[16] hospitalized

444 106 30
                                    

Jadwalnya memang satu bulan penuh selama ramadhan di Sobat Gurun Village, tapi baru pertengahan bulan, Chaewon sudah mengajukan ijin dua hari absen untuk pulang ke rumah karena ada acara penting yang harus dihadiri. Mengingat kalau keluarga Chaewon adalah keluarga konglomerat yang punya berbagai acara bisnis dan sejenisnya yang tak dimengerti oleh orang biasa, rekan sesama remaja masjid Chaewon yang lain cuma iya iya saja saat Chaewon pamitan pulang untuk sementara waktu.

Bilangnya, sih, mau ada buka bersama dengan rekan bisnis keluarganya, jadi pagi tadi Chaewon dijemput pulang sama Felix. Tapi, tidak ada yang tau kalau Chaewon pulang ternyata karena ada alasan lain.

Kemarin malam Felix ngebom chat Chaewon, memberi tahukan kalau sang tunangan sedang terbaring lemas di rumah sakit. Iya, Jungmo. Padahal hari kemarinnya Chaewon masih berbincang lewat telepon dengan Jungmo sampai lewat tengah malam, walau kalau diingat-ingat lagi, Chaewon bisa mendengar nada lelah di sana.

Chaewon kira, Jungmo cuma kelelahan karena jadwal latihannya yang non stop, belum lagi kalau selesai latihan bukan langsung pulang, tapi malah belok buat ngopi dan begadang sampai malam. Tidak menyangka, kalau Jungmo bisa sampai harus dilarikan ke rumah sakit.

Waktu dikabarin sama mami juga, entah apa yang gadis itu pikirkan, Chaewon langsung bilang kalau dia akan pulang esok hari untuk menjenguk Jungmo. Perlu ditandai, bukan untuk pulang menemui papi dan mami, bukan juga beralasan sakit karena merindukan kasur rumahnya yang super nyaman, tapi untuk menemui Jungmo.

Apakah memang sudah sedekat itu untuk saling bertemu di tengah kesibukan? Entahlah.

Dan di sini lah Chaewon siang ini, di depan sebuah pintu putih kamar rawat kelas satu, dengan membawa satu loyang puding yang disimpan dalam sebuah kotak dan satu buket buah dengan berbagai macam isi.

Cukup kesulitan ia bawa seorang diri, karena awalnya Chaewon mau datang bersama Felix, tapi, waktu baru sampai di depan lobi, Felix baru ingat kalau ada janji jalan bareng gebetannya. Chaewon mau nahan Felix, tapi saudara kembarnya itu sudah lari menghilang lebih dulu.

Saat Chaewon baru akan membuka pintu, sosok wanita yang dikenalnya membuka pintu dari dalam lebih dulu. Itu mamanya Jungmo, yang awalnya tampak kaget tapi langsung tersenyum kemudian begitu melihat Chaewon yang menyapa lebih dulu.

"Loh Chaewon, bukannya lagi ada kegiatan remaja masjid? Kata mami kamu, kamu lagi pesantren kilat satu bulan?"

"Oh, kebetulan lagi pulang, Tante, buat ambil beberapa barang di rumah."

Mama Jungmo cuma ngangguk-ngangguk aja. Lalu wanita paruh baya itu mempersilahkan Chaewon masuk. Dan dari tempatnya berdiri sekarang, Chaewon bisa melihat Jungmo yang terbaring di atas bed dengan tangan kirinya yang tersambung dengan cairan infus. Seorang dokter dan satu perawatnya yang sedang melakukan visit harian ke kamar rawat Jungmo.

Mama Jungmo bercerita, bagaimana bisa anak laki-laki satu-satunya ini bisa sampai dilarikan ke rumah sakit. Padahal hari-hari sebelumnya Jungmo tampak sehat. Bahkan kemarin Chaewon masih sempat berbincang dengan Jungmo lewat telepon sampai lewat tengah malam. Ya, walaupun beberapa hari ini Jungmo selalu tampak kelelahan karena latihan band non stop, belum lagi Jungmo yang selesai latihan bukan langsung pulang untuk istirahat, tapi malah lanjut ngopi.

Awalnya Jungmo cuma batuk-batuk. Biasa, sih, Jungmo kalau lagi kecapekan memang sering memdadak batuk. Tapi, Jungmo mengeluh pusing, lalu tiba-tiba lelaki iku lehilangan suaranya. Badannya lemas, seluruh tubuhnya nyeri. Mama Jungmo sampai teriak dan menangis, takut terjadi hal yang tidak diinginkan pada anaknya.

Ternyata Jungmo cuma terserang radang tenggorokan. Karena sudah seminggu ini, Jungmo selalu mengonsumsi mie lidi dengan seabrek bubuk cabai dan micin, sebagai menu untuk berbuka puasa. Jungmo yang kalau makan sayur selalu organik. Jungmo yang selalu makan daging premium. Jungmo yang sebelumnya tidak pernah mencicipi jajanan depan sd yang penuh micin.

Chaewon cuma bisa menghela nafasnya, begitu pandangan matanya bertabrakan dengan pandangan mata Jungmo, yang juga menatap lurus ke arahnya. Lelaki itu tersenyum samar, bahkan untuk sekedar melambaikan tangan menyapa Chaewon yang datang menjenguknya pun, rasanya Jungmo terlalu lemas.

"Hai.." Sapa Jungmo begitu Chaewon menggeser kursi ke samping bed rawat Jungmo, "Kok ke sini? Bukannya lagi ada kegiatan?"

Suaranya terlampau lirik untuk bisa Chaewon dengar, tapi Chaewon masih bisa membaca lewat gerak bibir Jungmo.

"Oh, kebetulan lagi pulang buat ambil barang, terus kata mami, lo masuk rumah sakit."

Jungmo mengedipkan matanya beberapa kali. Lambat sekali.

"Ke sini sama-"

"Udah deh, gak usah ngomong, kalo tenggorokannya masih sakit."

Mungkin Chaewon tampak malas untuk terus menerus mendengarkan suara lirih Jungmo, tapi, Chaewon hanya khawatir. Mendengar suara Jungmo yang hampir habis tak terdengar, membuat kekhawatirannya bertambah.

"Ini gue bawain puding sama buah," Chaewon meletakkan bawaan yang ia bawa ke atas meja dekat sofa, "Pudingnya puding sutra kok, lembut, gak akan sakit buat ditelen."

Jungmo cuma mengangguk.

"Buahnya jangan di makan, kalo lagi pengen, minta dijadiin jus aja."

Jungmo mengangguk lagi.

Dan ketika ujung mata Chaewon menangkap sebotol minuman kemasan yang ia duga sebagai minuman favorit Jungmo, Chaewon cuma bisa melirik Jungmo tajam. Ada mogu-mogu mangga yang diletakkan tak jauh dari sana.

"Lagi sakit gini, masih minum yang manis-manis gitu?"

"Itu belinya udah lama." Balas Jungmo masih dengan suara lirihnya.

Chaewon masih melirik tajam Jungmo dan mengambil minuman kemasan itu, lalu memasukkannya ke dalam tas yang ia bawa.

"Mogu-mogunya gue sita dulu, sampe lo sembuh baru boleh diminum lagi."




more than ok

more than ok― chaewon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang