~AMELIA~
Aku sedang duduk termenung sendirian di taman belakang rumah. Aku belum bertemu dengan Chris sejak semalam. Sebenarnya, aku belum tidur saat Chris sampai di rumah tadi malam. Tapi, aku sedang tidak yakin dengan perasaanku untuk bisa menyambut kedatangan Chris semalam.
Ternyata, berpura-pura bersikap baik-baik saja di depan Chris dan Jane tidaklah semudah yang aku kira. Belum lagi, selama sarapan berlangsung kemarin, mereka bercengkerama begitu asyik dan tak menghiraukanku seakan aku tidak berada satu ruangan dengan mereka. Hatiku terasa sakit melihat mereka berdua tampak mesra.
Aku mengalihkan pandanganku ke arah taman bunga di hadapanku. Di halaman belakang rumah Chris terdapat beberapa tanaman bunga yang terawat dengan baik. Chris mempekerjakan seorang tukang kebun yang datang untuk merawat dan membersihkan taman seminggu sekali. Ternyata, di balik aktivitasnya sebagai seorang pengusaha muda yang super sibuk, Chris masih menaruh perhatian pada hal-hal kecil seperti ini. Aku tersenyum melihat tanaman bunga yang indah dan tertata rapi di hadapanku.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?", suara Chris mengagetkanku.
Aku menoleh ke arah pintu belakang rumah dan melihat Chris berjalan ke arahku dengan membawa secangkir minuman.
"Tidak ada. Aku hanya bosan berada di perpustakaan. Jadi, aku keluar untuk mencari udara segar.", jawabku.
Chris duduk di kursi di sebelahku.
"Begitu?", dia bertanya lagi sambil menyesap kopi dari dalam cangkirnya.
"Ya. Kau tidak ada acara hari ini?", aku balik bertanya padanya.
"Tidak. Aku lebih suka bersantai di rumah saat akhir pekan."
Aku mengangguk mendengar jawabannya.
Setelah itu, tidak ada lagi pembicaraan di antara kami. Chris sibuk dengan ponselnya. Sedangkan aku sibuk membolak-balikkan halaman novel yang kubawa dari perpustakaan tadi di hadapanku, tidak berniat untuk membacanya sama sekali. Kehadiran Chris di sini membuat suasana menjadi canggung. Aku tidak bisa berkonsentrasi untuk membaca buku atau melakukan apapun.
"Kenapa kemarin kau bersikap baik kepada Jane?"
Aku mendongakkan kepalaku saat mendengar pertanyaan Chris. Saat ini, Chris sedang menatapku intens.
"Memangnya ada alasan aku harus bersikap tidak baik padanya?", aku bertanya balik.
"Aku sempat mengira bahwa kau akan bersikap menyebalkan saat aku membawa Jane ke rumah. Tapi ternyata tidak. Kau justru bersikap baik padanya. Bahkan, kau juga tidak marah padaku. Aku yakin kau tahu apa yang sudah kami lakukan malam itu."
Aku menghela napas panjang. Aku menutup novel yang ada di hadapanku kemudian balas menatap Chris.
"Aku sadar akan posisiku, Mr. McKenna. Aku hanya wanita yang tiba-tiba hadir di antara kalian. Aku seharusnya meminta maaf karena sudah mengganggu hubungan kalian berdua. Dan aku rasa, aku tidak berhak untuk marah padamu atau menunjukkan sikap menyebalkan pada Jane. Aku juga wanita. Aku memang tidak pernah berada di posisi Jane. Tapi, aku bisa memahami perasaannya."
"Apa kau tidak cemburu?"
"Mungkin saja.", jawabku sambil mengendikkan bahu. "Istri mana yang tidak cemburu saat melihat suaminya bersama dengan wanita lain?", aku menatap wajah Chris, sekilas wajahnya menunjukkan rasa bersalah, tapi dengan cepat dia menormalkan ekspresinya kembali.
"Jika kau merasa tersiksa dengan pernikahan ini, bukankah akan lebih baik jika kau segera mengajukan gugatan cerai padaku?"
Aku tersenyum miris mendengar ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me, My Husband! (Kim-McKenna SERIES #1)
RomanceChristopher McKenna, seorang pria tampan, sukses namun berhati dingin. Dia memiliki masalah kepercayaan terhadap wanita akibat masa lalu yang dialaminya. Dia menganggap semua wanita yang mendekatinya hanya berniat untuk memanfaatkan kekayaannya. Dia...