana, kayaknya kok kurang wangi ya."

Jungmo mencium kembali wangi kemejanya. Sudah cukup harum kok, ditambah parfumnya Jungmo punya harga selangit dengan wangi yang jelas tahan lama, disemprot dikit juga sampai besok lusa masih tercium.

"Udah wangi kok, Ma."

"Kurang." Lalu Mamanya langsung menyemprotkan parfum yang dikeluarkan dari tas jinjingnya pada Jungmo.

Mau menghindar tapi sudah terlanjur kesemprot. Wangi April Cottonnya tercampur dengan wangi floral milik Mamanya. Jadi baunya gak karuan.

Mau ganti baju ke kamarnya di atas, tapi Papanya sudah keburu keluar kamar utama dengan setelan jas formal.

"Ayo, udah malem ini, kita telat."

Malam ini, lagi-lagi Jungmo harus ikut dengan kedua orang tuanya untuk hadir di acara pertemuan para pebisnis dengan sesama kolega bisnisnya.

Sudah merupakan hal lumrah bagi Jungmo untuk datang ke acara semi formal semacam itu, walaupun Jungmo tak mengenal banyak dengan orang-orang yang ada di sana. Tapi, kehadiran Jungmo memang cukup penting untuk diperkenalkan sebagai calon tunggal pewaris utama Prastowo Corp.

Walaupun, kalau boleh memilih jalan hidupnya sendiri, Jungmo akan memilih berkarir sebagai gitaris sebuah band yang sudah dibentuk dengan beberapa temannya, dibanding sebagai seorang pebisnis.

Sekali lagi, tapi, mau bagaimana lagi, sejak kecil Jungmo memang sudah belajar bagaimana cara berbisnis dengan baik secara tak langsung. Tidak dikatakan dengan lugas, tapi Jungmo mengerti kalau masa depannya sudah ditentukan.

Tapi tak masalah, toh selama kedua orang tuanya tak melarang Jungmo untuk terus melanjutkan hobinya, Jungmo juga tak keberatan kalau harus sekolah bisnis.

"Anak Mama ganteng ya ternyata."

"Gen dari Papa itu nurun, makanya anaknya ganteng banget."

Jungmo cuma ngangguk-ngangguk aja.

Bukan apa-apa, nih, tapi memang kenyataan begitu kok. Semua orang juga mengakui kalau keturunan Keluarga Prastowo itu memiliki gen sempurna.

Tidak perlu menyombongkan diri dengan bilang, "Gue ganteng," Semua orang juga sudah setuju.

"Kamu ganteng, tapi kenapa gak punya pacar?"

"Ma, please.."

Lagi-lagi nyerempetnya pasti ke sini. Soal Jungmo dan kesendiriannya dalam hidup.

Sebenarnya, Mama dan Papanya tidak pernah mendesak Jungmo untuk cepat memiliki pasangan. Apalagi selama Jungmo masih jadi siswa sekolah menengah dulu. Lebih baik Jungmo fokus pada pendidikannya. Tapi, bukan berarti mereka melarang Jungmo punya pacar juga.

Jungmo sempat, kok, punya pacar waktu SMA, walaupun tak sempat dikenalkan pada Papa dan Mamanya, karena baru pacaran tiga bulan, Jungmo sudah keburu diputusin, soalnya kata si mantan Jungmo itu orangnya garing, suka bercanda tapi gak lucu. Capek kalau harus terus-terusan ketawa tapi sebenarnya tidak ada yang bisa ditertawakan.

Tapi, sejak rumor yang menimpa Jungmo sejak beberapa waktu belakangan ini, Mamanya jadi heboh heboh panik sendiri. Setidaknya untuk satu kali dalam seminggu, Jungmo dapat pertanyaan yang sama, "Gimana, kamu udah punya pacar?"

Ngomong-ngomong soal rumor yang beredar tentang Jungmo, entah darimana datangnya. Mungkin dari saingan bisnis keluarganya, atau hanya dari orang iseng yang gak punya kerjaan. Rumor tentang orientasi seksual Jungmo yang melenceng.

Bukan masalah sebenarnya kalau memang benar begitu adanya. Orang-orang di luar sana harus belajar untuk tidak mencampuri urusan pribadi orang lain.

Kasarnya begini, lu siapa, sih? ngasih makan juga enggak, ngasih duit bulanan juga enggak. jadi mendingan lu diem aja daripada nambahin dosa.

"Jungmo, kamu kalo Mama jodohin, mau ya?"

"Iya."

"Eh, beneran mau?" Mamanya langsung menoleh heboh pada Jungmo yang duduk di seat belakang mobil, "Pa, anaknya mau dijodohin ini."

"Iya udah, nanti di sana Papa kenalin sama anaknya Om Syarief ya."

Tunggu, ini Mama dan Papanya serius?

Padahal Jungmo tadi asal jawab iya, dikira Mamanya lagi ngomong hal tidak penting, seperti biasanya.

Tapi, kok, jadi begini..

Ah, sudahlah, toh bukan sekali atau dua kali Jungmo diperkenalkan dengan anak dari kolega bisnis orang tuanya, dan tidak pernah ada apa-apa juga sampai sekarang.

Jungmo harap, sih, begitu. Entah bagaimana nantinya.




more than ok

more than ok― chaewon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang