[27] it's clear

454 105 49
                                    

Semua orang pasti pernah merasakan saat lagi kesal pasti langsung marah dan semua sifat buruk rasanya keluar, amarah diluapkan tanpa berpikir bagaimana baik buruknya. Lalu, setelah beberapa saat berlalu, saat emosi sudah mulai reda, langsung menyesali yang terjadi.

Tadi ngapain, sih, gue marah-marah gak jelas udah kayak macan gak dikasih makan tiga bulan?

Itu juga yang dirasakan Chaewon sekarang. Setelah marah-marah hanya karena masalah, yang kalau dipikir-pikir lagi juga hanya perkara kecil, yang seharusnya tak perlu dipermasalahkan sampai sebegininya dan melimpahkan segala kesalahan pada Jungmo, padahal di sini posisinya Chaewon dan Jungmo sama-sama salah.

Jadi semalam suntuk kemarin, Chaewon berakhir menyesal dan meruntuki dirinya sendiri. Mau menghubungi Jungmo dan meminta maaf juga Chaewon malu. Ah, disaat seperti ini pun gengsi Chaewon masih setinggi langit.

Dan kini Jungmo ada di hadapannya, datang tiba-tiba ke markas remaja masjidnya dan mencari Chaewon. Bahkan saat teman-teman remaja masjidnya yang lain sibuk menggoda keduanya yang bertemu secara terang-terangan, Jungmo masih berdiri di sana seperti tak mempedulikan cie cie dari semuanya.

"Kenapa nangis?"

Itu pertanyaan pertama yang dilontarkan Jungmo saat Chaewon duduk tak jauh dari tempat di mana lelaki itu menunggu. Dan Chaewon cuma mengerutkan dahinya bingung mendengarnya.

"Aku gak nangis."

Jungmo mengarahkan dagunya menunjuk Chaewon, "Itu mata kamu bengkak, habis nangis, kan?"

Chaewon langsung memalingkan wajahnya dan memegang kelopak matanya, apakah seterlihat itu?

"Aku minta maaf. Maaf, kalo aku malah nyalahin kamu, maaf karena gak ngabarin kamu malam itu. Maaf, karena bikin kamu nunggu."

Rasa bersalah Chaewon semakin membesar. Terima kasih pada Jungmo dan sifat selalu mengalahnya.

Jungmo yang lagi kelas tadi, langsung kehilangan konsentrasinya begitu Woobin bilang kalau Chaewon lagi nangis dengan matanya sembab. Woobin tau dari Chaeyeon, dan Woobin kira ia perlu mengatakan ini pada Jungmo setelah mengingat pertengkaran sepasang tunangan itu kemarin.

Dan setelah selesai kelas, Jungmo langsung buru-buru tancap gas menuju tempat Chaewon berada.

Memang Chaewon habis menangis, tapi bukan karena masalah itu sepenuhnya. Chaewon menangis karena ia dan Hitomi baru selesai rewatch film Five Feet Apart. Ya, filmnya memang cukup mengharu biru, tapi sebetulnya tak cukup membuat Chaewon sampai menangis bombay.

Jujur saja, emosinya masih tercampur aduk dengan masalah malam itu. Jadi, kalau dikatakan Chaewon menangis karena Jungmo, tidak salah juga.

Tapi, tidak harus sampai membuat Jungmo meminta maaf sampai seperti ini. Mengapa Jungmo jadi melimpahkan segala kesalahan pada dirinya?

"Aku minta maaf-"

"Harusnya aku yang minta maaf," Potong Chaewon, "Harusnya aku gak perlu marah cuma karena hal sepele dan melampiaskan semuanya seakan kamu yang salah. Harusnya aku gak egois."

Chaewon tertunduk, sudah hampir menangis tertahan saat bicara dan Jungmo hanya tersenyum sambil menatap gadis di hadapannya.

"Maaf-"

Dan si tengah permintaan maafnya yang begitu berat Chaewon ucapkan, Jungmo malah tertawa.

"Udah," Kini gantian Jungmo yang memotong ucapan Chaewon, "Gak usah dibahas lagi ya."

Chaewon memandang Jungmo, masih dengan wajah penuh rasa bersalahnya. Jungmo yang tampaknya sudah memaafkan Chaewon, malah membuat rasa bersalah gadis itu semakin menjadi-jadi.

Harusnya Jungmo balik marah pada Chaewon. Harusnya Jungmo melimpahkan kekesalaannya atas sikap kekanakan Chaewon. Harusnya begitu, tapi kenapa Jungmo hanya tersenyum memaklumi?

"Mo.."

"Iya?"

"Maaf."

Dan lagi-lagi Jungmo hanya tersenyum, "Janji ya, setelah ini kalau aku ada salah, bilang. Jangan cuma diem dan akhirnya jadi masalah, padahal bisa diselesaikan. Kita butuh bicara."

Chaewon mengangguk.

"Juga, aku gak minta kamu selalu ngaeih tau aku kamu lagi di mana, kamu lagi apa, sama siapa. Tapi, seenggaknya kamu kasih kabar ya ke aku. Biar aku gak khawatir."

Chaewon balik menatap Jungmo, "Harusnya aku yang khawatir."

Alis Jungmo terangkat sebelah, "Kenapa?"

"Kamu, kan, anak band. Fansnya banyak, anak SMA cantik-cantik."

Jungmo hanya tertawa memperhatikan wajah Chaewon yang merengut kesal dibuat-buat, lalu tangannya mengarah mengacak rambut gadis itu.

"Kenapa, cemburu ya?"

"Dih, enggak. Emang kamu siapa harus aku cemburuin?"

Jungmo menunjukkan cincin yang masih menggantung di lehernya sebagai liontin kalung, "Tunangan kamu, kan."

Jungmo dan Chaewon sama-sama tertawa. Terasa ringan begitu masalah yang sempat memperburuk hari telah terlewat. Bahagia bersama.

Sampai tidak menyadari jika semua anggota remaja masjid yang lagi stay di markas sudah memperhatikan dari balik dinding, mengintip dan menguping.

"Ragu gue kalo mereka dijodohin dan ngakunya gak ada rasa buat satu sama lain? Gak yakin gue."

"Ah, gak ngerti aja lo, kan, katanya rasa nyaman bisa datang karena terbiasa."

Memang betul begitu, kan?




more than ok

more than ok― chaewon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang