[21] she know

462 104 19
                                    

Sore di hari kedua lebaran, di mana Keluarga Syarief sudah menutup pintu untuk para tamu hari ini, karena empat anggota Keluarga Syarief ini tengah bersiap untuk bersilaturahmi ke rumah calon besan. Hm, boleh, kan, dikatakan seperti itu, sang anak sudah saling menyematkan cincin di jari manis masing-masing?

Awalnya Chaewon menolak, mengingat bahwa seluruh keluarga besar Jungmo sekarang sedang berkumpul di rumahnya, dan Chaewon ada di sana untuk diperkenalkan kepada keluarga besar Prastowo? Tidak tidak, Chaewon belum siap kalau harus berpura-pura bersikap sebagai calon menantu yang baik agar diterima di keluarga orang lain.

Chaewon sudah beralasan ada kumpul wajib dengan anggota remaja masjidnya, tapi tetap saja mami dan papi memaksa Chaewon untuk ikut. Jangankan Chaewon, Felix yang ibaratnya gak punya urusan apa-apa juga ditarik paksa ikut.

Ya sudah kalau begitu, Chaewon bisa apa. Hanya berharap jika nanti kumpul keluarga di hari lebaran itu sudah bubar, Chaewon dan Jungmo tak menjadi bulan-bulanan semua orang. Ah, Chaewon risih kalau harus menjadi pusat perhatian, apalagi dalam situasi yang sepeerti ini.

Chaewon, Felix juga papi dan mami memang sengaja datang menjelang makan malam, karena kata mami, mamanya Jungmo memang mengundang mereka untuk makan malam bersama di rumah Keluarga Prastowo. Dengan pakaian semi formal yang lebih rapi daripada biasanya, Chaewon sudah mengira kalau pertemuan hari ini akan terasa lebih menegangkan daripada sebelum-sebelumnya.

"Silahkan masuk." Itu yang dikatakan oleh asisten rumah tangga rumah Keluarga Prastowo, sesampainya empat anggota Keluarga Syarief di pekarangan rumah.

"Oh, Tante, tamu yang ditunggu udah dateng, nih."

Suara perempuan terdengar dari dalam, dan sepertinya suara itu cukup sering Chaewon dengan dan cukup familiar di telinga Chaewon.

Dan benar saja, gadis dengan rambut sepanjang bahu itu berdiri di samping dinding pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah sambil tersenyum menyapa ke arah Chaewon.

"Kak Sakura?"

"Hai." Sakura melambaikan tangannya, lalu tertawa kecil setrlah melihat Chaewon yang menatapnya dengan pandangan bingung.

Mengapa Sakura ada di sini?

Hanya itu pertanyaan yang berputar dipikiran Chaewon, selagi memperhatikan kembali, gadis di seberang sana itu benar Sakura yang ia kenal atau bukan.

Sapaan akrab itu, benar, itu Sakura yang Chaewon kenal.

Tapi, sekali lagi, bagaimana bisa?

"Oh sudah datang, ayo duduk dulu."

Mama dan papa Jungmo yang datang memecah keheningan, dan dua keluarga itu berbagi kabar sambil saling bermaafan di hari kemenangan ini.

"Kaget ya, ngeliat gue di sini?" Sapa Sakura yang mengambil duduk tepat di sebelah Chaewon, yang tak lagi mendengarkan pembicaraan antara kedua pasang orang tua dan Felix yang baru datang tapi langsung memangku toples kacang mede sambil main HP.

Chaewon hanya menaikkan sebelah alisnya, diam tapi tatapannya seakan meminta penjelasan soal kehadiran Sakura di sini yang tak disangka-sangka.

"Gue itu kakak sepupunya Jungmo, Chae."

"Hah?"

Sekali lagi Sakura hanya bisa tertawa atas respon yang diberikan Chaewon.

"Kok.. bisa?"

Sakura mengangguk, "Jadi papa gue tuh kakak mamanya Jungmo, makanya nama belakang gue gak ada Prastowonya."

Chaewon masih cengo, dan seketika ia menyadari sesuatu, "Berarti, Kak Sakura udah tau dari awal kalo gue..-"

Sekali lagi Sakura mengangguk, "Tau, sih, cuma gue diem aja. Soalnya kata Jungmo, kalian berdua janjian buat gak bilang ini ke siapa-siapa. Makanya gue sempet kaget waktu Yujin tau, dan akhirnya lo bilang semuanya. Gue, sih, ya cuma bisa pura-pura bego aja."

Chaewon masih mengerutkan dahinya, masih tak menyangka dengan keadaannya. Karena ya, terlalu random saja rasanya. Mengapa dunia jadi benar-benar sesempit ini?

Dan Jungmo datang dengan celana kain dan kemeja cokelat mudanya. Tampak serasi dengan Chaewon yang memakai midi skirt berwarna senada.

Chaewon yang menatap tajam ke arah Jungmo, dan Jungmo yang menatap bergantian ke arah Chaewon dan Sakura.

"Hehe, udah tau ya, hehehe."

Bisa-bisanya Jungmo masih tertawa tanpa rasa bersalah seperti itu, meninggalkan Chaewon yang merasa bodoh selama ini. Sia-sia tampaknya ia menyembunyikan segalanya selama ini.

"Lo kok bisa-bisanya, sih, Mo. Sengaja mau bikin gue keliatan bego ya?"

"Ya maaf."

Jungmo cuma bisa garuk-garuk kepala. Sepertinya Chaewon masih kesal padanya, dan semakin tampak kesal sepertinya.

"Percuma juga lo ngeiyain permintaan gue buat ngerahasiain ini, kalo ternyata Kak Sakura udah tau."

"Ya, kan, cuma Kak Sakura doang, dia ngebocorin juga enggak. Kan, lo sendiri yang nyebut-nyebut nama gue di depan temen-temen lo."

"Nyalahin gue?"

"Siapa yang nyalahin lo coba."

Jungmo sama Chaewon jadi ribut sendiri. Sampai tidak menyadari kalau Sakura sudah melipir pergi, menghindari keributan di antara keduanya.

Adu mulut karena masalah ini, sampai tidak menyadari kalau dua pasang orang tua itu kini tengah memperhatikan mereka.

"Udah sering berantem ya sekarang? Gapapa kok, tandanya Jungmo sama Chaewon udah makin dekat."

Jungmo dan Chaewon serempak menoleh ke arah papa Jungmo yang tersenyum usil.

"Kalian berdua masih pake lo-gue ke masing-masing?"

"Kalau bisa dibiasain dari sekarang, buat manggil pake aku-kamu."

"Gak ada bedanya, Mi. Sama aja, kan, pake lo-gue atau pake aku-kamu." Balas Chaewon.

"Udah kebiasaan juga saling manggil pake lo-gue, Tante." Sahut Jungmo.

"Ya masa sama calon suami manggilnya lo-gue, gak enak didengernya. Mulai sekarang pake aku-kamu, biar kedengeran makin mesra."




more than ok

more than ok― chaewon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang