more than ok― chaewon ✔

[1] she and her twin

"CHAEWON! CHAEEEEE! CHAEWOOONNN! LO CEPETAN TURUN GAK, APA GUE TINGGAL SEKARANG!"

"BODO AMAT, TINGGAL AJA! GUE MINTA DITUNGGUIN JUGA ENGGAK KOK!"

"Felix Chaewon! Masih pagi ini, gak usah teriak-teriak kenapa, malu sama tetangga."

Keributan di pagi hari antar dua saudara kembar itu memang sudah biasa terjadi. Si kembar perempuan yang minta ditungguin tiap mau berangkat kuliah pagi, karena memang berangkat bareng, dan si kembar laki-laki yang selalu tak paham, kenapa cewek kalau siap-siap lama banget, udah kayak mau ke mana aja.

Walaupun apa yang dikatakan sang Mami tidak benar juga. Dengan rumah yang sebesar dan semegah itu, mau nyetel dangdutan pakai speaker manten juga gak akan masalah.

"Beneran gue tinggal ya lo." Ucap Felix setelah melihat Chaewon yang masih sibuk menyisir rambutnya sambil menuruni tangga.

"Gue gak berangkat bareng lo." Jawab Chaewon singkat. Tanpa melirik ke arah Felix, Chaewon mengambil duduk di kursi samping kembar fraternalnya.

Felix menaikkan sebelah alisnya, "Berangkat bareng siapa lo? Oh, pasti sama si Yunseong Yunseong itu ya."

"Kepo!"

"Papi, Mami, Chaewon udah punya pacar tuh, tapi gak bilang-bilang. Ganteng, sih, orangnya, tapi tetep gantengan Felix-"

"Berisik!" Potong Chaewon, "Gak kok, Pi, Mi, orang cuma temen. Felix aja, nih, emang doyan julid. Padahal dia sendiri yang sekarang lagi deket sama-"

"HAHAHAHAA! PAPI MAMI, FELIX BERANGKAT DULU YA! ASSALAMUALAIKUM!"

Padahal itu roti masih tersisa setengah, setengahnya lagi juga masih belum berhasil ditelan, tapi, Felix sudah buru-buru kabur.

Males, soalnya kalau sudah menyangkut pacar dan seseorang yang lagi dekat dengan anaknya, Mami suka repot sendiri nanya ini itu, belum lagi kalau Papi sudah ikut-ikutan.

"Eh, jangan pulang malem-malem kamu, inget, nanti sore sudah siap ikut ke acara koleganya Papi." Sela Papi lebih dulu sebelum Felix mengambil kunci mobilnya dan pergi.

Papi mengalihkan tatapannya pada Chaewon, "Kamu juga ikut loh Chae."

"Iya, Pi."

Sudah biasa memang kalau Chaewon dan Felix selalu mengikuti pertemuan antara para kolega bisnis Papinya, tidak selalu, tapi terbilang sering juga, karena di acara seperti ini seluruh keluarga selalu diikut sertakan. Walaupun kalau datang, para anak-anak pebisnis itu cuma diperkenalkan untuk basa-basi dan selebihnya mereka di sana cuma buat makan dan berkenalan dengan teman sebaya jika berkenan. Lebih banyak bosannya.

"Papi, Mami, Chaewon berangkat dulu ya, temennya Chaewon udah di depan katanya." Chaewon berdiri setelah menghabiskan semangkuk serealnya.

"Gak disuruh masuk dulu, Chae?" Tanya Mami.

Chaewon melirik jam di layar HPnya, lalu menggeleng, "Takut telat, Mi, dosen kalo jam pagi datengnya suka gak pasti."

Papi dan Mami cuma mengangguk, dan membalas lambaian tangan putrinya yang berpamitan pergi pagi ini.

Dan di depan pagar sana, sudah ada Yunseong yang tersenyum di balik kaca mobil yang diturunkan.

Chaewon tidak berbohong kok tentang Yunseong yang masih berstatus sebagai temannya. Yunseong memang teman satu jurusan dan mengambil banyak kelas yang sama dengan Chaewon.

Ya, walaupun akhir-akhir ini kedekatan keduanya sudah semakin intens. Kalau ke kantin berdua, cari referensi tugas di perpustakaan juga berdua, bahkan sampai mengantar jemput kuliah.

Tapi, sampai detik ini juga Chaewon dan Yunseong masih sebatas teman kok.

"Heh, Chae!"

Ternyata Felix masih nongkrong di garasi sambil memanaskan mesin mobilnya. Berbisik cukup kencang memanggil Chaewon yang baru akan membuka pintu pagar.

"Apa?"

"Kayaknya, lo mau dijodohin deh."

Awalnya Chaewon terdiam, cukup kaget dengan apa yang didengar.

Tapi, setelah Chaewon sadar kalau yang ngomong ini Felix, yang emang mukutnya kadang gak ada filter, kalau ngomong suka ngawur gak karuan, jadi Chaewon ketawain aja.

"Yeu, malah ketawa lo, gak lagi bercanda ini gue."

"Bodo ah, keburu telat gue."

"Minggu lalu, kan, Om Pras sama anaknya ke rumah, Chae. Lo, sih, lagi ngumpul sama temen-temen remaja masjid lo, makanya gak tau."

"Terus?" Chaewon menaikkan sebelah alisnya.

Felix mengendikkan bahunya, "Ya, gue, sih, curiga kalo ada apa-apa."

more than ok ও