[13] temporary bye

450 104 23
                                    

Setelah malam pertunangan itu berlalu, hubungan Jungmo dan Chaewon bukannya semakin dekat, tapi malah semakin jauh. Intensitas pertemuan mereka bukannya bertambah, tapi malah sangat berkurang daripada sebelumnya.

Sebenarnya bukan karena Jungmo dan Chaewon sengaja untuk saling menghindar, tapi, karena kesibukan masing-masing. Chaewon dengan kegiatan remaja masjidnya, apalagi sekarang sudah mendekati bulan ramadhan, di mana organisasinya punya setumpuk kegiatan untuk dikerjakan, belum lagi agenda rutin anggota remaja masjid Brokoli Ijo setiap tahun yang mengharuskan anggotanya untuk training pesantren kilat di Sobat Gurun Village. Jungmo juga begitu, disibukkan dengan latihan band setiap hari, harus tampil di sana dan di sini, belum lagi karena Minhee dan Hyeongjun yang absen beberapa saat dengan kegiatan remaja masjidnya.

Jangankan untuk bertemu, saling bertukar pesan saja tidak.

Sebenarnya, lebih mudah bagi keduanya untuk bicara dan bertemu langsung, sih, dibandingkan harus saling mengirim pesan setiap hari. Lagipula, apa yang mau ditanyakan?

Bagaimana kabar kamu hari ini? Sudah makan atau belum? Hari ini, kamu ngapain aja? Jangan capek-capek, nanti sakit.

Mustahil.

Jungmo dan Chaewon masih sama-sama canggung.

Dan tentang cincin yang melingkar di jari manis masing-masing sejak malam pertunangan itu, Jungmo dan Chaewon sama-sama memutuskan untuk tak memakainya di jari, karena pasti akan mengundang perhatian dan banyak pertanyaan. Jadi, Jungmo dan Chaewon sepakat untuk memakai cincin pertunangan mereka sebagai liontin kalung dan menyembunyikannya di balik kerah baju.

Aman, selalu dibawa ke mana pun, tapi tak menarik perhatian.

Karena Jungmo tak pernah memakai aksesoris kecuali jam tangan. Kalau Jungmo tiba-tiba datang latihan pakai cincin, apa tidak langsung menimbulkan tanya? Chaewon juga begitu, sebenarnya Chaewon tidak jarang juga pakai cincin atau gelang. Tapi, tiap Chaewon pakai perhiasan baru, teman-temannya suka kepo ngeliatin ini itu. Dan kalau ukiran nama Jungmo dan Chaewon ada di sana, apa mau dikata?

Awalnya, kedua orang tua mereka tentu saja keberatan. Kenapa berita bagus ini harus disembunyikan? Kenapa sepasang cincin dengan harga selangit itu tidak mau ditunjukkan kepada dunia?

Tapi, mengingat permintaan Jungmo dan Chaewon di awal, untuk tak memberitahukan kabar ini pada siapa pun sampai mereka siap dan akan mengatakannya sendiri, para orang tua pun tak bisa berkata apa-apa lagi. Selama Jungmo dan Chaewon masih menjalaninya dengan baik-baik, dengan cara mereka sendiri, kalung berbandul cincin pun tak jadi masalah.

"Mami, sweater Chaewon yang warna pink itu ada di mana-"

Chaewon yang berteriak turun tangga dengan sepatu yang hanya dipakai sebelah dan sebelahnya lagi dipegang di tangan kirinya itu langsung menghentikan teriakannya begitu ia menemukan jika ada orang lain di rumahnya. Jungmo, yang lagi duduk di sofa ruang tengah rumahnya.

"Hai." Sapa Jungmo canggung.

Karena ini memang pertemuan pertama keduanya, setelah cukup lama tak bertemu, setelah malam itu terlewat. Hm, tidak juga, Jungmo dan Chaewon memang selalu canggung. Jungmo dan Chaewon masih merasa asing satu sama lain.

"Kok lo.. di sini?"

"Jungmo nganterin puding roti ini dari mamanya, kamu mau bawa buat buka puasa di sana?" Sahut mamanya yang berjalan dari arah dapur.

Sejujurnya Chaewon mau, karena dari tempat berdirinya sekarang, aroma makanan penutup itu sudah menguar sedap. Masih setengah hari lagi, Chaewon jadi lapar.

"Masukin tupperware aja, Mi, nanti Chaewon bawa," Jawab Chaewon, "Lix, anterin gue ke Masjid Tombo Ati ya."

Felix yang tadi lagi duduk sambil asyik war di HP, langsung membanting dirinya tertidur di sofa. Kebiasaannya Felix kalau lagi males disuruh ngapa-ngapain, ya ini, suka pura-pura mati.

"Bangun gak lo, anterin gue."

Felix masih memejamkan matanya.

"Felix!"

"Sama Jungmo aja sana," Felix akhirnya bangun setelah digebuk pakai bantal sofa sama Chaewon, "Mo, gue titip kembaran gue ya, anterin sampe masjid depan." Terus Felix langsung kabur naik ke kamarnya di atas.

"Iya, kamu bareng sama Jungmo aja sana. Sekalian Jungmo mau pulang, kan?" Mami malah mendukung.

Tapi, Chaewon langsung menggeleng, "Gak deh, aku bareng Wonyoung sama Dohyon aja pake mobilnya Bang Hangyul."

"Gapapa sama gue aja."

Felix kabur dengan alasan males, maminya mendukung dan sekarang Jungmo malah ikut-ikutan menawarkan diri. Apalagi yang bisa Chaewon katakan selain menerima tawaran itu.

"Satu bulan full di sana?"

Chaewon cuma mengangguk mengiyakan.

"Lama juga ya?"

Chaewon mengangguk lagi.

"Selama itu, gue gak bisa ketemu lo dong?"

Chaewon sempat mengangguk, sebelum menyadari dan langsung menolehkan kepalanya menghadap Jungmo yang kini sedang mengemudi di sampingnya.

Maksudnya apa, sih, Jungmo melontarkan kalimat itu?

Akhirnya Chaewon cuma diam.

"Hati-hati ya." Ucap Jungmo lagi saat Chaewon baru menurunkan koper besarnya dari bagasi.

Sebenarnya Jungmo mau bantu, tapi, dilarang sama Chaewon. Iya, sih, di lapangan masjid sana sudah banyak teman-teman remaja masjid Chaewon yang berkumpul, termasuk Minhee dan Hyeongjun. Kalau Jungmo turun dan ketahuan mengantar Chaewon, apa yang harus ia katakan?

"Makasih." Balas Chaewon singkat.

"Kalo udah sampai sana, kabarin gue ya. Biar gue gak khawatir."

Sebenarnya, ada apa dengan Jungmo hari ini?




more than ok




ini latar waktunya masih sebelum remaja masjid 3 ya

more than ok― chaewon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang