~AMELIA~
"Apa yang baru saja Chris katakan? Jadi, selama ini dia tidak menginginkan pernikahan ini?", tanyaku pada diri sendiri.
Chris sudah masuk ke dalam kamarnya beberapa saat yang lalu. Baru beberapa jam sejak kami resmi menjadi suami istri, tapi dia sudah menunjukkan sikap dingin dan tidak sukanya padaku.
Memang setiap kali kami bertemu pada acara keluarga selama tiga bulan sebelum pernikahan kami, Chris selalu tampak murung dan tidak ramah. Aku pikir itu memang kepribadiannya. Tapi, sedikit pun tidak pernah terpikirkan olehku bahwa Chris tidak menginginkan pernikahan ini.
Sepertinya Chris sangat membenciku. Bahkan, dia sampai berniat akan membuatku menderita jika aku tetap bertahan pada pernikahan ini.
Jika dia memang tidak menginginkan pernikahan ini, seharusnya dia menolak pernikahan ini sejak awal, bukan? Tapi dia tetap menerimanya dan malah menyalahkanku karena dia terpaksa harus meninggalkan kekasihnya karena pernikahan ini.
Dan apa yang dia katakan tadi? Aku menikahinya hanya karena aku berniat memanfaatkan hartanya? Sungguh, aku tidak terima dengan tuduhannya yang satu ini. Dia boleh memperlakukanku dengan dingin ataupun tidak menyukaiku. Tapi dia tidak berhak untuk menilaiku sebagai seorang gold digger padahal dia belum mengenalku sama sekali.
"Lihat saja, Chris. Aku akan membuktikan padamu bahwa aku tidak seperti yang kau pikirkan selama ini. Aku bukan wanita yang gila harta. Akan kupastikan bahwa kau akan menyesali ucapanmu padaku tadi", aku bertekad pada diri sendiri.
Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan untuk meredakan emosiku.
Setelah merasa lebih tenang, aku mengambil tas yang tadi tergeletak begitu saja di lantai. Aku akan mencari kamar tidurku sendiri seperti yang dikatakan Chris tadi.
Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan di lantai satu di rumah ini. Aku melihat ada beberapa pintu di lantai ini. Lalu, aku memilih pintu yang berada paling dekat dengan tangga. Aku membuka pintu itu lalu berjalan masuk ke dalamnya. Di ruangan tempatku berada saat ini, terdapat ranjang, lemari dan meja rias. Aku memutuskan untuk menggunakan ruangan ini sebagai kamar tidurku. Lagipula, aku yakin Chris tidak akan senang jika aku memilih kamar di lantai dua, yang mana kamar itu pastinya lebih dekat dengan kamarnya.
Setelah memasukkan beberapa bajuku ke dalam lemari, serta menata beberapa barangku di atas meja rias, aku memutuskan untuk mandi. Acara resepsi hari ini cukup melelahkan. Aku ingin segera tidur untuk mengistirahatkan tubuhku.
***
Aku terbangun setelah mendengar suara alarm berbunyi. Aku meraih jam yang terletak di atas nakas di samping tempat tidurku, lalu mematikan alarmnya. Masih pukul enam pagi, terlalu pagi untuk bangun. Tapi karena ini adalah hari pertamaku sebagai seorang istri, maka aku harus bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan untuk suamiku. Walaupun aku masih ingat dengan jelas bagaimana sikap dan ucapan Chris padaku semalam, tapi bukan berarti aku harus membalas dengan perbuatan yang serupa. Aku akan tetap menjalankan tugasku sebagai seorang istri, entah dia akan menyukainya atau tidak.
Aku turun dari ranjang, lalu beranjak ke kamar mandi. Setelah selesai mandi dan merias diri, aku segera turun ke dapur.
Bagitu sampai di dapur, aku membuka kulkas dan melihat tidak ada bahan makan apapun di dalamnya kecuali telur, susu dan beberapa minuman kemasan.
"Apa Chris jarang memasak di rumah ini?", tanyaku lebih pada diriku sendiri.
Karena tidak ada bahan makanan apapun di dalam kulkas, aku memutuskan untuk membuat omlet dan nasi goreng. Aku tidak tahu apa makanan kesukaan Chris, mungkin aku akan menanyakannya lain waktu pada Mommy, ibu mertuaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me, My Husband! (Kim-McKenna SERIES #1)
RomanceChristopher McKenna, seorang pria tampan, sukses namun berhati dingin. Dia memiliki masalah kepercayaan terhadap wanita akibat masa lalu yang dialaminya. Dia menganggap semua wanita yang mendekatinya hanya berniat untuk memanfaatkan kekayaannya. Dia...