~AMELIA~
"Mr. McKenna, bagaimana keadaanmu?", aku bertanya pada Chris saat melihatnya masuk ke ruang makan.
"Jauh lebih baik.", jawabnya sambil menampilkan senyum cerah di wajahnya.
Chris tampak lebih segar daripada kemarin. Saat ini, Chris hanya mengenakan kaos polos abu-abu dan celana levis longgar selutut. Tidak seperti biasanya yang setiap pagi selalu mengenakan setelan kantor. Ngomong-ngomong, ini masih hari kerja dan bukan akhir pekan.
"Kau tidak ke kantor hari ini, Mr. McKenna?", tanyaku penasaran.
"Tidak.", dia menggeleng lalu berjalan ke kulkas untuk mengambil sebotol air.
Aku mengamati Chris yang saat ini sedang meneguk air langsung dari botolnya. Dia sangat tampan. Apalagi dengan rambutnya yang masih basah sehabis keramas. Dia terlihat sangat menggoda.
Aku menggelengkan kepalaku pelan seraya mengusir pikiran liarku itu. Aku yakin saat ini wajahku pasti memerah. Aku buru-buru membalikkan badanku menghadap kompor sebelum Chris menyadari rona di pipiku. Aku berpura-pura mengaduk sup yang sedang aku panaskan di atas kompor saat ini.
"Makanan akan siap sebentar lagi.", aku berkata dengan gugup. Semoga saja Chris tidak menyadarinya.
"Apakah ada yang bisa kubantu?", Chris kini berdiri di sampingku. Jarak kami cukup dekat hingga aku dapat mencium aroma sabun dan shampoo yang menguar dari tubuhnya.
"Tidak ada. Ini sudah hampir selesai. Kau tunggu saja di ruang makan.", tolakku.
Jika Chris terus berada di dekatku saat ini, aku takut bahwa aku akan bersikap konyol karena tidak dapat menyembunyikan rasa gugupku.
Chris mengangguk.
"Baiklah kalau begitu.", dia berjalan menjauhiku.
Aku bernapas lega.
"Astaga... kenapa jantungku berdebar sangat cepat?", aku berkata dalam hati.
Beberapa saat kemudian, aku sudah selesai menata makanan di meja makan. Seperti biasa, aku mengambilkan makanan untuk Chris dan untuk diriku sendiri.
Chris menggosokkan kedua tangannya begitu aku meletakkan piring di hadapannya.
"I'm starving.", Chris berkata sambil menatap lapar ke arah makanan di hadapannya.
"Really?", aku bertanya geli melihat tingkahnya yang seperti anak kecil.
"Ya. Sudah dua hari aku tidak makan dengan benar. Apalagi, seharian kemarin aku terus saja muntah hingga hampir tidak ada makanan yang masuk ke tubuhku.", dia berkata sambil mengerucutkan tipis bibirnya.
"Kalau begitu, kau bisa makan yang banyak hari ini."
"Akan kulakukan.", ucapnya seraya tersenyum lebar padaku.
Kemudian, dengan semangat Chris menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Aku tertawa melihat tingkahnya. Aku tidak percaya bahwa Chris bisa bertingkah menggemaskan seperti ini. Biasanya, dia tampak tenang dan berwibawa. Ini benar-benar sisi lain dari Christopher McKenna yang baru kulihat. Aku tersenyum melihat Chris yang sedang makan dengan lahap.
Setelah beberapa saat memperhatikan Chris, aku melanjutkan sarapanku yang sempat tertunda. Kami berdua makan dengan tenang.
Saat ini, kami sudah sama-sama selesai sarapan. Aku berdiri mengambil piring-piring kotor yang sudah kosong dan membawanya ke wastafel dapur. Aku mulai menyabuni piring-piring kotor itu dan meletakkannya di wastafel sebelah untuk kubilas nanti, tapi kemudian Chris berdiri di sampingku, mengambil piring yang masih terdapat busa lalu membilasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me, My Husband! (Kim-McKenna SERIES #1)
RomanceChristopher McKenna, seorang pria tampan, sukses namun berhati dingin. Dia memiliki masalah kepercayaan terhadap wanita akibat masa lalu yang dialaminya. Dia menganggap semua wanita yang mendekatinya hanya berniat untuk memanfaatkan kekayaannya. Dia...