[22] here he comes

457 100 33
                                    

"Nanti pulang jam berapa?"

Chaewon yang baru menutup pintu mobil dari luar langsung menunduk, menatap Jungmo yang kembali memanggilnya dari dalam mobil dengan kaca yang diturunkan.

"Gak tau."

"Kelasnya sampe jam berapa?" Tanya Jungmo lagi.

"Selesainya jam 3, tapi gak tau lagi kalo lanjut nugas, lebih lama lagi kalo ngobrol sama Siyeon."

Jungmo cuma ngangguk-ngangguk mendengar jawaban Chaewon.

"Ya udah, nanti gue- eh, aku jemput lagi. Kabarin aja."

Jangan bingung. Setelah pertemuan terakhir antar dua keluarga di hari itu, Jungmo dan Chaewon mengikuti saran kedua orang tua mereka untuk mulai memanggil aku dan kamu untuk satu sama lain. Entah apa yang mereka pikirkan, tapi rasa-rasanya Jungmo dan Chaewon memang tak pernah membantah setiap titah yang diperintahkan orang tuanya.

Masih kaku memang, canggung rasanya, karena panggilan aku dan kamu memang tak terlalu lumrah dipakai, setidaknya bagi Jungmo dan Chaewon. Aku dan kamu hanya dipakai untuk orang-orang terdekat, bahkan dengan Felix pun Chaewon masih memanggil lo-gue.

Tentu sama Jungmo dan Chaewon masih sering salah dan kelepasan memanggil dengan panggilan lo-gue. Mengubah kebiasaan tidak semudah dan secepat itu, kan. Tapi, yang tadinya tak biasa memang harus mulai dibiasakan.

Sekali Jungmo salah pakai lo-gue ke Chaewon, berarti Jungmo harus membelikan satu barang apapun yang sedang diinginkan Chaewon. Begitu juga sebaliknya, setiap Chaewon salah memakai kata lo-gue, Chaewon harus menuruti satu permintaan Jungmo. Itu cara Jungmo dan Chaewon untuk membiasakan diri.

Tapi, sejak pagi tadi, keduanya sama-sama sepakat untuk mengakhiri peraturan ini. Bukan karena uang, toh uang tidak akan pernah menjadi masalah untuk dua orang dengan keluarga yang memiliki harta melimpah sampa tujuh turunan. Tapi, karena Jungmo dan Chaewon sama-sama sudah bingung, barang apa lagi yang kira-kira mereka inginkan untuk dibelikan, karena terlalu seringnya pakai kata lo-gue.

Minta dibelikan cheese cake, chatime, dessert box, bolpoin yang ada pentolan ayam-ayaman di atasnya, album artis korea sampai kemarin Jungmo minta dibelikan tali sepatu warna hijau neon yang bisa glow in the dark pun sudah.

Ya, paling tidak kini keduanya sudah semakin terbiasa dengan panggilan aku-kamu.

"Emang kamu selesai kelas jam berapa." Tanya Chaewon balik.

"Jam 12 udah selesai."

"Terus mau nunggu lama?"

Jungmo mengangguk, "Kalo kamunya lama ya aku jemput Hyeongjun, Seongmin, Taeyoung sama Minhee di sekolahnya dulu. Terus ke studio nyusulin Bang Allen."

"Lo- eh, kamu kenapa jadi kayak supir antar jemput anak sekolah gitu, sih? Emang tiap hari jemputin empat curut itu apa kamunya yang sukarela?" Jawab Chaewon heran.

Jungmo malah tertawa, "Ya bukan gitu. Sekalian aja sebelum ke studio jemput mereka dulu, searah juga."

Chaewon masih geleng-geleng kepala. Kenapa ada manusoa sejenis Jungmo, yang mau-maunya diribetin sama anak SMA. Kalau cuma sekalian angkut karena searah, sih, tidak masalah. Cuma, empat anggota band Jungmo itu suka banget morotin Jungmo. Pulang sekolah minta mampir ke sana beli ini, belok ke sana beli itu, pakai uangnya Jungmo lagi. Ah, Jungmo juga iya iya saja. Terlalu baik dan polos memang.

"Jadi orang jangan terlalu baik, Mo."

Jungmo langsung mengerutkan dahinya dan menaikkan sebelah alisnya, "Gak ada yang salah dengan jadi orang baik."

"Kamu baik, belum tentu orang lain juga ngebales dengan kebaikan, yang akhirnya kamu cuma dimanfaatin."

Lagi-lagi Jungmo hanya tersenyum, "Aku baik ke orang bukan buat dapet balasan kok. Tapi, aku-"

"Eh, udah jam segini, dosen aku sebentar lagi masuk kelas. Udah ya, nanti kamu juga telat." Potong Chaewon cepat.

Jungmo menatap ke arah jam tangan hitam yang selalu ia pakai ke mana-mana, kata teman-temannya, sih, itu jam tangan legend.

"Oh iya, ya udah nanti kabarin lagi aja ya, biar aku jemput."

"Bye!" Chaewon sempat melambaikan tangan sebentar sebelum berbalik, dan Jungmo juga segera pergi dengan mobilnya.

"Hai, Chaewon."

Chaewon menolehkan kepalanya begitu ada seseorang yang memanggilnya, "Oh, Yunseong, tumben jam segini baru dateng."

Iya, Yunseong baru turun dari mobilnya di area parkir begitu Chaewon buru-buru mengusir Jungmo darisana. Iya, mengusir, karena kenyataannya memang begitu. Bukan karena sekarang sudah mendekati jam 9 dan Chaewon harus buru-buru ke kelas, tapi, Chaewon tak ingin jika Yunseong melihatnya turun dari mobil Jungmo.

Entah mengapa, tapi, Chaewon hanya merasa jika Yunseong mengetahuinya, hubungannya dengan lelaki itu tak akan lagi sama dengan sebelumnya. Dan Chaewon tak menginginkan itu.

Chaewon akan menjaganya tetap seperti semula, bahkan jika ia harus menyembunyikannya, entah sampai kapan.

"Selesai kelas nanti lo ada acara gak?"

"Kenapa?"

"Mau nemenin gue latihan? Habis itu temenin gue ke cafenya temen gue ya, baru buka."

Chaewon sempat diam sejenak, ragu, bagaimana ia menjawab, mengingat bahwa Jungmo menunggunya.

"Boleh."

Chaewon akan mengabari Jungmo nanti, untuk tak menunggunya pulang hari ini.




more than ok

more than ok― chaewon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang