[15] midnight call

446 105 44
                                    

Ini sudah lebih dari jam dua belas dini hari. Sudah lewat tengah malam, dan Chaewon masih terjaga. Saat matanya terpejam sejenak, lalu langsung memaksa untuk dibuka lagi. Padahal biasanya, tidak sampai jam sebelas juga Chaewon sudah melanglang buana di alam mimpi. Terlebih sekarang bulan puasa, kan, besok pagi harus bangun sahur lagi.

Semua ini gara-gara Minhee dan Yujin, yang setelah menghilang tiba-tiba setelah sholat tarawih, keduanya tiba-tiba kembali sambil lari-lari dan mengatakan dengan heboh, "ADA POCICA! GUE LIAT POCICA DI KEBON BELAKANG!"

Lalu Minhee dan Yujin menceritakan bagaimana mereka yang katanya cuma iseng jalan sambil nyari angin, eh kepergok sama salah satu pembina. Sebenarnya tidak masalah, tapi gara-gara Minhee sama Yujin diteriakin udah kayak remaja yang kepergok lagi berbuat yang iya iya di kegelapan, keduanya reflek kabur sambil lari. Gak sadar sampai di kebun belakang, dan malah menemukan putih-putih panjang dibungkus di balik rimbunan pohon pisang.

Yang lain cuma ngetawain nasibnya Yujin yang udah hampir nangis, dan Minhee yang harus terima nasib badannya pegel-pegel setelah digebukin sama Yujin sepanjang lari tadi.

Dan Chaewon, yang awalnya, sih, biasa aja ikut ketawa-ketawa. Tapi, waktu sudah mau tidur dan lampu kamar mereka sudah dimatikan, bayangan sosok putih itu terus terbayang dalam pikirannya.

Biasanya kalau Chaewon gak bisa tidur suka minum susu hangat biar ngantuk, tapi kalau sekarang, Chaewon gak berani buat jalan ke dapur umum dan melewati lorong remang-remang saat tengah malam sendiri. Mau minta temenin sama yang lain, kok sudah pada tidur, mau dibangunin juga sungkan.

Ganti rencana, Chaewon menelepon Felix, minta sang kembaran buat nemenin Chaewon ngobrol sampai ngantuk dan tertidur.

Tapi Felix memang tidak bisa dipercaya. Video call dari Chaewon diangkat, sih, cuma Felixnya sudah setengah sadar.

"Felix! Kangen gak sama gue?"

"Hah, sapa neh?"

"Feliixxx!"

"...Hah, iya."

Chaewon langsung mematikan panggilannya sepihak. Felix memang cuma hadir disaat Chaewon tidak membutuhkannya, giliran dibutuhkan, Felix selalu absen. Definisi dari seseorang yang ada cuma buat nyusahin.

Akhirnya Chaewon terlentang di atas kasurnya, dengan selimut yang dinaikan sampai tepat di bawah mata dan tangan yang scroll post instagram. Memberi like untuk setiap unggahan yang ada sampai menonton semua instagram story teman-temannya, walaupun biasanya Chaewon malas, soalnya kebanyakan story temannya cuma berisi video selfie atau postingan apapun yang satu akun bisa sampai titik-titik kayak jahitan baju.

Sampai instagram story milik Jungmo terputar, menampilkan Jungmo yang lagi iseng main gitar saat sedang istirahat saat latihan band bersama teman-temannya, dan foto Jungmo dengan celana training, kaos oblong yang dilapisis dengan sweater abu-abu, berfoto di bawah terik sinar matahari, yang baru dipost tepat satu menit yamg lalu.

Baru satu menit yang lalu, apakah sampai tengah malam begini Jungmo masih terjaga?

Dan entah ada angin apa, entah dorongan dari mana, Chaewon memencet tombol panggil pada kontak Jungmo yang ia simpan.

Tiga kali nada dering berbunyi, dan pada deringan kelima Chaewon baru sadar, ngapain Chaewon tiba-tiba nelpon Jungmo?!

Tapi, belum sempat diputus, panggilan itu sudah terangkat.

"Halo?"

"..."

"Chaewon?"

"Maaf, kepencet tadi.. gak sengaja."

"Oh.."

Lalu dua-duanya diam, tapi tidak ada yang memutus panggilan itu lebih dulu.

"Udah malem gini, belom tidur?"

"Eh, iya belom."

"Oh iya. Jangan kebiasaan tidur malem, gak sehat."

"Terus, lo sendiri, jam segini juga masih bangun."

"Baru pulang abis nongkrong sama anak band."

"Ya emang nongkrong sampe tengah malem gini sehat ya?"

"Ya gak juga, kan, cuma sekali-sekali aja, gak tiap hari."

"Tiap hari latihan?"

"Iya, kan, gue mau ikut lomba."

"Lomba apa?"

"Ya lomba band lah, masa lomba balap karung."

"Terus yang tampil minggu lalu itu?"

"Pensinya Batarayudha, tiap tahun, sih, gue selalu diundang buat tampil."

"Oh.."

Keduanya sama-sama diam lagi.

"Eh, Mo, tau gak, tadi katanya Yujin sama Minhee abis liat pocica di kebun belakang."

"Pocica? Pocica siapa?"

"Permen bungkus itu."

"...Oh, pocong-"

"Jangan disebut dong! Nanti dateng gimana?"

"Lo takut?"

"Biasa aja."

"Liat deh di jendala, kalo jam segini suka ada yang lewat."

"Jungmo!"

"Tukang nasi goreng maksud gue hahahaha!"

"Bodo, males gue ngomong sama lo."

"Males ngomong sama gue, ngakunya tadi kepencet tapi sampe sekarang gak dimatiin ya teleponnya."

"Ya lo ngajak ngobrol terus, gue mau mutusin dulu, kan, gak enak."

"Oh gitu, ya udah, gue matiin ya-"

"Gue ganggu ya?"

"Gak juga."

"Lo udah ngantuk banget?"

"Dikit."

"Ya udah, lo tidur aja. Maaf ganggu tidur lo tengah malem gini. Night."

"Lo gak bisa tidur ya?"

"..."

"Bilang aja, Chae, kalo minta ditemenin."

Di seberang sana terdengar suara Jungmo yang menguap tapi berusaha ditahan.

"Lo udah ngantuk banget kayaknya. Tidur aja, gapapa."

"Gue nungguin lo tidur."

"Kayaknya gue gak tidur deh, begadang sampe sahur ini."

"Mau gue nyanyiin gak?"

"Hah?"

"Gue nyanyiin sampe lo tidur."

Dan malam itu dilewatkan berdua, dengan Chaewon yang terbawa ke alam mimpi oleh nyanyian lirih dari Jungmo di seberang sana.




more than ok

more than ok― chaewon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang